Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

➷๑՞. Chapter 17 : ❝ Waterbender ❞

🍁 When Autumn Comes 🍁
.
➷๑՞. Bab 17
◆|| Waterbender ||◆
[ Pengendali Air ]
.
╭┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╮
Are you scared?
╰┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╯
.

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

A moment Ago ....

“Ada yang ingin kubicarakan denganmu, [Name]. Ini soal Satoru ....”

Sang gadis mengangguk. Ia kemudian mendudukkan diri pada tempat duduk panjang yang ada di rooftop seraya menyandarkan diri.

[Name] terkekeh.
“Kita selalu membicarakannya saat berdua.”

Kekehan ringan juga keluar dari mulut Geto.
“Kau selalu bertanya padaku soal anak itu sejak dulu. Perasaanmu masih sama?”

“Hum, tidak pernah berubah.”

Angin berhembus menciptakan suasana tenang yang menyejukkan. Sang gadis menutup mata menikmati.

“[Name] ... kurasa sudah saatnya kau mengatakan penyakitmu pada Satoru,” Geto mulai berucap tujuannya kemari mencari [Name].

Sang gadis membuka mata. Binar di maniknya perlahan meredup meski senyuman tetap terpasang pada wajah.

“Aku belum siap mengatakannya. Kamu tahu 'kan? Gojo-san itu soulku,” ucapnya lirih.

“Menyedihkan melihat Satoru menahan dirinya untuk tidak memaksamu lagi mengatakan keadaanmu padanya, [Name],” Geto menoleh, mendapati [Name] yang menunduk dalam.

Dia melanjutkan.
“Kurasa ... dia cukup terluka karenamu. Anak itu ... merasa kau tidak mempercayainya karena menyembunyikan kondisimu padanya.” Ini hanya tebakan Geto sebenarnya, hanya sebuah pandangan yang ia lihat semenjak Gojo mulai bersama dengan [Name].

“Um ... aku menyadari itu dan pura-pura tidak tahu. Aku tahu telah melukainya ....”

“Itu cukup jahat, [Name].”

“Aku tahu.”

Geto menghela nafas.
“Alasanmu karena tidak ingin membuatnya hancur diakhir 'kan? Kondisimu belum separah itu, aku yakin kau selamat. Satoru pasti juga akan berpikiran sama denganku.”

“Aku selalu khawatir padanya. Sejak dulu, melihatnya saja sudah membuatku sesak.”

“Kau benar. Aku juga merasa seperti itu. Dan aku berusaha meringankan beban yang ada dipundaknya. Yaah ... walau sebenarnya Satoru terlihat tidak peduli dengan semuanya ... itu hanya luarannya saja, sih.”

“Aku akan mengatakannya pada Gojo-san.”

“Perasaanmu ... bagaimana?”

[Name] tersenyum. Binar di matanya kembali. Keringat dingin perlahan muncul.
“Aku akan mengatakan itu belakangan ....”

Gadis itu lalu menunduk memegangi dadanya yang perlahan sakit. Keringat dingin memenuhi pelipisnya, alisnya mengerut menahan rasa sakit yang menyerangnya.

“[Name]?!”

Geto segera memegangi punggung [Name] serta tangan gadis itu.

“Kurasa ... aku tidak bisa menahannya lagi, Geto-san. Maaf merepotkanmu.”

Helaan nafas keluar dari mulut Geto.
“Tak apa. Aku tidak keberatan sama sekali. Aku akan membawamu ... dan menelpon Satoru.”

“... um.”

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

“Kamu tahu, Gojo-san. Permintaanmu itu ... sedikit sulit ....”

[Name] tersenyum canggung seraya menatap pada Gojo yang kini cemberut.

“Kau pasti bisa selamat. Aku yakin!”

Sang gadis mengeluarkan kekehan. Benar yang dikatakan Geto, mereka sepemikiran. Gojo juga berpikir [Name] akan selamat dari penyakit sialannya ini. Sang gadis merasa sangat bersalah jika menyerah dan pasrah pada keadaannya sekarang.

“Kamu tahu, Gojo-san? Elemen yang kubisa itu ... adalah air. Dan air mengajarkanku untuk menerima dan mengalirkan emosi.”

“Oh! Pantas saja auramu setenang ini bahkan saat sedang kritis! Lalu kenapa?”

“Tidak ada. Aku hanya ingin mengatakanya.”

“Ish, dasar pamer,” cibir Gojo.

“Eh? Aku hanya ingin mengatakannya. Bukankah kamu penasaran dengan kekuatanku?” Bantah [Name].

“Ya, ya, ya!”

“Air memang mengajarkanku untuk menerima dan aku menerima jika akan mati karena penyakit.”

Keduanya diam setelah [Name] mengatakan kalimat tadi. Gojo merebahkan kepalanya dipinggir ranjang [Name] dekat pangkuan gadis itu.

“[Name] harus selamat pokoknya. Harus. Tidak boleh gak. Harus pokoknya.”

Sang gadis hanya tersenyum.
“Aku hampir menyerah dengan penyakitku. Tapi, sekarang sudah tidak lagi.”

“Pasti karena aku 'kan? Gak mungkin lah si Suguru,” kepercayaan dirinya meningkat drastis. Mengatakan kalimat itu dengan segala kebanggan yang Gojo miliki.

“Um, makanya terima kasih, ya! Selain itu ... air memang mengajarkanku untuk menerima ... tapi tidak dengan menyerah.”

Gojo mengangkat kepala. Kedua tangannya menangkup pipinya bertopang. Ia melirik ke arah [Name].

“[Name] gak perlu bilang terima kasih lagi padaku.”

“Eh?”

“Pokoknya tidak usah lagi!”

“Un, baiklah.”

Lagi-lagi mereka diam. Gojo kembali merebahkan kepalanya dipinggiran ranjang.

“[Name].”

“Iya?”

“Kau takut mati?”

“Tidak.”

“Alasannya?”

Wajah [Name] melembut.
“Kematian itu adalah akhir dari tujuan hidup manusia 'kan? Kematian menurutku ... hal yang wajar di dunia penyihir. Masuk ke dunia itu dengan resiko mempertaruhkan nyawa, aku sudah menyiapkan diri sejak lama. Jika aku mati karena penyakit, tak apa, setidaknya ... aku teringat pada memori orang-orang disekitarku. Itu sudah cukup buatku.”

Seringaian terpasang pada wajah tampan Gojo.
“Souka.”

Tangan Gojo terangkat ke puncak kepala [Name], mengelusnya dengan gerakan lembut.

“Tidak ada yang akan melupakanmu. Aku jamin itu, [Name].”

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

.

.

.

🍁 ┈┈┈ ੈ ⓐⓝ ੈ ┈┈┈ 🍁

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro