➷๑՞. Chapter 8 : ❝ Tell Me! ❞
🍁 When Autumn Comes 🍁
.
➷๑՞. Bab 8
◆|| Tell Me! ||◆
[ Katakan padaku! ]
.
╭┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╮
She's having fun
╰┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╯
.
🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁
Gojo menyandarkan diri pada tembok pagar di belakangnya. Kacamata hitamnya melorot sedikit, maniknya menatap sekitaran rumah kediaman [Name] dari luar. Berharap gadis bersurai hitam itu keluar dari dalam sana. Posisinya berada sedikit jauh dari pagar kediaman [Name].
Gojo rela membuat dirinya bangun sepagi mungkin hari ini untuk memastikan [Name] akan pergi sekolah atau tidak. Pelayan di rumahnya bahkan sampai terkejut saat melihat tuan muda mereka sudah siap dengan seragam sekolahnya pada pukul enam pagi.
Dia sedikit menggerutu, raut wajahnya mengeras. Gojo lelah menunggu, ia lalu merutuki dirinya sendiri karena tidak meminta nomor ponsel [Name] kemarin.
“Aku pergi dulu!!”
“Sampai jumpa, ojou-san!!”
Pendengarannya mendengar suara [Name] serta remaja bernama Obi. Gojo menatap tajam [Name] dari tempatnya berdiri. Gadis itu tengah melambaikan tangannya pada Obi yang juga memakai seragam, tapi dari sekolah yang berbeda. Mereka berdua berpisah tepat di depan pagar kediaman Natsume.
Gojo memerhatikan punggung Obi yang perlahan menjauh kemudian menghilang setelah berbelok.
Setelah ia memastikan pria bersurai hitam itu benar-benar lenyap, dirinya lalu dengan langkah lebar menghampiri [Name] yang sudah sedikit jauh dari tempatnya berdiri.
“[NAME]!!”
[Name] membeku sebentar. Kemudian dengan cepat membalikkan badan ke arah belakang.
“Gojo ... -san?” [Name] memiringkan kepalanya. Menatap bertanya pada Gojo yang menjulang di hadapannya.
Gojo mengusap tengkuknya.
“Aku datang menjemputmu.”
“Eh ... um, baiklah. Ayo.”
[Name] berjalan terlebih dahulu, lalu diikuti Gojo yang dengan cepat sudah berdiri di sampingnya.
Mereka berjalan dalam diam. [Name] melirik ke atas, melihat ekspresi Gojo yang biasa saja. Gadis itu lalu menggigit bibir bawahnya, kedua telapak tangannya yang saling menyatu di depan rok sekolah ia remas.
“Ne, Gojo-san.”
“Apa?”
“Maaf dan terima kasih untuk kemarin. Aku pasti merepotkanmu, ya?”
“Kau memang sangat merepotkan. Pingsan di tengah jalan tanpa sebab kek gitu. Kau ini kenapa, huh?!” Gojo bertanya sedikit kasar.
[Name] menunjukkan senyuman lebar.
“Kemarin aku kecapean.”
Gojo melirik ke bawah, melihat ekspresi yang dipasang [Name] sekarang.
Bagus. Terlihat alami. Tapi, itu belum cukup untuk membohongiku, batin Gojo.
“Aku tidak percaya dengan alasanmu,” balas Gojo.
[Name] terkekeh. Kemudian dia hanya diam, tidak mengatakan apapun lagi pada Gojo.
Gadis ini ... benar-benar tidak mau mengatakannya padaku ... ya ...? Batin Gojo lagi. Raut wajah remaja itu kemudian mengeras, mungkin, ia sedikit tidak terima diperlakukan berbeda dari temannya.
“Aku akan mengatakannya, kok.”
Gojo melebarkan maniknya. Dengan cepat melihat ke arah [Name] yang juga menatapnya.
“[Name] ....”
[Name] lalu mengembangkan senyum hingga matanya tertutup.
“Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, Gojo-san!”
Gadis itu kemudian berjalan sedikit cepat, kedua tangannya ia letakkan di balik punggung. Langkahnya terlihat lebih ringan dari sebelumnya.
Gojo sendiri berhenti melangkah. Matanya menatap punggung mungil [Name] yang ditutupi surai hitamnya yang terurai dengan bebas. Sedikit bergoyang karena angin dan gerakan [Name] yang sedang berjalan.
“Hei!!”
[Name] berhenti melangkah. Lalu menoleh ke belakang untuk melihat Gojo yang masih berdiri di tempatnya.
“Iya?”
Lelaki itu mendekat ke arah [Name].
“Jadi?”
“Aku akan mengatakannya ... tapi bukan sekarang,” [Name] mengedikkan kedua bahu, tersenyum lebar, lalu melangkah menjauhi Gojo.
“Hah?!”
Gojo menaikkan volume suaranya. Tapi, [Name] tetap melanjutkan langkah dan mengabaikan Gojo.
Remaja itu jengkel, dengan kesal ia melangkah mendekati lagi, lalu menarik pinggang [Name] dari belakang menggunakan tangan kiri.
“Katakan sekarang!!”
Tangan kanan Gojo melingkari leher [Name]. Bibirnya tepat berada di samping telinga kanan gadis itu.
“Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau mengatakannya padaku?!” Rengek Gojo dengan suara yang cukup keras.
[Name] menutup mulut seraya mengerjabkan kedua matanya beberapa kali. Perlahan, ia menolehkan kepalanya ke samping kanan di mana wajah Gojo berada.
Hidung mereka saling bersentuhan, tatapan mereka bertemu akibat kacamata Gojo yang benar-benar melorot hingga sampai di bawah hidung.
Mereka menenggelamkan diri dalam tatapan masing-masing. [Name] melihat keindahan pada manik Gojo, tapi bukan itu yang menjadi fokusnya.
[Name] seakan melihat ... Gojo Satoru yang merasa tertekan dengan semuanya, hingga menyembunyikan semua itu dengan sifat brengsek dan kurang ajarnya.
Anak ini hanya mencoba untuk menahan rasa sakitnya. Bahkan mencari cara untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa sakit yang ia rasakan. Dan tidak mencoba untuk mengeluarkannya karena harga diri.
Tangan kiri [Name] tanpa sadar terangkat. Perlahan menangkup sebelah pipi Gojo dengan lembut.
Gadis itu memasang senyuman lembut.
“Kamu benar-benar kuat, ya, menahan semuanya,” ucapnya.
Biasanya Gojo akan tersenyum bangga pada dirinya sendiri saat ada yang memuji dirinya lalu menambah-nambahkan betapa kuat dirinya. Tapi, Gojo tahu kata kuat dari [Name] itu bukan untuk kekuatan yang dimilikinya.
“Tapi ... menahan semuanya sendirian itu sangat menyakitkan,” lanjut [Name] berucap.
Lagi-lagi [Name] berkata seolah membaca jauh dalam diri Gojo. Tapi, lelaki itu tidak ada niatan untuk menyangkal perkataannya. Ataupun melepas posisi mereka berdua sekarang.
“[Name] ... kau benar-benar aneh.”
🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁
Nulis ini sambil dengerin lagunya ;
Bebe Rexha, Knees.
Enak bangeet lagunyaa.
🍁 ┈┈┈ ੈ ⓐⓝ ੈ ┈┈┈ 🍁
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro