Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Gomawo Hyung (Chapter 5)

"Saat kau tanya berapa lama manusia hidup? Tidak ada yang tahu dengan pasti berapa umurmu. Karena semua itu adalah rahasia Tuhan, dan Tuhan yang akan menentukannya. Kita hanya bisa menunggu dan menerimanya, saat malaikat maut datang menjemput kita. Begitulah denganku, aku hanya bisa menunggu tapi aku juga berharap, jika Tuhan memberikanku waktu yang panjang. Karena ada sesuatu yang ingin aku dapatkan, ada seseorang yang ingin aku temui dan itu adalah adikku. Tuhan ijinkan aku menhabiskan sisa hidupku untuknya, memberikan setiap kenangan untuknya...? tapi kenapa semua berjalan sangat sulit, di saat aku tengah sekarat ia melupakanmu, tak mengenalku. Seolah-olah aku orang asing baginya,apakah yang harus aku lakukan. Apakah aku membuatnya mengingatku? Mengingat namja yang sekarat ini? Tuhan bantu aku, tolong aku... aku tidak tahu harus apa..."

-Kim Taehyung-

..............

(Author **** POV)

Taehyung menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan Seokjin, menangis sesenggukan. Melampiaskan rasa sedih dan tangisnya dalam pelukan sang kakak, bibirnya tak henti-hentinya menyebut nama kecil adiknya. melihat hal itu Seokjin bingung ia heran apa yang terjadi dengan adiknya itu, yang ia bisa lakuakan hanya membiarkan Taehyung menangis dalam pelukannya.

"Taehyung, apa yang terjadi dik...?"

"Hiksss.. hiksss..." hanya tangis yang ia dengar, Seokjin mengeratkan pelukannya. Membiarkan sang adik membasahi jas coklat yang ia pakai. Dan tak lupa mengusap punggung sang adik penuh sayang.

Taehyung terus menangis menumpahkan air matanya, menangisi keadaan yang terjadi. Ia tak menyangka dengan adiknya sekarang, ia tidak akan pernah menyangka...

"Kookie... Hiksss... Kookie..."

Taehyung menangis, dalam isakannya ia menyebut nama kecil adiknya. mendengar hal itu Seokjin merasa khawatir berkali-kali dalam pikirannya ia bertanya ada apa dengan Taehyung. Seokjin terus memeluk tubuh Taehyung membiarkan Taehyung menumpahkan semua kesedihannya. Hingga tak terasa kaos yang ia gunakan dari balik kaosnya basah karena cairan, dan Seokjin tahu kalau itu adalah air mata dari adik kesayangannya.

Selang beberapa menit suara isak tangis tak terdengar di telinga Seokjin, sehingga membuat Seokjin membuka suaranya.

"Taehyung, ada apa denganmu dik, hem?"

Namun....

Tidak ada sahutan apalagi jawaban dari namja yang tengah ia peluk kini, Seokjin mengangkat sebelah alisnya saat melihat tidak ada pergerakan dari Taehyung. Ia mengira apakah Taehyung sedang menenangkan pikirannya, tapi jujur ia aneh merasa sangat aneh. Saat ia merasakan kaos yang ia pakai basah mengenai kulitnya, dan ia merasakan air mata itu terus membasahi kaosnya. Padahal ia tak mendengar tangisan dari adiknya. karena penasaran Seokjin perlahan melepaskan pelukan sang adik, namun....

Greppp...

"TAEHYUNG!!!"

Mata namja tampan itu membelalak saat melihat adiknya tak sadarkan diri, untung saja dengan sigap Seokjin dapat menangkap tubuh Taehyung yang tak sadarkan diri. Hampir saja kepalanya membentur lantai dari arah belakang.

Seokjin semakin panik saat melihat wajah sang adik yang begitu pucat apalagi, melihat Taehyung yang pingsan dengan darah yang keluar dari hidungnya. Bukan hanya itu saja, ternyata kaos yang basah itu bukan karena air mata tapi, karena darah. Ya, darah dari adiknya yang kini penyakitnya kambuh dehingga membuat ia tak sadarkan diri.

"Bodoh, tidak lagi!!!"

Dengan segera Seokjin berlari menggendong tubuh Taehyung dengan gaya bridal style namja tampan itu segera membawa tubuh Taehyung ke dalam ruang kesehatan, ia tidak ingin terjadi apa-apa dengan adiknya. tak ia pedulikan beberapa tatapan dari mahasiswa ataupun mahasiswi yang kebetulan lewat, yang terpenting adiknya Taehyung baik-baik saja.

"Taehyung bertahanlah kakak, akan membawamu jangan khawatir..." Seokjin berlari semakin panik, bahkan air matanya keluar. Dalam hatinya ia berdoa semoga adiknya Taehyung baik-baik saja.

.....................................

PLAKKKKK.....

Sebuah tamparan keras menggema dalam ruang tamu, terlihat seorang wanita berusia 60 tahun yang baru saja menampar seorang namja berambut hitam, Kim Seokjin itulah dia. Seokjin meringis kesakitan namun ia menyembunyikan raut itu. bekas telapak tangan berwarna merah terlihat di pipinya yang mulus dan putih. Seokjin hanya diam justru ia menundukan kepalanya di depan wanita yang begitu ia hormati, neneknya. Ya... nenek Kim Jaeson itulah dia.

"Kenapa kamu tidak bisa menjaga adikmu Seokjin?!! Kenapa kamu mengijinkannya masuk kuliah, Hah??!"

"Maaf nenek, maafkan aku..." Seokjin hanya bisa meminta maaf dan menundukan kepalanya pasrah.

"Apa gunanya kau disini? Kau tahu kan Taehyung sakit, dan kau harus bisa menjaganya, kau kan kakaknya!!" nenek Kim Jaeson semakin meninggikan suaranya, bahkan wajahnya mulai memerah dibalik kulit keriputnya.

"Maafkan aku nek..." ucap Seokjin kembali, bahkan kini terlihat raut penyesalan di wajahnya.

Sementara sang nenek hanya mendesah kecewa dengan tingkah cucunya, saat ini dia merasa emosi apalagi setelah mengetahui Taehyung yang kini pingsan. Tak lama nenek Jaeson memandang cucu pertamanya....

"Kalau kau tidak bisa menjaga adikmu, biarkan nenek yang membawanya. Nanti biar nenek yang mengatakan pada ayah dan ibumu di luar negeri..."

Mendengar hal itu, Seokjin langsung mendongakan kepalanya menatap wajah sang nenek, tak hanya itu kedua bola matanya membulat terkejut dengan apa yang ia dengar tadi.

"Tidak nenek, kumohon jangan bawa Taehyung... maafkan aku nek, maafkan aku. Aku mengaku salah aku lalai, maaf nek... tolong jangan bawa Taehyung, kumohon biarkan dia tinggal disini bersamaku..." Seokjin kini memohon pada sang nenek, memohon pada sang nenek agar tidak membawa adiknya.

"Bagaimana aku memaafkanmu Seokjin, kau tahu kan? Kesehatan Tae semakin menurun, dan kau lalai menjaganya.... apalagi kau membiarkan di masuk ke kampus. Dimana otakmu Seokjin!" kini nenek Jaeson semakin geram, bahkan ia memaki cucu pertamanya. Dalam benaknya ia sangat kecewa karena cucu pertamanya telah gagal menjaga Taehyung.

Ya... nenek Jaeson sangat menyayangi Taehyung, bahkan sudah menganggapnya sebagai cucunya. Dulu saat nenek Jaeson mengetahui kematian Jimin, sang nenek semakin terpukul bahkan ia menyalahkan Seokjin atas kematian Jimin, karena kecelakaan itu. ya... kecelakaan yang sudah terjadi bertahun-tahun silam yang mengakibatkan cucu keduanya meninggal.

Semenjak kedatangan Taehyung di keluarga Kim membuat suasana hati nenek Jaeson yang berduka dan terluka, kini terobati dan bahagia. Kim Taehyung telah membawa perubahan pada diri nenek Jaeson, bukan hanya itu nenek Jaeson dapat melupakan rasa dukanya karena kehilangan cucu kesayangannya. Namun, meski begitu nenek Jaeson tidak bisa memaafkan kesalahan Seokjin beberapa tahun silam. Ya, hatinya enggan memaafkan cucu pertamanya. Dan karena itulah sang nenek begitu protective pada Taehyung meski Taehyung bukan cucu kandungnya.

Seokjin menitikan air matanya, ia tidak mau Taehyung jauh darinya ia tidak mau. Bagi Seokjin Taehyung adalah adiknya yang sangat berarti bahkan ia rela mempertaruhkan nyawanya untuk Taehyung. Dengan air mata yang masih berlinang, Seokjin jatuh duduk bersimpuh di kaki sang nenek memohon pada sang nenek untuk tidak membawa Taehyung. Ia tidak ingin, sugguh tidak ingin jauh dari Taehyung.

"Hikkks.... kumohon nek, kumohon jangan bawa Tae, aku janji, aku janji... akan menjaganya nek hikkksss... ku... kumohon jangan bawa Tae, aku tak sanggup hikkss... tak sanggup jauh darinya hikksss... kumohon nek... hikkss maafkan aku..."

Seokjin memohon bahkan kini ia memegang kedua kaki sang nenek, dalam hatinya ia berharap agar sang nenek mengurungkan niatnya membawa Tae.

Sementara nenek Jaeson hanya memandang dingin ke arah cucu pertamanya.

"Kau tahu aku tetap tidak bisa memaafkan keteledoranmu Jimin, apa kau ingat? Karena kelalaianmu Jimin meninggal, dan itu semua karena kau. Lalu, bagaimana nenek bisa mempercayakan keadaan Taehyung, jika saat ini nenek tahu kalau keadaan Taehyun buruk, kau tahu kan Seokjin???!!!" nenek Jaeson kini sedang berteriak bahkan ruangan tersebut menggema karena suaranya.

Seokjin semakin terisak bahkan menundukan kepalanya hingga air matanya jatuh mengenai sepatu hak tinggi sang nenek, tangan kekarnya tetap memegang kaki sang nenek. Seokjin rela bersujud di kaki sang nenek, bahkan mencium kakinya pun dia rela asal sang nenek tidak membawa adiknya, Taehyung.

"Maafkan aku nek, aku tahu nenek tidak akan pernah memaafkanku... tapi hikksss... kumohon nek beri aku kesempatan aku janji, aku janji mulai sekarang aku akan menjaga Taehyung, aku akan berada disisinya kemanapun dia pergi, kumohon nek jangan bawa dia, hikkss... kumohon nek, kumohon..."

Seokjin tetap berusaha memohon sang nenek, bahkan tubuhnya bergetar air mata terus keluar. Baginya Taehyung adalaha segalanya baginya apapun caranya dia akan tetap membuat Taehyung berada disisinya, karena ia menyayanginya.

Sang nenek tetap menatap dingin ke arah cucu pertamanya, tak ia pedulikan cucu pertamanya yang bersujud di kakinya.

"Kumohon nek, kumohon... hikkksss, tolong nek..." Seokjin tetap memohon, air matanya semakin deras jatuh dari kelopaknya bahkan bibirnya bergetar. Ia sangat takut, takut jika Taehyung adiknya jauh darinya.

"Baiklah Seokjin, nenek tidak akan membawa Taehyung..." akhirnya nenek Jaeson mengambil keputusannya. Mendengar apa yang diucapkan neneknya membuat Seokjin mendongakan kepalanya dan mengulas senyum bahagia juga air mata bahagia ke arah sang nenek.

"Te... terima kasih hikksss... terima kasih nek.. terima kasihh..." tak henti-hentinya Seokjin mengucapkan terima kasih pada sang nenek.

Nenek Jaeson segera menggeser kakinya membiarkan posisi Seokjin yang masih duduk bersimpuh.

"Tapi kau ingat Seokjin, jika terjadi apa-apa dengan adikmu, nenek tidak akan mentolerir lagi. Bahkan sekalipun kau bersujud memohon padaku, nenek tetap akan membawa Taehyung, karena kau tahu Taehyung adalah cucu kesayangan nenek, dan tak akan kubiarkan Taehyung terluka apalagi sakit, kau paham!!!"

Seokjin segera menyeka air matanya dengan kasar dan segera berdiri menatap sang nenek dengan senyumnya.

"Baik nek, aku akan ingat aku janji. Taehyung tidak akan terluka, aku akan memperhatikan kesehatannya..."

Nenek Jaeson menatap dingin ke arah cucu pertamanya, hingga akhirnya ia membawa tas bermerknya dan mengambil seikat uang dan memberikannya pada Seokjin.

"Ini uang untuk Taehyung, gunakan ini untuk membeli kebutuhannya, dan ingat jangan gunakan untuk hal lain. Bahkan kau tak boleh menggunakannya sepersen pun, kau hanya boleh untuk membelikan keperluan Taehyung termasuk obatnya..."

Taehyung menganggukan kepalanya dan menerima seikat uang yang jumlahnya cukup banyak.

"Baik nek, terima kasih..." ucap Seokjin sopan.

"Kalau begitu nenek harus pulang, jaga kesehatan adikmu... ingatkan dia untuk meminum obat, kau paham Seokjin!!!"

Seokjin mengangguk sebagai pertanda dia akan mengikuti apa yang akan dikatakan sang nenek.

"Nenek, mari kuantar sampai ke depan.." baru saja Seokjin melangkahkan kakinya bermaksud mengantar sang nenek, tiba-tiba nenek Jaeson menyuruhnya berhenti.

"Cukup...! tidak usah, aku tidak mau diantar oleh pembunuh Jimin.."

Deg...

Tiba-tiba hati Seokjin merasa sakit dan sesak saat nenek Jaeson mengatakannya, bahkan sangat menyakitkan. Seokjin tahu neneknya tidak akan melupakan kesalahannya, kesalahan dia karena lalai menjaga Jimin adiknya hingga membuat ia meninggal. Maka semenjak kejadian menyedihkan itu, nenek Jaeson membenci Seokjin. Hanya saja rasa benci itu tidak ia langsung tunjukan di depan orang tua Seokjin, ya... nenek Jaeson seperti mempunia banyak topeng. Ia akan bersikap baik dan sayang pada Seokjin di depan tuan dan nyonya Kim. Namun, jika dia bertemu dengan cucu pertamanya, maka rasa sayang dan sikap baiknya akan berubah menjadi rasa benci dan sikap kasar.

Tok...

Tok...

Tok...

Suara sepatu yang berbenturan dengan lantai putih bersih itu bersamaan

dengan langkah nenek Jaeson yang kini berjalan hingga pintu keluar. Deru

mesin mobil terdengar hingga suara deru mesin mobil itu hilang.

"Nenek..."

Air mata yang sedari tadi ditahan namja tampan berambut hitam itu kini tumpah juga .

Dug..

Dug..

Dug..

Seokjin menepuk dadanya yang sakit, sangat sakit bukan hanya sakit ngilu ia rasakan. Bahkan tepukan di dadanya tidak dapat menghilangkan rasa sakit itu, justru rasa sakit itu sangat besar jika perkatan sang nenek masih terngiang dengan jelas dalam memorinya. Perkataan sang nenek yang menyebut dirinya sebagai pembunuh Jimin, adiknya.

"Hikss... Sakit... Sakit Hikss..."

Dug..

Dug..

Dug..

Seokjin terus memukul dadanya berharap rasa sakit itu menghilang meski tidak mungkin. Bibirnya bergetar, isakan semakin jelas terdengar dengan tubuh yang bergetar. Air mata jatuh dengan deras membasahi lantai, juga kelopak matanya yang sembab. Namun...

Grepp...

"Seokjin Hyung..."

Sebuah pelukan hangat dirasakan namja berambut hitam itu bahkan dirasakan sebuah air mata yang jatuh membasahi kaos belakangnya.

"Maafkan aku hyung, maafkan aku...Hiksss..."

"Taehyung... Hiksss..."

Taehyung semakin mengeratkan pelukannya, hatinya hancur saat tahu kalau hyung kesayangannya menangis dan terluka karena dirinya. Ia tahu semuanya ia mendengar semuanya, apa yang baru saja terjadi. Dan ia menyesal, menyesal telah datang di bagian keluarga ini sehingga membuat hyungnya menderita.

"Hyung maafkan aku... hyung, karena aku hiksss..., Seokjin hyung hiksss..."

Seokjin mengulas senyumnya menyeka air matanya, dan membalikan badannya memegang pipi kurus adiknya. tersenyum manis di depan adiknya.

"Tidak apa, hyung baik saja. Ini bukan salahmu, lagi pula hyung yang salah seharusnya hyung menjagamu..."

"Tapi hyung hiksss.. semua ini salahku, jika saja aku tadi-"

"Shttt.... sudah, jangan dibahas lagi. Lagi pula ini semua sudah terjadi lagi pula kau harus banyak istirahat. Ayo hyung antar sampai ke kamar."

Dengan segera Seokjin berdiri membantu sang adik berdiri, Taehyung hanya diam menundukan kepalanya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya ia tahu kalau hyung nya tidak baik-baik saja. Taehyung berjalan pelan, karena tubuhnya masih lemas dan itu efek dari obat yang tadi ia minum. Namun, tanpa sepengetahuan Seokjin Taehyun melirik melihat pipi kakaknya, pipi yang terdapat bekas merah tamparan neneknya.

Hati Taehyung berdenyut sakit melihat bekas tamparan itu, dilihatnya wajah hyungnya yang masih tersenyum dan membantunya berjalan.

"Hyung, apakah itu sakit?"

Ingin sekali Taehyung bertanya langsung pada hyungnya, namun entah kenapa lidahnya kelu. Bibirnya tak mau bergerak ia takut untuk menanyakannya sangat takut.

"Taehyung, jangan kau pikirkan ini tidak sakit.." ucap Seokjin kemudian. Tak lupa ia mengulas senyumnya. Seolah-olah ia tahu apa yang dipikirkan adiknya.

Taehyung menitikan air matanya, mengulas senyumnya. Bibirnya bergetar hingga bibir bergetar itu mengeluarkan suara.

"Terima kasih Hyung, terima kasih..." ucap Taehyung memejamkan matanya, tak lupa setetes air mata jatuh dari kelopaknya.

Seokjin menoleh melihat wajah adiknya yang menunduk mengulas senyumnya dan mengusap punggung adiknya.

"Tidak usah berterima kasih Taehyung, ini sudah tugas hyung... karena hyung menyayangimu." Ucap Seokjin dengan tulus, bahkan senyum manis masih terlihat di wajah tampannya.

Taehyung bersyukur berkali-kali ia berdoa mengucapkan terima kasih kepada Tuhan karena telah memberikan hyung sebaik Seokjin untuknya.

"Hyung terima kasih, terima kasih kau mau menjadi hyung yang sayang padaku... terima kasih. Aku berdoa agar kau diberi umur panjang dan kesehatan, aku berdoa agar kau bahagia. aku juga berdoa agar nenek memaafkanmu, semoga kau hidup bahagia. dan jangan seperti adikmu yang tengah sekarat ini, hyung..."

..............

..............

"Jungkook?"

Sebuah suara seorang wanita cantik menghentikan langkah seorang namja tampan yang baru saja pulang dari kampusnya.

"Ibu? Ibu sudah pulang rupanya..."

Jungkook membungkuk hormat, memberikan senyum manisnya ke arah wanita yang begitu ia sayang dan hormati tak lupa ia mencium punggung tangan ibunya dan memeluknya.

Yoo Min wanita cantik dan terkenal baik itu mengulas senyumnya, dan mengusap rambut putranya yang semakin hari semakin tampan tak lupa ia mencium kening dan memeluk Jungkook penuh sayang.

"Kapan ibu pulang?" tanya Jungkook yang kini mengulas senyum tipisnya, ia senang akhirnya ibunya pulang. Setelah dua minggu ibunya pergi mengerjakan bisnisnya.

"Baru saja, oh ya kudengar kau sudah menemukan universitasmu, bagaimana nak apa kau senang, dan bagaimana dengan belajarmu, lalu bagaimana dengan teman-temanmu mereka baik denganmu, kan?" tanya nyonya Yoo Min dengan lembut.

Jungkook mengulas senyumnya,

"Sangat baik bu, Jungkook senang bisa bersekolah di sana. Teman-teman juga baik dan ramah padaku.." bohong Jungkook, memang dia menyukai kampus barunya tapi hanya saja ia tidak menyukai teman-temannya semenjak insiden tadi pagi. Yang harus membuat ia sial dan, ah.... lupakan.

"Baguslah... ibu senang mendengarnya..." Nyonya Yoo Min mengulas senyumnya dan membelai putranya yang tampan, namun...

"Akhhh..."

"Jungkook?"

Jungkook meringis kesakitan saat tak sengaja ibunya menyentuh pipinya yang terluka dan sedikit lebam.

"Kau kenapa nak? Kenapa pipimu bisa lebam?" tanya Yoo Min dengan panik, bahkan ia membulatkan matanya saat melihat lebam keunguan di pipi Jungkook.

"In..ini..." ucap Jungkook bingung. Dalam hatinya ia merutuki kebodohannya karena tidak menyembunyikan lukanya sebelum pulang.

"Apakah ada yang menyakitimu, apa ada yang mengganggumu? Siapa dia nak? Katakan pada ibu..."

"Ibu..."

"Aku akan beritahu pada Sehun soal ini.."

"Ibu... jangan bu, jangan..."

Jungkook segera menghalangi ibunya yang hendak mengambil ponselnya.

"Ibu, jangan berlebihan. Ini hanya luka kecil kok, tadi tidak sengaja Jungkook jatuh dan membentur lantai..."

Jungkook terpaksa berbohong, padahal ia tidak ingin membohongi ibunya. Tapi, mau bagaimana lagi. Tidak mungkin kan dia bilang kalau dia habis dihajar habis-habisan oleh teman sekelasnya. Ya... walaupun semua kerusuhan dia yang memulai.

"Benarkah? kaut tidak berbohong kan Jungkook?" ucap wanita cantik itu dengan raut khawatir.

Jungkook menganggukan kepalanya mengulas senyumnya. Ia harus menyakinkan ibunya meski ia salah karena telah berbohong.

"Ibu, aku naik dulu ya... aku sudah lelah mau istirahat.."

Yoo Min tersenyum ke arah Jungkook dan menganggukan kepalanya, tak lupa wanita cantik itu mengusap bahu sang anak.

"Ne, tidurlah agar kau beristirahat..."

Dengan segera Jungkook melangkahkan kakinya, menaiki tangga menuju kamarnya. Jungkook mengelus dadanya dan bernafas lega karena ibunya mempercayainya.

"Maaf bu, Jungkook telah berbohong..."

Ucap Jungkook dalam hatinya, terlihat raut wajah menyesalnya. Namja tampan ini sangat menyesal karena telah membohongi ibunya.

..........

Pukul 07.00 malam...

"Taehyung, ayo bangun... waktu makan tiba dik..."

Kini seorang namja dengan rambut hitamnya mengguncang-guncangkan tubuh seorang namja berambut coklat yang bergelung dengan selimut tebalnya. Siapa lagi kalau bukan Kim Seokjin.

"Eungghhh.... hyung...." ucap Taehyung yang belum sadar dari mimpinya.

"Ayo bangun dik, makan malam sudah tiba..."

"eunnggghhh... hyung lima menit lagi..."

"Aisshhh, Taehyung... ayo bangun. Apa kau mau sakit?"

Srettttt....

Dengan segera Seokjin menyibakan selimut adiknya membuat udara dingin menembus kulit Taehyung.

"Ahhh.... hyung bentar lagi..."

"Taehyung jangan bandel, ayo makan selesai makan kau bisa tidur semamumu..." ucap Seokjin dengan tegas.

Namun bukannya menyanggupi apa yang diperintahkan hyungnya Taehyung justru Taehyung malah memeluk gulingnya mengacuhkan apa yang dikatakan hyungnya.

"Ayo... Taehyung, bangunnn...." Seokjin menarik tangan adiknya, bermaksud membuat adiknya bangun. Sementara Taehyung sudah setengah duduk dengan tangan yang masih ditarik hyungnya. Oh ya jangan lupakan rambut coklat berantakan miliknya dan kelopak matanya yang menutup.

"Eungghhh... hyung aku ngantukkk..." ucap Taehyung yang masih belum sadar dari alam mimpinya.

"Tunda dulu ngantuknya, nanti lanjutkan lagi... ayo bangun Taehyung..."

Dengan susah payah, Seokjin menarik tangan Taehyung memaksa sang adik untuk turun dari kasurnya.

"Ne... hyung aku akan bangun..." ucap Taehyung yang masih menutup matanya.

Seokjin melepaskan tangan Taehyung, hingga posisi Taehyung kini duduk namun hanya beberapa detik.

Brukkk...

"Ya ampunn...."

Seokjin menepuk jidatnya melihat dongsaeng kesayangannya jatuh di atas kasur empuknya.

"Aku akan bangun hyung eunggghhh..."

Taehyung malah kini memeluk gulingnya melanjutkan tidurnya.

"Ck...ck...ck... Taehyung.."

Seokjin menggelengkan kepalanya, melipat lengannya di dadanya. Namun seulas senyum muncul di wajah tampannya melihat tingkah konyol adiknya.

"Taehyung, hyung berdoa semoga kau bahagia..."

..............................

(Jungkook **** POV)

Brukkkk...

Aku merebahkan tubuhku melihat langit kamarku, entah kenapa tubuhku merasa pegal apalagi aku tidak bisa tidur siang. Sungguh sial hari ini, baru dua hari aku menjadi murid universitas Hangkang. Aku harus dihukum dan terkena kesialan lainnya.

Aku bangun dari rebahanku menatap ke arah cermin, tiba-tiba saja ingatan tentang namja itu kembali... ya ingatan dengan namja asing berambut coklat yang tiba-tiba memelukku.

...>...

"Kookie, ini kau? Apa ini sungguhan....? Kookie hyung sangat merindukanmu hikksss..."

....>....

"Kookie hiksss... akhirnya aku bertemu denganmu hikkkssss..."

....>....

"Apa kau tidak mengenalku? Kau tidak mengingatku? Aku Taehyung, aku hyungmu.."

....>.....

"Siapa dia? Kenapa dia memelukku?"

Aku masih bertanya-tanya siapakah namja asing itu, dia bilang aku adiknya. heh... ini sungguh gila padahal aku tidak pernah mengenal apalagi bertemu dengannya aku anak kedua, aku punya kakak bernama Sehun juga seorang adik perempuan bernama Nana. Lalu, seenak jidatnya dia memanggilku dengan sebutan 'Kookie' yang terdengar menjijikan bagiku. ini sungguh gila...

"Jeon Jungkook, sungguh luar biasa harimu..." gumamku, aku tersenyum tipis.

Kuharap aku tidak bertemu dengan namja asing itu lagi.

Drttt... drttt... drttt...

Aku mengambil ponsel yang bergetar dari atas mejaku saat sebuah panggilan masuk, dengan segera aku menyentuh layar ponselku. Melihat nama seseorang yang terpampang jelas di layar membuat senyumku muncul, ya hanya melihat namanya saja membuatku bahagia. gadis cantik yang telah lama membuatku jatuh cinta, bukan hanya itu dia juga sahabat terbaikku. Dan aku telah memendam perasaan padanya, dia adalah bidadari cantikku, Kim Sohyun.

Dengan segera aku mengangkat panggilannya, aku tidak mau membuat bidadari cantikku menunggu.

"Halo sohyun ada apa?"

"..."

.............

Tbc...

Hai semua author kembali dengan chap ini, maaf jika di bulan puasa author banyak buat salah ama kalian hehehe. Oh ya btw semoga nih chap feelnya dapat ya..

Disini author udah usaha yang terbaik buat bikin chap ini. dan author gak mau bikin kalian kecewa.

Maaf kalau typo, gaje atau apalah... karena saya masih banyak belajar.

Jangan lupa vommentnya ya, makin banyak vommentnya makin cepat saya updetenya, oke... ^^

Sekian dari saya, bye... sampai jumpa ^_^

Salam cinta dan sayang untuk kalian semua....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro