#15 Angel's Side
Brie memandang video dari laptopnya. Disana Harry tengah bermain gitar sambil menyanyikan sebuah lagu berjudul Angels Brought Me Here. Ini adalah kado natal Harry untuknya, memang sangat sederhana tapi sesuatu yang seperti inilah yang Brie mau dari Harry. Harry mungkin suka membuang uangnya tapi Harry yang menyatakan perasaan dengan hatinya adalah sesuatu yang lain. Sesuatu yang sangat spesial.
Video itu bukan hanya satu. Tapi Harry juga membuat video lima belas menit tentang bagaimana awalnya dia bisa jatuh cinta dengan Brie sampai sekarang mereka sudah bersama. Brie masih takjub, Harry bahkan ingat beberapa hal kecil saat kencan mereka dulu, seperti baju apa yang Brie kenakan dan beberapa hal yang Brie katakan. Harry juga membuat album foto yang hampir seluruhnya berisikan wajah Brie yang diambil secara candid.
Sisi romantis Harry adalah hal langka. Setelah mendapat kiriman video itu, Harry bertingkah aneh. Dia akan memasang wajah cemburut dan menggerutu kalau tindakan dia itu bodoh dan khilaf karena tidak punya ide apa yang harus dia berikan pada Brie sebagai kado natal.
Harry bodoh sekali. Dia kira hadiahnya itu konyol tapi bahkan hadiah Brie lebih bodoh lagi. Brie hanya memberikan Harry dasi merah. Brie tidak punya ide, apa yang harus dia beri ke Harry. Hampir semua hal sudah Harry miliki. Kemudian dia sadar kalau Harry jarang sekali memakai suit, terakhir dia melihat Harry memakai suit, Harry mengenakan dasi yang tidak match dengan jasnya. Atas dasar itulah Brie mempertimbangkan dasi sebagai hadiah natal paling pas. Apalagi Harry bilang dia ingin menjadi pengganti ayahnya, menjadi CEO raksasa bisnis Styles yang maha besar. Bukankah kalau mau jadi petinggi perusahaan harus menjaga kerapihan?
Brie sudah sangat percaya diri Harry akan menyukai hadiahnya. Tapi reaksi Harry ternyata tidak seperti ekspektasinya, Harry malah tertawa kencang memandang hadiahnya.
"Ada yang lucu dari hadiahku?"
Harry menggelengkan kepalanya dan mencubit hidung Brie gemas, "Thank for the present.".
Setelahnya Harry kembali tertawa. Brie sangat kesal, dia merasa hadiahnya itu tidak berkesan buat Harry. Tahu seperti Harry bertingkah begitu, Brie tidak akan memberi apa-apa ke Harry. Dasar pria tidak tahu diuntung!
Brie mengambil objek tawa Harry, "Kalau kau tidak suka aku ambil kembali saja."
Tawa Harry reda. Dia lalu mengambil kembali kado nya dari tangan Brie, "Jangan marah. Aku tertawa karena aku senang. Aku merasa seperti anak kecil yang baru pertama kali dapat hadiah natal. Aku senang sekali karena kau yang memberi kado natal pertama untukku. Merci Beaucoup, mon ange."
"Kau tidak pernah dapat hadiah natal? Satu kalipun? Are you kidding me?"
"Nope... kadoku hanya uang yang berlimpah dan itu sama sekali tidak berkesan. Uang itu tidak memberiku kebahagiaan, aku malah semakin tertekan."
Sekali lagi Harry mencurahkan hatinya ke Brie. Malam natal kali itu mereka habiskan untuk berbincang dari hati ke hati. Mereka membiarkan membuka hati mereka dari setiap hal yang mereka alami di masa hidup mereka. Percakapan itu membuat Brie tergerak untuk memberi tahu Harry tentang masa lalunya yang kelam... dia ingin membuka dosanya kepada orang yang dia sayang. Dia ingin tahu apakah Harry masih akan tetap menyayanginya kalau tahu Brie tidak sesempurna dalam bayangan laki-laki itu. Tapi Brie belum berani... dia masih menahannya. Masa lalunya mungkin tidak akan jadi masalah buat Harry, Harry baru mengenalnya akhir-akhir ini, Harry pasti akan memaklumi masa-masa kelam Brie tapi Brie tidak kuat untuk berbicara masalah itu. Ini masalah menyangkut sisi psikologisnya, tidak mudah mengorek luka dengan tangannya sendiri. Karena dia akan merasa jijik dan sakit di saat bersamaan.
***
New Year's Eve malam ini Harry tidak mengajak Brie kemana-mana. Mereka hanya diam di rumah, sibuk dengan kegiatan masing-masing. Harry dengan entah apa urusannya di ponsel dan Brie dengan khayalannya untuk pergi ke London Eye dan merasakan atmosfer ledakan kembang api berdua dengan Harry. Ingin rasanya Brie menarik ponsel Harry dan membuangnya jauh-jauh lalu membawa Harry ke tempat dimana seharusnya mereka berasa sebagai sepasang kekasih.
"Haz, speak French to me." perintah Brie karena merasa sunyi suda terlalu lama menjerat mereka. Brie suka sekali mendengar aksen Harry saat berbicara bahasa Prancis, ada aksen inggris kental disana kadang-kadang.
Harry mendekati Brie, memeluk tubuh itu dari belakang. Tangan kanannya membelai lembut rambut panjang Brie, "Voulez couchez avec moi, ce soir (Kau ingin 'tidur' denganku malam ini?)"
Brie memukul pelan tangan kiri Harry yang memeluk perutnya, "Dasar mesum!"
Harry membalikan badan Brie sehingga kini tubuh mereka berhadapan. Mereka saling tatap entah untuk berapa lama, melihat mata hijau Harry selalu membawa ketenangan dalam diri Brie. Brie seperti tengah menyelam dalam kehidupan pria itu. Brie bisa merasakan segala emosi berkecamuk dalam mata indah yang tajam padahal sangat lembut itu.
"Voulez vous danser avec moi? (Kau mau berdansa denganku?)"
"Oui."
Harry membuka ponselnya yang masih terpasang earphone. Dengan lembut dia membawa satu sisi earphone itu ke telinganya, satu sisi lagi ke telinga Brie. Brie agak terkejut atas pemilihan lagu Harry, dari sekian ratus lagu di ponselnya, dia memilih lagu Cœur De Pirate yang berjudul C'était Salement Romantique.
"Kenapa kau memilih lagu ini?"
"Because it's so damn romantic, right?"
"Merde, je t'aime."
"Tu me rends fou (Kau membuatku gila)."
Mereka melangkah hati-hati ke kanan dan kiri sesuai irama musik. Kepala Brie bersandar di dada Harry, mendengar detak jantung tak beraturan pria itu yang sama seperti apa yang tengah dia rasakan.
"Je t'aime." ucap Brie sekali lagi tanpa ada rasa bosan. Seribu kali dia mengatakan hal ini bahkan tidak setara dengan apa yang dia rasakan saat ini. Dia tidak hanya merasa bahagia, dia merasa lengkap sebagai seorang manusia.
Harry membawa kepala Brie mendongak agar memandang lurus ke dalam matanya. Tanpa banyak bicara lagi Harry langsung membungkam mulut Brie dengan buaian ciuman memabukkan. "Que mes baisers soient les mots d'amour que (Biarlah ciuman ini menjadi kata-kata cinta yang tak aku utarakan)."
Oh, Dieu... Brie merasakan kalau kembang api dalam dirinya ikut meledak bersama kembang api di luar sana. Buat apa dia harus keluar merayakan tahun baru bersama ribuan pasangan lain kalau disini dia punya seorang yang sudah merupakan kebahagiaan baginya. Apakah keinginan dia untuk terus bersama Harry sampai tua terdengar terlalu muluk? Brie tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa ada sosok Harry. Dia tahu sebagai remaja dia sangat tak masuk akal, hubungannya dengan Harry pun sangat berlebihan. Tapi dia tidak peduli apa kata orang, dia dan Harry yang menjalani tali cinta mereka. Dia berhak memimpikan apapun tentang Harry karena Harry itu miliknya.
***
Emily beberapa minggu ini sudah mencoba membuka hatinya untuk pria lain. Dia berusaha melupakan Harry dan membuka lembaran baru dengan Liam, sayangnya dia gagal. Bayangan Harry terus memenuhi kepalanya. Dia rindu dengan segala hal yang pernah dia dan Harry lalui, bahkan tanpa sadar dia sering mengajak Liam untuk pergi ke tempat-tempat masa lalunya dulu.
Kalau ingin membandingkan Liam dan Harry itu sangatlah jauh. Sikap mereka bertolak belakang. Harry apatis tapi suka memberi perhatian tak terduga sedangkan Liam suka sekali memberi kejutan hingga tidak ada yang spesial lagu tentang kejutan itu sendiri.
Emily menatap Harry dan Brie di meja makannya. Dua orang itu selalu menjadi pusat perhatian siapapun, Emily muak melihatnya tapi mereka terlalu silau, tidak bisa untuk tidak dilihat. Emily ingin menjadi di posisi Brie lagi. Dia mau Harry kembali ke sisinya.
Satu senyuman licik tercetak di wajahnya.
To : Brie
Brie, kau sibuk?
Aku ingin berbicara sesuatu denganmu.
Penting.
To : Brie
Tidak, Em.
Kau ingin bicara apa? Dimana?
To : Brie
Aku ingin bicara sekarang. Di kelas kosong yang ada di ujung koridor dekat taman. Oh, ya... jangan sampai kau beritahu apa-apa ke Harry.
Dari ekor matanya Emily melihat Brie langsung bangkit dan berbisik di telinga Harry, setelah itu barulah gadis itu pergi dari kantin, nampak terburu-buru. Dasar bodoh, apa dia buta? Kenapa anak itu tidak sadar kalau Emily masih ada di kantin? Tidak ada gunanya sekali dia berlari-lari maraton.
"Liam, aku pergi dulu."
"Kau mau kemana?"
"Aku mau ke toilet habis itu langsung ke kelas."
"Biar aku temani."
Emily menggeleng cepat. Ini yang paling dia tidak suka dari Liam, belum juga menjadi apa-apa Emily tapi dia sudah sangat posesif.
"Jangan! Aku mau ke toilet! Dan aku tidak mau ditemani!" Emily sedikit menaikkan satu oktaf suara tingginya di keramaian kantin ini.
Liam langsung menurut. Dia diam dan membiarkan Emily pergi. Pantas saja anak itu tidak punya teman, lihat saja tingkahnya. Kalau dulu Emily tidak punya teman karena penampilannya bukan karena tingkah anehnya. Dasar freak.
Emily masuk ke kelas yang dia maksud, sudah ada Brie disana. Dengan tak tahu diri anak itu tersenyum ke Emily. Dasar perebut kebahagiaan orang! Apa Brie belum cukup mendapat semua yang dia punya, apa milik Emily harus juga dia ambil!
"Aku mau langsung to the point. Aku mau Harry kembali padaku."
"Tapi, Em."
"Atau kau mau kebusukanmu terbongkar dan reputasimu yang bak seorang putri protagonis hancur? Aku punya kartu AS-mu, aku tahu dirimu yang sebenarnya."
Airmata buaya sekali lagi Emily lihat turun dari mata Brie. Muak rasanya melihat kepura-puraan hasil permainan akting Brie.
"Baiklah kalau begitu, aku akan cari cara untuk putus dengan Harry."
"Baiklah, aku kasih kau tenggat waktu satu bulan. Kalau kau tidak menggubris ancaman ini sama sekali, kau tahu apa yang akan terjadi kan?"
Brie mengangguk pelan sekali. Dan seperti inilah, Emily puas sekali. Apa begini rasanya menjadi berkuasa atas kehidupan seseorang? Emily menyukai sensasinya. Pantas saja orang-orang ketagihan membully seseorang. Mungkin tingkah dia sekarang bagai tokoh antagonis dalam cerita tapi peduli setan... Brie bahkan lebih jahat darinya. Brie yang pantas disebut iblis wanita.
***
Brie sangat bimbang dengan segala hal. Apa yang harus dia pilih sekarang, mempertahankan haknya sebagai kekasih Harry atau menuruti kemauan Emily dan melepas kekasihnya. Brie sudah mendengar bel berbunyi tapi dia tak kuat untuk berdiri dan berjalan menuju kelasnya sementara kepala dia dipenuhi oleh beragam teori.
Pintu kelas kosong tiba-tiba terbuka. Zayn datang. Anak itu tersenyum lebar dan duduk di kursi sebelah Brie. Merde, Brie sangat tidak menyukai anak ini. Entah Brie punya firasat kalau anak ini jauh lebih jahat dari Harry. Biasanya yang pendiam itu layak untuk dicurigai, mungkin saja Zayn ini psikopat, kan?
"Apa maumu?" ketus Brie.
Zayn masih dengan senyum menyebalkannya mengulurkan ponselnya sendiri ke Brie. "Lihatlah."
"Apa ini?"
"Bukti kalau Harry tidak pantas untukmu. Kau terlalu baik untuknya."
"Ta guelle! Aku muak mendengar ocehanmu."
"Aku serius. Setidaknya lihat dulu isi video itu."
"Video?"
Zayn mengangguk dan mulai mengotak-atik ponselnya hingga Brie ditunjukkan video yang dimaksud anak itu.
Brie didorong rasa penasaran sangat besar akhirnya memilih untuk melihat apa yang sudah ditunjukkan untuknya. Video itu seperti direkam tersembunyi. Fokus kameranya hanya pada langit-langit. Bodoh sekali Zayn ini, buat apa dia merekam video kalau hanya audio yang dia tangkap? Kenapa tidak merekam suaranya saja!
"Tubuh Carla ternyata sangat tidak menarik." itu suara Harry! Tapi siapa itu Carla? Kenapa Harry berbicara tentang tubuh wanita itu?
"Kalian sudah---"
"Louis, aku sarankan kau segera putus dengan wanita itu. Dia benar-benar jalang!"
"Aku memang sudah putus dengannya setelah aku memberitahu tentang dia yang jadi imbalan taruhan aku dan kau. Aku benci melihat tingkahnya yang sangat bahagia karena bisa tidur denganmu."
Apa-apaan ini! Harry tidur dengan gadis lain? Kapan? Apakah setelah mereka menjalin hubungan? Apa Harry selingkuh?
"Berterima kasihlah padaku karena kau tidak terjebak dalam wanita seperti itu lagi."
"Haz, apa kau tidak merasa bersalah karena sudah tidur dengan gadis lain sementara kau bilang kau mencintai Brie."
"Apa pernah aku bilang aku mencintai Brie di depanmu? Kau tidak tahu apa-apa, Horan!"
"Kau sangat memalukan sebagai laki-laki, Harry. Kau membuat taruhan untuk apa? Kepuasan pribadimu atau rasa penasaranmu? Setelah ini kau mau korbankan siapa lagi? Aku ingatkan cukup Emily dan Brie yang sudah kau korbankan. Jangan ada lagi wanita lain."
Harry dengan suara seraknya tertawa kencang, lalu terdengarlah suara bantingan sesuatu dari kaca. "Kau diamlah, brengsek! Aku tahu kalau kau mengincar Brie, kan? Jangan sok bijak, kau juga sama biadabnya!!! Dan jangan harap kau bisa memiliki Brie... kau itu bukan siapa-siapa."
Suara bantingan terdengar lagi, Brie rasa itu adalah suara pecahan botol. Harry tengah marah besar, Brie juga mendengar suara teriakan dari Niall dan Louis yang meminta Harry melepaskan tubuh Zayn. Brie untuk sejenak melepaskan matanya yang terpaku pada ponsel dan melihat wajah Zayn, ada luka jahitan di pelipis kanan Zayn.
"Aku tidak mau melihat wajahmu lagi! Aku benci melihatmu... akan aku pastikan keluargamu akan hancur!"
Suara tawa lain, itu dari Zayn. "Aku kasihan padamu. Kau selalu menghancurkan keluarga orang lain, apakah itu karena keluargamu itu hancur?"
"Brengsek!" Suara pukulan terdengar. Teriakan Niall dan Louis pun makin menjadi-jadi. Suasana disana sangatlah kacau.
"Aku kasihan padamu, Haz. Mungkin kau suka menghancurkan hidup orang lain, tapi yang kau incar selalu sisi finansialnya. Tapi lihatlah dirimu sendiri, keluargamu itu yang paling miskin diantara semua keluarga yang sudah kau hancurkan!"
Suara bantingan botol terdengar lagi. Bersesuaian dengan suara ponsel yang sepertinya terjatuh, video itu pun selesai dimainkan.
Brie mencerna apa yang tadi sudah dia dengar. Jadi, Harry tidur dengan wanita lain? Harry bohong padanya... dia bilang dia akan setia dengan Brie! Dan apapula itu taruhan? Harga diri Brie hanya sebatas taruhan konyol Harry? Brengsek... jadi semua kata-kata cinta itu hanya pura-pura? Brie menyesal sudah jatuh cinta dengan Harry!
Lalu Brie tertawa sarkas, lucu sekali... kenapa dia bisa sebodoh ini! Kenapa dia bisa terjebak pada orang yang sudah jelas-jelas brengsek. Brie harusnya tahu kalau Harry suatu saat akan melakukan hal ini padanya. Tapi sayangnya Brie belum mempersiapkan diri untuk menghadapi sakit ini. Dia menangis kalap yang arusnya tidak bisa dia hentikan. Dia kecewa sekali dengan dirinya sendiri. Kenapa dia bisa jatuh cinta pada pria itu! Bodoh sekali!
Brie mengabaikan panggilan Zayn, dia dan tangisan menyedihkannya keluar dari kelas kosong itu. Hal ini harus dihentikan secepatnya. Dia tidak mau dijadikan bahan mainan lagi oleh pria brengsek itu.
Brie dengan tergesa masuk ke kelas dimana Harry sekarang berada. Ada guru di depan, tapi Brie tak peduli. Amarah dia sudah mencapai puncak paling tinggi. Dia tidak peduli akan dicap sebagai perempuan gila atau perempuan sadis, damn, julukan itu sudah sering dia dengar dulu.
Tanpa rasa takut sedikit pun Brie menampar pipi kanan Harry, sangat kencang karena dia mengeluarkan seluruh tenaganya disana.
"Kau brengsek, Harry! It's over... it's over... Aku tak mau lagi mempertahankan hubungan tolol ini!"
"Hey, Tenanglah! Apa maksudmu? Kita bisa bicara baik-baik."
"Aku tidak bisa tenang, brengsek! Dan aku tidak mau bicara baik-baik. Kau itu memang bajingan, seharusnya aku cukup waras untuk tidak terjebak dalam permainanmu. Jadi, Harry, selamat... kau menang dan aku kalah!"
Harry menghentikan bertubi-tubi yang Brie berikan ke dada laki-laki itu. "Brie, please... tenanglah. Kita bisa bicara baik-baik."
"Kau tidur dengan gadis lain! Kau taruhan untuk mendapatkan aku dan kau tidur dengan gadis lain! Aku benar-benar kecewa denganmu. Aku mau hubungan ini berakhir!"
"Brie... tenanglah."
"Tenang? Kau bilang tenang? Just fuck off, you son of a bitch!"
Dan begitulah akhirnya. Semua kalimat romantis yang mereka uraikan hanyalah menjadi memori sampah yang tak pantas hadir dalam neuron otaknya lagi. Hubungan mereka berakhir. Hanya seperti ini.
***
A/N :
Double update spesial untuk hari ini... word nya pun panjang... semoga nggak bikin bosen ya. Haha
Rencana update jam 11 batal karna takut udah ketiduran. Wkwk
Oh ya, Ada yang bisa nebak nggak ada apa dengan masa lalu Brie? Kayaknya gue udah terus kasih klue deh dari Chapter2 kemarin.
Kalo bener... pasti dikasih ucapan selamat deh.. janji nggak boong... wkwk
Btw... cuma mau kasih peringatan aja kalau di Chapter Chapter depan Brie sama Harry nggak ada moment bahagianya lagi... karena author nya demen bikin tokoh imajinatifnya menderita. Wkwk.
...
Merci
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro