Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

➷๑՞. Chapter 10 : ❝ Weird Feeling ❞

🍁 When Autumn Comes 🍁
.
➷๑՞. Bab 10
◆|| Weird Feeling ||◆
[ Perasaan Aneh ]
.
╭┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╮
Late
╰┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╯

.

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

Gojo menatap pintu kelasnya selama beberapa detik, kemudian berjongkok dan mengintip di sela-sela pintu yang sedikit terbuka untuk melihat suasana di dalam kelasnya. Terdengar suara dari salah satu guru mengerikan yang menjelaskan tentang materi pelajaran di dalam sana.

Manik Gojo mengedar, mencari keberadaan sang sahabat di dalam kelasnya. Setelah menemukan kursi Geto yang agak sedikit jauh dari pintu kelas, ia segera mengeluarkan ponsel pintarnya untuk mengirimkan pesan pada Geto.

Pesannya dengan cepat dibaca oleh Geto. Remaja itu melirik ke arah pintu dan mendapati setengah wajah Gojo yang sedang mengintip di sana.

“Mori-Sensei!!” Geto mengangkat tangan kanan untuk menarik perhatian Mori-sensei.

“Ada apa, Geto-kun?”

“Saya izin ke kamar mandi sebentar!”

“Oh, boleh, kok. Tolong panggilkan juga Gojo-kun yang lagi mengintip di depan pintu, ya, Geto-kun,” Mori memasang sebuah senyuman mengerikan di wajahnya.

Suara pintu dibuka sedikit kasar mengalihkan pandangan penghuni kelas 2. Geto menahan tawanya saat melihat ekspresi Gojo yang sedang menahan kesal.

“Baiklah, sensei, saya masih lebih baik daripada Suguru yang tidak berguna, tolong jangan hukum saya,” ucap Gojo mengangkat kedua tangannya ke atas.

“Gojo-kun, silahkan duduk di tempat duduk kamu.”

Gojo tanpa menjawab melangkah masuk ke dalam kelasnya. Duduk di samping Geto yang masih saja menahan tawanya. Lelaki itu tidak mengindahkan perkataan Gojo yang mengatainya tidak berguna baru-baru saja.

“Dan tolong kamu kerjakan duaratus soal Fisika sesuai dengan rumus yang sensei ajar,” lanjut Mori lalu lanjut menuliskan sesuatu di papan tulis.

“APA?!”

.

.

Suara bel sekolah berbunyi menandakan istirahat makan siang. Anak-anak berhamburan keluar dari kelas dengan semangat karena akhirnya mereka bisa mengisi perut yang sudah minta diisi dengan makanan.

Geto dan Gojo berjalan beriringan. Dibandingkan anak-anak lain yang bersemangat, mereka berdua terlihat lebih santai berjalan menuju kantin sekolah yang sudah dipastikan ramai dengan lautan manusia berseragam sama.

“Soal duaratus-mu sudah selesai kau jawab, Satoru?” Tanya Geto.

“Sudah. Dasar guru iblis, dia ngapain coba buat duaratus soal hanya untuk hukuman?!” Gojo berucap dengan nada kesal.

“Siapa, sih, yang bisa tau apa yang bakalan Mori-sensei lakuin? Aku curiga dia dapat firasat kalau kau terlambat hari ini dan membuatkan duaratus soal Fisika untukmu.”

“Aku merasa sengsara dengan keistimewaan yang guru itu berikan!”

Geto mengangkat tangan kanan, menepuk-nepuk punggung lebar Gojo cukup keras.
“Makanya jangan terlambat lagi lain kali kalau tidak mau dihukum.”

“Iya, iya, deh.”

Mereka berdua sampai di kantin sekolah. Sesuai dugaan, ruangan luas penuh makanan ini dipenuhi banyak orang yang kelaparan.

“Kau mau di sini saja, Satoru? Kantin sebelah kurasa tidak seramai ini ....”

Ada tiga kantin di sekolah ini. Masing-masing menjual makanan yang berbeda-beda. Tapi, kantin tempat mereka berdua berdiri sekarang membuat makanan yang lezat dalam jumlah yang banyak.

“Tidak. Kita di sini saja, aku malas jalan ke kantin sebelah,” Gojo berjalan ke arah meja yang ada di tengah. Meja panjang itu baru saja ditinggalkan sekumpulan anak-anak yang sudah mengurus masalah perut mereka.

“Ya sudah.”

Geto duduk di depan Gojo. Remaja itu mengangkat tangan, mengambil perhatian pelayan kantin untuk mencatat pesanan mereka. Geto sudah tahu makanan yang Gojo ingin makan hari ini jadi dia tidak akan bertanya dua kali pada remaja surai putih yang sedang menidurkan kepalanya di atas meja.

Manik Gojo mengedar, berharap sosok mungil yang menarik perhatiannya muncul di dalam lautan manusia ini. Baru beberapa jam mereka berpisah sebab berada di tingkat kelas dan gedung yang berbeda, tapi Gojo sudah mulai mencari-nya lagi.

Gojo mengangkat kepala, muncul sedikit binar senang dalam maniknya ketika melihat [Name] muncul bersama temannya. Tatapan mereka bertemu selama beberapa saat, kemudian terputus saat [Name] mengalihkan pandangannya ke arah Geto yang sedang sibuk memainkan ponselnya.

“Wah! Geto-san!”

[Name] berlari ke arah mereka. Tepatnya ke arah Geto yang sudah mengalihkan perhatiannya dari ponsel ke arah gadis itu.

Manik Gojo melebar saat [Name] melewatinya dan duduk di samping Geto tepat dihadapan Gojo. Perasaan kurang mengenakkan muncul dalam dadanya, ini menyakitkan.

Keduanya saling berbincang. Gojo memerhatikan mereka dalam diam. Lebih tepatnya memerhatikan wajah berseri-seri milik [Name] yang berbincang dengan Geto. Kelihatannya seru, biasanya di saat seperti ini Gojo mungkin akan berulah hingga perhatian berpusat padanya.

Tapi, jauh dalam lubuk hatinya ia tidak ingin merusak ekspresi yang terpasang di wajah [Name] sekarang. Sekarang ia merasa bukan Gojo Satoru saja, sebelumnya dia akan bertindak tanpa memikirkan orang lain dengan hasil perhatian akan tertuju padanya.

“Ah! Aku harus pergi sekarang. Mikasa menungguku. Sampai jumpa, Geto-san! Gojo-san!!”

“Jangan kembali lagi, dasar menyusahkan!” Balas Gojo kasar.

[Name] menunjukkan sebuah senyuman lebar. Tanpa menjawab perkataan Gojo dia pergi menjauh dan mendekati temannya yang bernama Mikasa Ackerman.

“Kau kali ini diam saja, ya? Cemburu 'kah?” Tanya Geto. Remaja ini tahu, dia mengetahui gelagat aneh Gojo semenjak [Name] datang menghampirinya.

“Kau bercanda? Cemburu untuk apa, huh?”

Geto mengangkat kedua bahunya. Memasang sebuah senyuman seraya menutup mata.

Ucapannya tadi hanya tebakan asal sebenarnya. Tapi, setelah melihat reaksi Gojo yang kesal, Geto merasa ... tebakan asalnya tepat sasaran.

“Hanya bercanda ... kurasa.”

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

Gojo itu ... love hard, ya?

Sorry Gojo, kalau dipikir lagi Geto emang lebih pantas.
But ... daijobu, I still with you.

🍁 ┈┈┈ ੈ ⓐⓝ ੈ ┈┈┈ 🍁

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro