BAB 15 : LEBIH DEKAT
"Aku tidak tahu apakah takdir akan menuntunku padamu. Tapi jika aku berusaha mendekatimu, aku harap Tuhan berbaik hati dengan kedekatan kita."
🌜🌜🌜🌜🌜
Sejak pagi, Reksa disibukkan dengan persiapan yang akan membawanya ke rumah Anta dengan penampilan maksimal.
Pukul 10.00, Reksa baru memandikan dirinya setelah menyiapkan pakaiannya agar penampilannya tetap kece, walau begitu-begitu saja.
Sambil menunggu pukul 11.30, Reksa kembali merebahkan dirinya sambil memainkan sosial medianya.
Dentingan notifikasi masuk secara beruntun saat Reksa baru menghidupkan data seluler.
Satu pesan masuk dari Sang Papa yang tak ada niatan hati untuk Reksa melihatnya. Ia tak mau merusak moodnya gara-gara melihat pesan Papanya yang begitu-begitu saja.
"Paling cuma nyuruh Reksa buat bulik ke rumah doang. Kalo Reksa bilang kada ya kada. Tetep aja Papa keras kepala. Sekali aja Papa ngalah sama Reksa gitu."
Reksa mencebik, tangannya tak berhenti untuk menjelajahi instagram miliknya. Reksa kembali beristighfar setelah selesai berbicara tak baik pada Sang Papa yang jauh tinggal di kota seribu sungai.
Tubuhnya bangkit setelah melihat jam di layar ponsel. Reksa kembali mengganti bajunya dengan baju yang sudah ia siapkan dari tadi.
Di depan rumah, Reksa memasang sepatu hitam putih. Setelah mengunci rumah, Reksa berjalan kaki ke depan gang indekos untuk mencari angkot agar bisa sampai di rumah Anta.
Reksa berusaha menghemat biaya hidupnya semaksimal mungkin. Ia tak mungkin membeli motor hanya untuk gaya-gayaan sedangkan ia masih bisa menggunakan angkutan umum.
Jika membawa kendaraan yang ada di rumahnya, sama saja membawa kematian padanya. Ke sini saja ia sudah tidak meminta izin pada Sang Papa.
🌜🌜🌜🌜🌜
Kegiatan dua perempuan berbeda usia terhenti ketika mendengar suara bel rumah berbunyi.
Tante Elara melongokkan kepalanya melihat jam dinding dekat dengan dapur. Ia tersenyum ketika melihat jam menunjukkan pukul 12.15, tamu yang ditunggu akhirnya datang.
Tante Elara sudah ingin melangkahkan kaki untuk membuka pintu untuk tamu yang bertandang. Tapi suara Anta menghentikan keinginannya.
"Biar Anta aja yang buka, Tan." Anta berucap setelah mengangkat perkedel jagung dan mematikan kompor.
"Tumben," ujar Tante Elara yang membuat Anta tersenyum.
"Yang datang 'kan sudah pasti Reksa. Anta gak papa kok."
Tante Elara mengangguk patuh dan kembali memasukkan beberapa bumbu dapur pada masakannya. Ia tersenyum ketika melihat sedikit perubahan pada Anta.
Dulu Anta tak mau membuka pintu, takutnya yang datang adalah makhluk lelaki. Tapi sekarang, Reksa yang notabennya adalah lelaki, Anta malah mau membukakan pintu yang sangat sakral itu.
Anta tersenyum membalas senyum Reksa yang berdiri tepat di depan pintu saat ia membukakan pintu untuk cowok itu.
"Silakan masuk, Rek."
Reksa mengangguk. Kakinya melangkah masuk dan mengikuti langkah kaki Anta yang membawanya ke dapur.
Tante Elara menyambut Reksa dengan sangat baik, saat Reksa melihat Tante muda itu merapikan beberapa masakan di atas meja.
"Hallo. Reksa, ya?" tanya Tante Elara saat Reksa mencium tangannya.
"Iya, Tante. Salam kenal." Reksa tersenyum saat mendapatkan sambutan hangat.
Membantu merapikan meja makan, Reksa menikmati makan dengan Anta dan Tante Elara. Kehangatan dari Tante Elara mengingatkannya pada Mamanya yang sudah tenang di alam sana.
🌜🌜🌜🌜🌜
Reksa dibuat tersenyum oleh foto Anta kecil yang ditunjukkan oleh Tante Elara.
Tidak ada keberadaan Anta membuat Tante Elara menceritakan keponakannya yang saat ini sedang mengerjakan tugasnya yang hampir selesai.
Memang tidak sopan. Tapi Reksa dapat memaklumi Anta dan pada akhirnya, Reksa diajak oleh Tante Elara mengobrol di taman samping rumah. Menceritakan semua tentang Anta semasa kecil dulu.
"Kamu asli Semarang, Rek?" tanya Tante Elara yang penasaran dengan diri Reksa.
"Bukan, Tan. Reksa anak perantau di sini. Reksa aslinya tinggal di Banjarmasin. Kuliah di sini karena ingin mewujudkan impian Mama yang menginginkan Reksa kuliah di tempat yang sama seperti Mama," jelas Reksa yang membuat Tante Elara paham.
"Terus Mama dan Papa kamu sering jenguk kamu di sini?" tanya Tante Elara lagi.
Reksa menggeleng dan tersenyum. "Mama sudah berpulang lebih dulu, Tante. Tapi Reksa yakin Mama selalu tahu kegiatan Reksa dengan melihat Reksa di tempatnya berada. Kalau Papa, beliau sibuk dengan kerjaan dan istri barunya."
Reksa menceritakan semuanya dengan lirih. Pancaran matanya berubah sendu. Ada luka dan kepedihan saat Reksa menatap langit yang terlukis indah dengan awan sebagai pendukungnya.
"Tante gak maksud buat ngungkit masalah kamu. Maaf ya, Reksa."
Reksa tersenyum dan menggeleng bahwa semua itu tak papa.
Bungkam selama beberapa saat. Tante Elara kembali mengeluarkan suara dengan hati-hati.
"Hm ... Tante mau cerita, tapi kamu jangan bilang sama Anta ya, kalau kamu tahu semua ini dari Tante."
Reksa mengangguk menyetujui. Tante Elara sangat mirip dengan Om Angkasanya. Sikap Tante Elara yang terlampau sangat miripnya dengan Angkasa membuat ia sedikit merindukan Sang Om.
Kesedihan yang merundung hatinya, hilang tergantikan dengan rasa penasaran mengetahui tentang Anta.
"Kamu mungkin merasa aneh dengan sikap Anta. Tapi sikapnya itu karena perlakuan buruk ayahnya yang meragukan Anta bahwa Anta adalah anak kandungnya.
Tante gak tahu dari mana Kak Adit mendapatkan informasi yang menimbulkan kesalahpahaman. Anta mengalami banyak masa buruk waktu itu, bahkan bekas penyiksaan di masa kecilnya masih membekas di tubuh dan hatinya.
Makanya, Anta sangat takut menghadapi lelaki manapun karena ia takut semua laki-laki itu sama saja. Apalagi ia mengalami masa buruk dengan cinta pertamanya. Kalau kamu memang benar-benar suka sama Anta. Tunjukkan sama dia, Tante yakin, sekarang hati Anta masih meragu. Dan itu harus kamu buktikan, Tante akan dukung kamu, karena Tante sangat. yakin kamu cowok yang baik."
Reksa bungkam. Seluruh kalimat yang ingin ia keluarkan tertekan kembali. Tenggorokannya tercekat mendengar langsung kehidupan Anta. Bukan sekedar gosip yang tak bertanggung jawab. Tapi sekarang, ia mendapatkan seluruh informasi dari Tante Elara.
Tante Elara membuka kembali mulutnya. "Tante tahu semua ini setelah mamanya Anta meninggal karena penyakit yang disembunyikannya. Tante berniat mengasuh Anta karena melihat Anta terpukul dan tak mau tinggal berdua dengan ayahnya."
Reksa merasa ada yang menghantam tepat pada hatinya. Mendengar semua tentang Anta saat ini, membuat Reksa bertekad akan membantu cewek itu bangkit dan melupakan semua masa lalunya yang buruk.
"Tante harap kamu bisa membantu Anta menjadi Anta yang normal. Tante sangat ingin, Anta berani menghadapi masa lalunya. Tante juga mengucapkan banyak terima kasih karena berkat kamu, Anta sedikit mengalami perubahan."
Reksa masih tak mampu berucap. Tapi kepalanya bergerak naik turun dengan senyum tercetak jelas di wajahnya.
Melihat langit sudah menjingga, Reksa pamit untuk pulang. Tante Elara mengantarkan Reksa ke depan.
Melewati pintu berkaca transparan, Reksa melihat Anta yang keluar dari dapur memegang secangkir air putih.
Anta tersenyum tipis dan ikut mengantarkan Reksa ke pintu utama.
"Lo ke sini naik apa?" tanya Anta membuka suara setelah sampai di depan rumah tapi tak melihat satu pun kendaraan yang berada di halaman.
"Gue ke sini tadi naik angkutan umum." Reksa menjawab sambil menyalami tangan Tante Elara.
"Jadi, kamu gak bawa motor?" tanya Tante Elara kaget.
"Reksa 'kan anak perantau, Tante. Gak mungkin buat Reksa beli motor kalau Reksa masih sanggup naik angkutan umum."
Tante Elara masuk kembali ke dalam rumah, Reksa mengerutkan dahi. Dan Anta menyuruhnya menunggu sebentar.
Tante Elara kembali dengan membawa kunci di tangannya. "Yuk, Tante antar."
"Eh? gak usah, Tante. Reksa makin ngerepotin Tante." Reksa menolak. Perasaannya menjadi tak enak. Ia tak ingin merepotkan orang di sekitarnya dengan keadaannya.
"Kamu 'kan tamu. Jadi gak ngerepotin sama sekali. Ayo masuk mobil, Tante antar."
"Reksa yang nyetir mobilnya ya, Tan." Reksa meminta dan langsung dikabulkan Tante Elara.
Sore itu, di bawah lembayung senja. Reksa mendengar cerita lagi dari Tante Elara yang menceritakan hal kesukaan Anta. Yang membuat Reksa merasa lebih dekat untuk menggenggam Anta.
🌜🌜🌜🌜🌜
Bulik : Pulang
Kada : enggak/tidak
🌜🌜🌜🌜🌜
Bersambung...
See you next chapter 💕
Bubay 🙋🙇💕
Binuang, Kalimantan Selatan.
Rabu, 15 Agustus 2018
Salam sayang 💕
tasyaauliah_
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro