Devil's Act #3
Harry memamerkan dua lesung pipinya di depan cermin. Jujur, bercermin bukan gaya dia sama sekali. Dia tahu tanpa bersolek pun dia tetap akan mempesona. Tapi malam ini pengecualian, dia bahkan memakai suit sekarang.
Malam ini dia akan dinner dengan si itik yang baru beberapa jam berubah jadi angsa. Bukan gadis itu tapi yang menarik perhatian Harry, dia tahu gadis yang dia incar tinggal satu tempat di rumah gadis yang jadi bonekanya. Dia ingin kelihatan mempesona di hati dua wanita itu.
Cara dia memang licik, tapi cara itu bisa membuat Bridgette luluh lantak di pelukannya. Dia bahkan yakin tak butuh waktu lama agar Bridgette melunakkan sikap keras kepalanya dan bisa jatuh cinta pada pesona luar biasa Harry.
"Kau benar-benar akan dinner dengan gadis itu?" tanya Niall ketika Harry baru saja turun tangga.
Niall, Zayn, dan Louis sedang duduk di ruang tengah rumah besar Harry. Mereka memang menjadikan rumah Harry sebagai tempat favorit mereka. Bahkan dilihat dai statistik, mereka tinggal lebih lama di rumah Harry daripada rumah mereka sendiri.
"Gadis itu punya nama, namanya Emily."
"Aku kira kau hanya tertarik pada Bridgette."
Harry menyeringai, "I do have a plan."
Louis menggoyangkan red wine di gelasnya, "Jadi kau akan menggunakan gadis ini untuk bisa dekat dengan Bridgette?"
"You'll see."
"Bagaimana kalau kau jatuh cinta dengan keduanya?"
Harry tertawa kencang. Pertanyaan konyol itu lelucon terburuk yang pernah telinga dia dengar. Dia bahkan tidak yakin akan jatuh cinta dengan satu dari gadis itu. Dia hanya tertarik... tertarik bukanlah sinonim dari jatuh cinta.
"Maka keduanya akan aku miliki. Sesederhana itu." Harry tidak benar-benar serius dengan ucapannya tapi ketiga temannya selalu percaya mentah-mentah apa yang keluar dari mulutnya.
"Dude, kalau kau tetap dengan Brie, biarkan Emily jadi milikku."
"Boleh saja asal kau suka bekasku."
"Bekas atau tidak, aku suka dengannya. Aku jadi penasaran apa dia masih virgin atau tidak."
"Kau mau hal sepele ini jadi semakin menarik?"
"Taruhan lagi?"
"Ya...gadis itu akan mudah aku dapatkan bahkan dalam satu malam. Kau mau aku mengeceknya?"
"Baiklah... aku yakin dia masih virgin."
"Aku juga yakin."
Zayn mengangkat tangannya memberi usul, "Bagaimana kalau kalian memberi tenggat waktu untuk membuktikan teori gadis itu masih virgin atau tidak."
"Well... aku akan melonggarkan personaku. Akan aku buat dia menyerah pada tubuhnya dalam dua bulan. Kalau aku tidak bisa membuat dia luluh, kau bisa meminta apapun dariku. Asal permintaan itu masuk akal."
"Setuju!" di pikirannya Niall sudah memimpikan Maybach dan sebuah penthouse mahal Harry di Las Vegas, "Tapi jika kau menang?"
Harry berpikir cukup lama. Suara seraknya lalu membuat seluruh teman-teman dia tercengang, "Aku mau kau memberikan aku adikmu."
"What? But she's fourteen!!!"
"I don't care. Still in or out?"
Niall mengambil botol wine di genggaman Louis kasar. Langsung dia teguk wine itu dari botolnya. Salah besar dia bermain dengan setan macam Harry. Harusnya dia sudah belajar dari pengalaman Louis kemarin!
Semua kehidupan dia dan keluarganya ada di tangan Harry. Dia adalah robot yang disetting untuk menurut setiap patah kata perintah Harry. Dia tidak boleh menolak, apalagi membantah.
"I'm in." suaranya tercekat rasa khawatir. Dia memikirkan cara lain di otaknya agar Harry tidak menjamah adiknya. Dia harus buat Harry kalah dalam permainan ini.
***
Kepercayaan diri Harry yang memang sudah tinggi bertambah besar saat orangtua Emily begitu menyambut kedatangannya, bahkan memperlakukan Harry sangat baik. Untungnya, mereka tidak banyak bicara. Harry dibiarkan masuk ke ruang tengah menemani... LIAM!
"Apa yang kau lakukan disini?"
Melihat Harry, Liam langsung bangkit, "A-aku diundang Brie."
"Bukankah aku minta kau untuk jadi bodyguard Bridgette?"
"Ya... tapi Brie mengajakku berteman."
"Dan kau menerima tawaran itu?"
Liam menelan ludahnya, "Ya." dia bahkan tak berani menatap lurus ke dalam mata Harry.
Tangan Harry terkenal di dalam celananya bersiap untuk meninju pria tak tahu diuntung ini.
Tapi kalau dipikir-pikir ada bagusnya juga kalau Liam dekat dengan Bridgette. Liam akan memantau Bridgette untuknya.
"Kau berteman lah dengan Bridgette. Buat dia dekat denganmu sampai dia bersedia berbagi cerita denganmu. Lalu kau harus laporkan apapun yang dia bicarakan denganku."
"Baik!"
"Ingat, jangan sampai Bridgette suka denganmu. Buat dia dekat sebagai teman bukan sebagai pria. Kalau kau melanggar syarat mutlak ini maka keluargamu akan---"
"Aku mengerti, Styles! ! Aku akan menurut, aku bersumpah!"
"Bagus." kepala Harry berkeliling mencari sesuatu yang sangat penting di tempat ini, "Dimana Bridgette?"
"Dia sedang memasak di dapur."
"Masak?"
"Ya, aku diundang untuk memakan masakannya."
"Interesting. Dimana letak dapur itu?"
"Brie bilang dia tidak mau diganggu di dap---" Harry memberikan pelototan maut, "Akan aku antar kesana!"
Harry tidak pernah suka menunggu dan Harry yakin Emily akan berusaha sangat keras di kamar untuk terlihat cantik, dia pasti akan sangat lama. Orang yang sudah cantik saja butuh waktu berjam-jam untuk membenarkan letak alis mereka, apalagi Emily yang baru saja sadar kalau dia cantik?
Untunglah, Harry tidak harus mati bosan menunggu. Dia bahkan rela menunggu sampai lama asalkan ada gadis incaran dia yang sangat seksi mengenakan apron putih di depannya ini. Lima menit Harry sudah memperhatikan detail lakukan tubuh Bridgette dari belakang, tapi kemudian Bridgette berbalik dan kaget melihat wajah Harry ada di depan pintu dapur.
"Qu'est ce que tu fous là?[1]"
Harry suka mendengar aksen prancis dari lidah Bridgette, sangat seksi... begitu mengundang birahi Harry.
"Kalau kau tidak lupa, aku akan dinner dengan sepupumu."
"Lalu, apa yang kau lakukan di dapur?"
"Melihat bokong seksimu bergoyang saat memasak."
"Ta gueule [2]! Get the hell out of here!"
"Aku tidak suka diperintah dan kau tidak layak memberi perintah padaku."
"I don't care!"
Harry pun mendekat, berdiri di jarak yang cukup dekat dengan Bridgette. Dia berbisik dengan suara seraknya, "Kau mau aku bocoran satu rahasia besar?"
"Tidak tertarik."
"Ini menyangkut sepupumu."
"Ceritakan sekarang!"
"So... I made a bet with Niall."
"You said what? A bet?"
"Yaps... Taruhan untuk tahu sepupumu masih virgin atau tidak."
"Quoi?[3]"
"Waktuku hanya dua bulan untuk uji coba keperawanan Emily."
"You son of a bitch!" Tangan Brie melayang di atas untuk menampar pipi Harry tapi ditahan Harry. Justru wajah Harry jadi semakin dekat dengannya.
"Maki aku sesukamu kalau kau mau sepupumu aku garap malam ini."
"Quoi?"
"Aku akan dinner malam ini dengannya. Aku yakin tanpa obat perangsang, Emily akan bersedia tidur denganku."
"Qu'est ce que tu fou? [4]"
"I want you."
"Quoi? Moi[5]?"
"Oui... aku mau kau menurut padaku."
"Qu'est ce que cela veut dire?[6]"
"Artinya... aku mau kita berhubungan. Aku mau kau jadi kekasihku."
"Tapi Em..."
"Kau ingin sekali Em pacaran denganku?"
"Dia suka padamu!"
"Kalau begitu jadilah kekasih rahasiaku. Aku janji akan menjadi kekasih Emily dan aku janji tidak akan menyentuhnya."
Brie mengeluh, dia tahu sekarang dia sedang dimanfaatkan. "Apa tidak ada cara lain?"
"Baiklah kalau kau mau sepupumu hilang keperawanan dan sakit hati karena aku dekat dengan dia karena sebuah taruhan."
"Connard!"
Harry tak peduli makian apapun keluar dari mulut Brie. Dia sudah menang. Bridgette Padget sudah menyerah. Tapi permainan belum selesai, dia masih punya urusan dengan Emily.
"Kau bisa lanjutkan memasakmu, tapi berikan aku ponselmu."
Brie patuh walau dengan setengah hati. Dia menggerutu panjang dalam bahasa Prancis, yang tentu saja dapat dimengerti Harry dengan jelas. Bahasa pertama yang dia kuasai adalah bahasa Prancis, hingga umur 11 tahun dia pun tinggal di Prancis.
"Apa yang kau masak?" tanya Harry penasaran. Dia mencium bau sangat harum keluar dari panci di kompor. Baunya mengingatkan dia pada masakan Prancis buatan ibunya.
"Bœuf Bourguignon."
"I love that. Aku tak sabar mencicipinya."
Dengan spatula di tangannya, Brie berbalik mendelik Harry. "Kau akan dinner dengan Em."
"Baiklah kalau kau lebih memilih aku pergi dengan Emily dan melahap tubuhnya."
"Don't you ever do that! Oh Dieu, kenapa Kau ciptakan makhluk busuk seperti ini!"
"I hear you."
"Désolé[7], oke?"
"Lanjutkan memasak!" Harry meletakkan ponsel Brie ke meja Bar dekatnya, "Aku sudah tinggalkan nomor ponselku. Kau harus menghubungiku jam 12 nanti."
Brie memberi kode dengan ibu jari terangkat ke atas. Sebetulnya Harry ingin lebih lama tinggal di dapur melihat kesaksian bokong Brie atau mungkin mencicipi masakan Brie sambil memeluk Brie dari belakang. Tapi itu tidak bisa diwujudkan sekarang, di tempat ini... dia punya tata krama. Dia akan mengencani sepupu dari gadis incarannya.
Emily datang tak lama kemudian. Usaha Emily tidak sia-sia. Dia sangat cantik sekarang dengan gaun peach selutut dan rambut dicepol yang menyisakan beberapa helai di samping pipinya. Sangat menawan, elegan dan tidak berlebihan sama sekali. Harry jadi tergoda dengan Emily.
"Hanya berkeliling. Kau sudah siap?"
Emily menunduk malu, "How do I look?" suaranya begitu pelan, untung Harry persis ada di sebelahnya jadi dia bisa menangkap ucapan itu.
Harry memajukan wajahnya dan berbisik persis di telinga Emily, "Beautiful like a princess, darl."
"Thanks." Emily salah tingkah. Damn, Harry suka kepolosan anak ini. Dia jadi penasaran.
"Shall we go?"
Emily berteriak ke sepupunya, "Brie, aku pergi dulu!"
"Ya... Ouh-Auch!" Suara dapur seketika bising. Mangkuk pecah dengan Brie yang jatuh terpeleset. Tangan dia tersiram kuah panas.
Semua orang di rumah itu berhamburan masuk ke dapur, termasuk Liam yang langsung membopong Brie keluar dari dapur. Harry sendiri hanya mematung shock dengan pilihan yang dibuat Brie. Dia mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan Emily! Haruskah Harry respect atau haruskah Harry jujur bilang kalau langkah Brie sangat bodoh?
"Harry..." Emily menunduk memperhatikan kuku Jari-jarinya. Sekarang mereka ada di kamar Brie, Brie sedang dapat pertolongan pertama dari ayah Emily.
"Ya?"
"Tentang Dinner itu..."
"Ah! Kau mau berangkat sekarang?" ajakan setengah hati. Harry mencemaskan kondisi Bridgette sekarang. Dia takut sesuatu yang fatal terjadi pada gadis itu.
Tangan Harry yang baru saja digenggam Emily dilepaskan secara lembut. Emily masih menunduk dalam saat berbicara, "Apa bisa kita undur? Aku khawatir dengan Brie."
Harry lega tapi menahan diri untuk tersenyum, "As you wish, princess."
###
Glosarium
[1] Apa yang kau lakukan disini!
[2] artinya "Screw you!"
[3] Apa?
[4] Apa yang kau rencanakan?
[5] Aku
[6] Apa artinya itu?
[7] Maaf!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro