Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

➷๑՞. Chapter 14 : ❝ You're My Destiny ❞

🍁 When Autumn Comes 🍁
.
➷๑՞. Bab 14
◆|| You're My Destiny ||◆
[ Kamu adalah takdirku ]
.
╭┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╮
I can't always be with you
╰┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╯
.

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

Gojo rebahan di atas lantai rooftop. Angin sore yang menerpa wajahnya membuat rasa nyaman muncul juga rasa kantuk. Gojo menutup mulutnya yang menguap menggunakan lengan kanannya. Kacamata hitamnya ia biarkan tergeletak begitu saja di samping kepalanya.

Banyak orang yang sudah pulang. Tapi, ia masih bersantai di atas rooftop karena sudah malas bergerak. Geto juga ada urusan lagi dengan Mori-sensei soal buku kuno yang ternyata tidak lengkap.

“Gojo-san?”

Suara halus terdengar sampai ke telinga Gojo. Remaja itu segera bangkit dari baringnya kemudian menoleh ke arah belakang. Dia mendapati [Name] yang sedang menenteng tas sekolah beserta tas berisi keyboard yang terlipat.

“[Name] ... ngapain di sini?”

Gojo bertanya dengan alis mengkerut. Ia lalu berdiri, kemudian melangkah mendekati [Name] dan berhenti tepat di depan gadis itu. Gojo mensejajarkan wajahnya di depan wajah [Name].

“Aku sering ke sini, loh, Gojo-san,” [Name] membalas tatapan Gojo.

“Serius?”

Gojo menegakkan tubuh. Ia memandangi sekitar area rooftop. Hanya ada mereka berdua di sini. Maniknya kembali mengarahkan atensi ke arah [Name] yang masih menatapnya.

“Aku baru ke sini,” balas Gojo.

[Name] membalas dengan senyuman sebagai respon atas ucapan Gojo. Tiba-tiba, tiga helaian daun maple yang diterbangkan oleh angin kecil memutari area lehernya hingga wajah sampai menerbangkan helaian rambutnya yang panjang.

[Name] tertawa, merasa geli dengan yang telah dilakukan para roh angin padanya. Itu adalah sebuah bentuk sapaan para roh angin untuknya.

Gojo melihat dalam diam. Bibirnya menyinggungkan sebuah senyuman yang menawan. Beberapa detik setelahnya, ia segera memasang ekspresi angkuh.

“Aneh melihatmu tertawa karena angin,” ucapnya tidak sopan pada [Name].

“Ini cara para roh angin menyapaku,” tiga helaian daun itu kemudian memutari lengan kanan [Name] sampai jarinya lalu terbang bebas ke udara.

Gojo bungkam. Tangan kananya kemudian terangkat menangkup pipi kanan [Name] bersamaan dengan ia membungkukkan badan untuk mengikis jarak di antaranya dengan [Name].

Tatapan mereka bertemu, saling menenggelamkan diri dalam manik masing-masing. Keduanya masih sama-sama belum bisa saling memahami sepenuhnya, masih ada rahasia yang disembunyikan dan belum terungkap. Menarik hati untuk mencari tahu.

Hidung mereka saling bersentuhan. Mulut Gojo sedikit ia buka ketika matanya memutuskan tatapan dengan manik [Name] untuk melihat bibir pink layaknya warna susu kotak yang ia minum tadi.

Bibir mereka sedikit lagi bertemu, tinggal beberapa jarak lagi hingga benar-benar menyatu. Jantung keduanya saling berlomba berdetak siapa yang paling cepat. Pendengaran mereka bahkan bisa mendengar detakan jantung masing-masing.

Dengan background matahari terbenam di samping mereka. Mata keduanya saling bercahaya karena terpantul sinar sore matahari yang indah.

“Gojo-san kali ini kamu tidak pakai kacamata, ya?”

Semuanya dihentikan dengan ucapan [Name]. Gojo menutup mata, menyembuyikan perasaan kecewa yang muncul dalam hatinya. Terbukti dari raut wajah kecewa yang ia tidak bisa atau tidak sempat ia sembunyikan. Dan [Name] menyadari itu.

Gojo menegakkan diri. Bersamaan dengan ia menarik tangannya dari wajah [Name] dan tanpa sengaja menarik beberapa helai rambut halus [Name] hingga ia menjatuhkannya saat sudah sampai diujung rambut.

Gojo membalikkan badan. Berjalan ke tempatnya berbaring tadi lalu membungkuk mengambil kacamata hitamnya. Gojo memasang kacamatanya kembali.

“Lihat? Aku sudah pakai kacamata kembali!!”

Nada bicaranya terdengar jenaka. Itu adalah sebuah pengalihan untuk melupakan rasa kecewanya. Gojo kemudian berjalan mendekat ke arah [Name] lagi.

“Karena kacamata ini yang membuatmu protes 'kan?”

[Name] yang tiba-tiba merusak momen tadi itu merupakan penolakan secara tidak langsung bagi Gojo. Remaja tampan itu tahu jika [Name] peka dengan keadaan, tapi gadis ini malah sengaja merusak momennya.

“Kenapa?” Pertanyaan keluar dari mulut Gojo.

[Name] bungkam. Ia tahu ini salahnya, dan dia menyembunyikan rasa bersalahnya dengan senyuman lebar.

“Aku hanya merasa aneh melihatmu tanpa kacamata,” ucapan [Name] terdengar begitu ringan. Ia maju selangkah di samping kanan Gojo.

“Itu terdengar menyakitkan, loh.”

“Eh?”

“[Name] tahu maksudku 'kan?” Gojo melirik, memberikan tatapan tajamnya pada [Name].

Maaf.

[Name] merespon hanya dengan sebuah senyuman. Raut Gojo berubah mendatar karena itu, tangan kanannya terangkat segera menutup kedua mata [Name] menggunakan lengannya. Kemudian mencium puncak kepalanya seraya menutup mata selama beberapa saat.

“Gojo ... -san?!”

Momennya lagi-lagi diganggu dengan suara [Name] yang memanggil marganya. Lengan kanan yang awalnya menutup kedua mata [Name] turun ke bawah menutup mulut [Name].

“[Name] ... kau tidak lihat benang merah di antara kita?”

Gojo menarik lengannya dari mulut [Name]. Kemudian mengangkat kelingkingnya dan menunjukkan sebuah tali merah yang melayang di udara dengan ujung lain berada di kelingking kanan [Name].

Gadis itu melihat ke arah kelingking kanannya. Ia dengan jelas melihat benang merah yang terikat di sana.

“[Name] ... ini terdengar menggelikan ... tapi, kau takdirku.”

[Name] menundukkan kepala. Tetap menatap pada tali merah yang ada di kelingkingnya.

“Dan jangan pikir bisa lari dari ini. Paham?” Gojo menyentil dahi [Name] lumayan keras. Gadis itu tidak memberikan respon apapun.

Gojo berjalan menjauh, meninggalkan [Name] yang masih menundukkan kepalanya. Suara pintu yang ditutup dengan kasar terdengar, Gojo melampiaskan emosinya pada pintu itu.

[Name] menurunkan jari kelingkingnya. Kepalanya mendongak menatap langit sore yang indah. Suaranya terdengar mengalun pelan bersamaan dengan datangnya hembusan angin.

“Kamu harus tahu, aku ... mungkin tidak bisa selalu menemanimu .... walau aku sangat ingin.”

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

\('3')/

🍁 ┈┈┈ ੈ ⓐⓝ ੈ ┈┈┈ 🍁

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro