Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 11 : SAATNYA BANGKIT

"Obat dari melupakan masa lalu adalah bangkit dan ikhlas tanpa harus mengingat luka yang hanya bisa menyakiti."

Reksa Ardana Sakhi

🌜🌜🌜🌜🌜

Kota Semarang, akhir-akhir ini sering hujan. Seolah mendukung semua kesedihan Anta. Hujan turun saat dirinya tersesat lagi dengan masa lalu.

Anta tak pernah membenci hujan. Malah hatinya dapat ketenangan hanya dengan memandang rinainya.

Berbicara tentang Reksa, beberapa akhir ini Anta selalu menghindarinya. Antara takut mengingat masa lalu lagi dan malu karena kabur tanpa pamit, membuatnya enggan bertemu dengan pria berambut kecoklatan itu.

Seolah tak cukup. Masa lalu itu juga akhir-akhir ini selalu hadir dalam mimpinya. Selalu dihantui saat melakukan kegiatan apapun, membuatnya membenci dirinya yang tak bisa berdamai dengan masa lalu.

Kata orang, masa lalu itu dibuang dan jangan dikenang. Tapi kata-kata itu hanya gampang diucapkan namun sulit dilaksanakan.

Kakinya melangkah cepat saat sekelebat bayangan sosok yang ia sayang namun paling ia benci di dunia ini, lagi-lagi menghantui dirinya.

Membenci sosok yang disayang adalah hal yang menyakitkan bagi Anta. Apalagi sosok itu sudah menorehkan luka fisik dan batin bagi dirinya dan orang tercinta lainnya.

Anta lelah. Ia ingin pulang dan meminum obat tidur agar bayangan paling menyeramkan itu hilang. Apalagi ingatan tentang orang yang mendekatinya sambil membawa gesper membuat ia menahan diri untuk tidak berteriak. Ia tidak ingin mempermalukan diri, dengan berteriak dikeramaian kampus.

Terduduk di bawah pohon beringin yang berada di belakang fakultas ekonomi membuatnya menekuk kaki hingga dada, memejamkan mata dan menutup kuping rapat.

Tentang pohon ini, ini bukanlah tempat favorit Anta. Karena letaknya yang lumayan jauh dari gedung jurusan PGSD dan tempatnya yang tak senyaman pohon beringin kesukaannya.

"Argghh." Anta berteriak saat pukulan tak kasat mata menamparnya dan mengingatkannya pada setiap inci kesakitan yang ia alami.

Airmatanya luruh membasahi pipi, ia sudah tidak kuat lagi. Ia butuh obat tidur yang ada di kamarnya.

Kesakitannya itu sudah menguasai dirinya. Biasanya Anta dengan mudah mengusir bayangan masa lalu dengan tarikan napas dan beberapa sugesti yang ia hapal diluar ingatan.

Ketika kedua tangannya yang menutup telinga disentuh seseorang. Anta tersentak kaget. Ia tak membuka matanya. Ia masih ingin menenangkan diri lagi.

"Anta, lo gak papa?" tanya seseorang dengan suara bas yang Anta hapal bahwa itu adalah suara Reksa. Bukan suara penjaga pohon beringin yang terganggu dengan isak dan teriakannya.

Anta menggeleng kuat. Tangannya masih bergetar. "Pergi, gue bilang, pergi!" racau Anta yang membuat Reksa yang jongkok di depannya melotot kaget.

"Lo kenapa?"

"Pergi Reksa! Pergi!" teriak Anta dengan suara seraknya.

🌜🌜🌜🌜🌜

Reksa menatap Anta dengan pandangan iba. Reksa tak suka melihat Anta hancur sedemikian rupa. Yang ia tahu, Anta tidak suka menunjukkan keterpurukannya dihadapan orang.

Reksa membatin, seburuk apa masa lalu Anta hingga membuat cewek itu bisa merasakan sakit sedemikian rupa.

Reksa yang niatnya ingin ke perpustakaan untuk mengembalikan buku, malah melihat Anta yang berlari gelisah. Reksa tidak akan tahu kalau gadis itu dari tadi menahan semua rasa sakit itu sendiri.

Reksa lebih memilih Anta yang sibuk membaca bukunya daripada melihat Anta sekacau sekarang.

Tanpa aba-aba, Reksa memeluk tubuh Anta yang bergetar hebat.

"Gue gak tahu seburuk apa masa lalu lo. Tapi gue gak suka lihat lo yang sekarang," ucap Reksa yang mengelus rambut hitam Anta. "Apa kehadiran gue yang ngebuat lo jadi begini? Kalau iya, gue minta maaf." Reksa kembali melanjutkan ucapannya walaupun nadanya berubah lirih.

Anta diam. Reksa tersenyum pahit. Tanpa jawaban Anta, ia sudah tahu kehadirannya terlalu mengusik hidup Anta.

"Kalau gue cuma bikin hidup lo rumit, gue bakal pergi. Tapi gue mohon, lo jangan sampai begini lagi. Lo harus bangkit dan berani menghadapi masa lalu. Karena seburuk-buruknya masa lalu, itu jangan sampai dikenang."

Reksa perlahan mengurai pelukannya. Ditatapnya mata Anta yang sudah berhenti menangis. Saling tatap, perasaan keduanya sama-sama terluka.

Karena kehadirannya hanya menambah luka. Dan satunya merasa gorosen luka karena telah tega menyakiti perasaan yang sama sekali tak bersalah.

Reksa hendak berdiri dari duduknya, tapi genggaman tangan ringkih Anta menahan Reksa.

"Gue minta maaf." Anta berucap sambil menatap manik mata Reksa.

Reksa tersenyum. "Lo gak salah."

"Jangan pergi. Gue tadi lagi kalap aja."

Ucapan Anta bagai tombol otomatis yang membuat Reksa mendudukkan diri di samping Anta dan senyumnya kian melebar.

"Gue emang gak tahu dengan masa lalu, lo. Gue cuma tahu, diri lo dari cerita mereka yang sama sekali gak bisa gue percaya. Gue siap jadi tempat curhat, lo. Jadi tempat berbagi segala masalah, lo.

Dan lagi, jujur gue gak suka lo yang tadi. Masa lalu jangan bikin diri lo lupa bahwa sekarang, lo sudah hidup bahagia bersama dengan orang-orang yang sayang sama lo. Sesakitnya masa lalu, gue harap lo bisa ikhlas dan bangkit mencari kebahagiaan yang sudah menanti." Reksa berujar sambil memandang awan putih yang menggumpal. Tangis Anta kembali terdengar, hatinya kembali tercabik, ia tak pernah sadar bahwa ia telah salah memperlakukan orang. Sikapnya yang menjauh dari Reksa, seharusnya sudah membuat cowok itu menjauh.

Reksa menatap Anta sebentar. "Gue mau bantu lo bangkit, kok. Dari cerita yang gue dengar. Masa lalu lo, gak jauh dari cowok yang nyakitin lo. Bener gak?

Menurut gue, lo sekarang menganggap semua cowok itu sama. Padahal, semua sikap dan sifat cowok itu berbeda-beda. Lo jangan menganggap semua sama, karena menurut gue, lo belum menemukan bahagia bersama cowok yang tepat aja."

Anta bungkam. Telinganya dengan jelas menangkap semua kalimat Reksa yang masih dapat ia cerna.

"Lo cewek yang manis, sayang kalau kemanisan lo tertutupi sama ketakutan lo. Karena menurut gue, lo pantas bahagia."

Reksa menatap Anta. Tangannya dengan spontan mengusap poni Anta yang membuat cewek itu terdiam kaku.

🌜🌜🌜🌜🌜

Mendengar penuturan Reksa, Anta menutup mulutnya rapat. Perlahan ingatan Anta tentang semua ucapan Tante Elara, teman-temannya dan cowok di sampingnya memutar dalam ingatan. Semua orang mendukungnya bangkit. Lantas hal apa lagi yang ia tunggu.

Anta perlahan menarik senyumnya dengan ikhlas walau susah. Bibirnya terasa kaku karena jarang tersenyum. Di depannya, Reksa telah tersenyum lebar.

Tekad dalam hatinya semakin bulat untuk segera bangkit dari masa lalu dan Anta sangat berharap, ia bisa berdamai dengan masa lalu.

🌜🌜🌜🌜🌜

Ada yang kangen?

Oh, gak ada. wkwk 😂😂

Happy Reading. Thanks for read, vote and comments. 💕

See you 🙋🙇

Binuang, Kalimantan Selatan.
Sabtu, 11 Agustus 2018
Salam literasi 💕
tasyaauliah_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro