➷๑՞. Chapter 2O : ❝ Don't Say Goodbye ❞
🍁 When Autumn Comes 🍁
.
➷๑՞. Bab 20
◆|| Don't Say Goodbye ||◆
[ Jangan ucapkan selamat tinggal. ]
.
╭┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╮
Little Cat
╰┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╯
.
🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁
A moment Ago ....
“[Name].”
Yang dipanggil menoleh. Maniknya berbinar terang ketika mendapati sang kakek datang mengunjunginya.
“Kakek! Ada apa ke sini?”
Tangan kakeknya terangkat mengelus puncak kepala [Name] dengan lembut.
“Keadaanmu bagaimana?”
“Mereka bilang aku cukup stabil akhir-akhir ini.”
Sang kakek menganggung.
“Besok, kamu akan kakek bawa pergi untuk melakukan penyembuhan. Jadi, bersiaplah dan gunakan waktumu selama masih di sini.”
“Eh? Kemana ...?”
“Tempat yang cukup jauh, nak.”
.
.
Gojo datang lagi. Kakinya melangkah memasuki bangunan rumah sakit menuju kamar inap [Name]. Hari ini [Name] akan berangkat untuk pergi buat penyembuhan dirinya.
Gojo menggeser pintu ruangan. Keningnya mengernyit ketika tidak mendapati sosok mungil di dalam kamar ini. Tapi, barang-barangnya serta ponsel masih ada di atas meja.
“Kemana gadis itu pergi ...?”
Sang remaja menoleh ke sana kemari. Mencari-cari keberadaan [Name] atau setidaknya perawat yang bisa ia tanyai. Tangannya mengepal, menaham rasa kesal ketika tidak mendapat hal yang diinginkannya.
Aku sering ke rooftop, loh, Gojo-san.
Gojo berlari menelusuri lorong. Kemudian, menaiki tangga menuju atap rumah sakit. Ia menendang pintu yang menjadi penghalang pandangannya.
Suara tawa mengalun. Gojo menoleh ke asal suara dan mendapati [Name] yang sedang memangku seekor kucing berwarna putih lucu yang dipakaikan kacamata bulat.
“Kamu terlihat seperti Gojo-san sekarang,” ucap sang gadis di susul tawa ringannya.
“[NAME]!”
Sang gadis menoleh. Bersamaan dengan kucing lucu yang ekornya berdiri karena kaget. Maniknya mengerjab mendapati Gojo yang berjalan ke arahnya.
“Gojo-san ...?”
“Apa yang kau lakukan di sini? Aku capek mencarimu, tau!”
Gojo mendudukkan dirinya di samping [Name] di atas bangku yang panjang.
“Aku bosan dalam kamar terus. Jadi, aku kabur ke sini dan main dengan Snow. Ne! Dia lucu 'kan??”
“Tidak. Biasa aja tuh, kucing jelek.”
“Ish ....”
[Name] menggigit bibir bawah. Alisnya menekuk bingung dengan pendapat Gojo. Kucing selucu ini malah dibilangi jelek olehnya.
Suara kekehan kemudian terdengar.
“Bercanda.” Dan itu berasal dari Gojo.
Remaja lelaki itu melirik. Tangannya terangkat mencubit pipi kiri [Name].
“Aku hanya bercanda! Berhenti memasang wajah seperti itu!”
[Name] perlahan mengubah raut wajah cemberutnya. Tergantikan oleh raut senang saat kucing lucu itu mulai mencari perhatiannya.
“Kapan [Name] berangkat?” Tanya Gojo.
“Sore nanti.”
Aku punya waktu sampai sore, ya.
“Ne, Gojo-san, kamu mau menemaniku sampai sore? Yah ... itu pun kalau kamu punya waktu, hehe.”
“Aku punya banyak waktu, kok.”
[Name] merespon dengan sebuah senyuman. Lalu lanjut bermain dengan kucingnya.
“Oh iya, Geto-san kemarin bilang padaku soal kamu yang ingin melihat caraku menyembunyikan senjata terkutuk.”
Apa saja yang ia bicarakan dengan Suguru kemarin?
[Name] mengangkat satu tangannya sebatas dada. Perlahan dedaunan kering berkumpul membentuk sebuah pedang tajam. Gojo mengerjabkan matanya melihat itu.
“Begini caraku menyembunyikan senjata terkutuk. Aku sebenarnya juga punya energi kutukan, hanya saja itu muncul saat aku sedang bertarung.”
[Name] merubah pedang itu menjadi dedaunan kering lagi kemudian menghilang.
“Bagaimana? Aku hebat 'kan!”
Gojo diam sebentar.
“Tidak sehebat diriku,” ucapnya angkuh.
“Hum.”
Mereka diam. [Name] sibuk bermain-main kembali dengan kucingnya. Sementara Gojo bungkam dengan pikiran yang diisi berbagai hal.
“[Name].”
“Iya?”
“[Name] ... akan kembali ke sini 'kan?”
[Name] menganggukkan kepala.
“Jika tubuhku tidak ada. Maka ... aku akan kembali ke Jepang dengan tubuh yang sudah berubah menjadi kelopak sakura. Terbang bebas di udara untuk menemukan pohon yang cocok untuk tempatku istirahat!”
Manik Gojo melebar. Ia tertawa kecil kemudian.
“Bagaimana ... jika pohon yang ada di kediamanku.”
“Eh? Memangnya boleh?”
“Aku memperbolehkanmu. Siapa yang akan melarang?”
Selain itu ... aku bisa bebas melihatmu, meski dalam bentuk pohon, sih.
[Name] mengembangkan senyum.
“Um!”
Gojo menatap fokus pada wajah cantik [Name] yang terlihat pucat. Rona merah dan warna pada bibirnya menghilang tergantikan warna putih pucat. Tapi, meski dalam keadaan sakit seperti ini. Dia masih bisa bicara dengan semangat dan menunjukkan sebuah senyuman hangat.
Perlahan, Gojo memajukan tubuhnya, penciumannya menangkap aroma vanilla dari tubuh sang gadis. Jarak semakin menipis di antara mereka, Gojo menyentuh pipi [Name], mengelusnya dengan lembut menggunakan ibu jarinya.
Bibirnya ia bawa ke kening [Name]. Memberikan sebuah kecupan manis dan hangat untuk sang gadis. Tak apa, ia akan biarkan sisi brengsek dan kurang ajarnya hilang untuk sekarang. Walau ia masih seenaknya mencium anak orang seperti ini.
“Gojo-san?!”
Wajah sang gadis perlahan memerah tipis. Gojo mengembangkan senyuman.
“Rona dipipimu kembali,” ucapnya.
Wajah [Name] yang awalnya kaget perlahan berubah melembut. Kedua pupil matanya bergetar serta bercahaya, senyuman mengembang pada wajah cantiknya.
Tangan sang gadis terangkat menepuk-nepuk puncak kepala Gojo. Karena ia tidak diberbolehkan mengatakan terima kasih lagi pada Gojo, maka ini sebagai gantinya. Memberikan sebuah elusan lembut di kepala. Sedikit lancang, tapi Gojo sepertinya biasa-biasa saja dengan tindakannya.
“Aku berharap kamu menungguku, Gojo-san.” Ucap sang gadis seraya menurunkan tangannya.
Gojo bungkam. Tidak menjawab pertanyaan [Name].
“[Name] ... saat kembali ke Jepang nanti, panggil namaku.” Ucapnya setelah diam selama beberapa detik.
“... baiklah.”
Mereka bungkam. [Name] mengelus-elus kucingnya sesekali tertawa kecil saat kucing itu mendusel manja padanya.
“Ne, Gojo-san.”
“Hm?”
“Kamu tidak akan mengatakan selamat tinggal padaku 'kan?”
“Aku tidak suka kalimat itu, loh.”
“Syukurlah.” [Name] memasang sebuah senyuman lega.
“[Name].” Kali ini Gojo yang memanggil.
“Iya?”
“Jangan kembali dalam bentuk kelopak sakura, ya.”
.
.
🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁
Belum END, salah prediksi kawan. Maaf.
🍁 ┈┈┈ ੈ ⓐⓝ ੈ ┈┈┈ 🍁
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro