Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

➷๑՞. Chapter 7 : ❝ Her Sickness ❞

🍁 When Autumn Comes 🍁
.
➷๑՞. Bab 7
◆|| Her Sickness ||◆
[ Penyakitnya ]
.
╭┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╮
Sad Girl
╰┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╯
.

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

"[Name] tadi pingsan?"

Gojo mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Geto. Sekarang mereka berdua berada di dalam kamar Gojo yang luas, ini sudah menjadi kebiasaan mereka sejak kenalan. Ditemani makanan manis milik Gojo serta minuman untuk Geto.

"Tadi nenek tua pelayan [Name] bilang, itu pertama kalinya dia pingsan. Dan aku tidak percaya itu!" Gojo memasukkan mochi ke dalam mulutnya, mengunyah dengan ekspresi kesal.

Geto memegang dagu. Ia tahu alasan [Name] pingsan karena dia pernah di beritahu oleh [Name] dulu. Tapi, gadis itu bilang padanya untuk tidak mengatakan soal ini pada siapapun--terutama pada Gojo.

"Suguru, kau tahu sesuatu?" Gojo bertanya saat menyadari temannya ini diam memikirkan sesuatu.

Geto memberikan senyum. Ia tetap bungkam seraya mengangkat segelas minuman untuk dirinya nikmati. Ini rahasia milik [Name] ... tentu saja dia tidak boleh mengatakannya pada Gojo tanpa seizin gadis itu. Dan juga ini bukan haknya meski Gojo adalah sahabat baiknya.

"Kau diam!! Berarti kau tahu sesuatu 'kan?!"

"Aku tahu. Tapi, [Name] melarangku membicarakan ini dengan orang lain. Aku juga tidak punya hak untuk mengatakannya padamu, Satoru."

"Ck! Apaan, sih?! Dia tidak perlu tahu kalau kau mengatakannya padaku 'kan?!" Protesnya.

Geto menghela nafas kemudian menutup mata.
"Tidak semudah itu. Dia akan kecewa pada kita berdua kalau aku membocorkan keadaannya padamu, Satoru. Coba pahami kondisinya."

"Ya ya ya! Baiklah. Aku paham sekarang!" Balas Gojo dengan nada kasar.

Geto mengerutkan kening.
"Satoru ... sebaiknya kau ubah sikap kasarmu."

"Huh? Untuk apa?"

"Itu akan membuat orang lain merasa tidak nyaman."

Gojo mengangkat satu alis.
"Kau terlihat nyaman-nyaman saja, tuh."

"Jangan samakan aku dengan orang lain. Untuk beberapa orang, mereka mengabaikan sifat kasarmu, dan yang lainnya melawan padamu hingga tidak menghormatimu."

"Jangan memintaku hidup sesuai dengan kenyamanan orang lain, Suguru. Itu merepotkan, tau."

Geto lagi-lagi menghela nafas. Ia lalu membuka mata, menatap pantulan dirinya sendiri dari dalam cangkir minumannya.
"Kalau kau penasaran dengan keadaan [Name]. Bagaimana kalau kau bertanya sendiri saja padanya?" Usul Geto lalu menatap Gojo yang kini sudah rebahan di atas lantai. Entah sejak kapan.

"Ide bagus!! Akan kutanyakan padanya sendiri saja besok! Kalau gak mau bicara, ya, paksa, dong!!" Gojo mengangkat kedua tangannya ke atas, tiga jarinya di masing-masing tangannya terlipat membentuk pistol.

Geto memasang senyuman.
"Lihat 'kan? Sudah kubilang waktu itu, kau tertarik padanya dalam artian lain. Satoru, aku tidak pernah sekalipun melihatmu perhatian seperti ini pada orang lain--terlebih pada gadis. Ini pertama kalinya."

Gojo terdiam. Ia menurunkan kedua tangannya hingga tergeletak begitu saja di sampingnya. Manik indahnya menatap langit-langit kamar mewahnya.

"Kurasa ... kau benar ...."

Geto menyemburkan minumannya keluar setelah mendengar ucapan tidak terduga dari Gojo. Dia lalu menutup mulut, menahan tawa yang akan meledak.

"Pft--!"

"Apa yang ingin kau tertawakan?!"

"Tidak ada. Maaf, sudah membuatmu tersinggung."

"Suguru sialan--!"

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

[Name] menatap dirinya sendiri dari pantulan jendela kamarnya. Tirai jendelanya dibiarkan terbuka hingga berkibar terhembus angin. Beberapa dedaunan kering berhamburan di lantai kamarnya karena masuk tertiup angin lewat jendela.

Obi berada di jendela satunya, duduk di bingkainya seraya menatap keluar. Manik uniknya menatap ke bawah sekitaran pekarangan kediaman yang sangat besar ini. Hanya para pelayan dan beberapa keluarga besar mereka yang terlihat berjalan lewat.

"Aku ... pingsan lagi, ya?"

Obi menoleh. Menatap pada [Name] yang terlihat menundukkan kepalanya seraya meremas selimut yang dipakainya.

Remaja itu melompat turun ke atas lantai, perlahan berjalan mendekati [Name] yang masih dalam posisi yang sama. Tangannya terangkat ke udara, hendak mengelus rambut kelam milik [Name], tapi ia mengurungkan niatnya hingga mengepalkan tangan dan menurunkannya kembali.

Sebagai pengawal pribadi [Name] sejak anak ini masih kecil. Obi tidak boleh membiarkan perasannya terlarut terlalu dalam pada [Name].

"Ne, Obi."

[Name] tiba-tiba memanggilnya, dan itu sedikit mengejutkan Obi yang sempat melamun tadi.

"Iya? Ojou-san?" Balasnya sambil menetralkan keterkejutannya.

"Kapan aku bisa bebas dari penyakit ini?" [Name] bertanya dengan nada lirih.

Obi memasang senyuman.

"Suatu saat nanti, aku yakin. Natsume-sensei juga tidak akan membiarkanmu pergi hanya karena sebuah penyakit."

[Name] perlahan tersenyum.
"Um, arigato ne, Obi," ucapnya melebarkan senyumannya.

Remaja itu membalas senyumnya.
"Sudah menjadi tugasku."

Kuharap kau tidak pernah menunjukkan senyuman itu padaku, [Name].

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

Hai guys, An Back! Aku kembali dari Hiatus selama seminggu!!

Ada yang rindu cerita ini?

Maafkan aku, Obi 😭.
Di animenya dia juga kek gini, si Shirayuki itu nonanya dia, jadi dia gak bisa biarin perasaanya terlalu lama.

🍁 ┈┈┈ ੈ ⓐⓝ ੈ ┈┈┈ 🍁

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro