Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chap 5

"Favorit"
*** (Y/n)'s pov ***

"Ada apa ini..."

"Kenapa kami tiba-tiba ada disini..."

"Kami tidak diculik, kan..?"

Aku tertawa mendengar pertanyaan mereka bertiga.

"Tenang saja, Shiota-kun. Kalian hanya menemui ibuku kok, Maehara-kun. Ini bukan penculikan, Isogai-kun." jelasku menjawab pertanyaan mereka bertiga.

"Apa ibumu orang penting? Sampai harus memakai tuxedo mahal?" komentar Maehara.

"Hmm... hanya seorang CEO di berbagai negara." jelasku memainkan pita gaunku, "Oh, ngomong-ngomong. Kalian tampan memakai tuxedo itu." pujiku membuat wajah mereka bertiga merona dengan cepat.

"Terima kasih, (L/n)-san. Kau juga... kau begitu cantik memakai gaun itu."

Pipiku terasa panas tapi tidak kupedulikan, "Terima kasih, Shiota-kun."

"Julukan malaikat memang cocok untukmu." sahut Maehara.

"Sebenarnya, (L/n)-san." panggil Isogai.

"Ya?"

"Kenapa ibumu tiba-tiba ingin menemui kami?" tanya Isogai.

"Ibu memang begitu. Dia ingin memastikan bahwa teman yang mendekatiku itu tidak mengincar kekayaanku karena... ya, kau tau siapa itu keluarga (L/n) kan?" jelasku.

"Kalian adalah salah satu dari keluarga terkaya di Jepang." jawab Nagisa.

"...uuh, sebenarnya kami adalah keluarga terkaya nomor 1 di Jepang dan nomor 5 di dunia" bisikku, tidak sadar kalau mereka bertiga dapat mendengarku dengan jelas, "Karena itulah waktu SD banyak yang mendekatiku karena kekayaanku dan itu membuat ibuku marah lalu diam-diam mengancam mereka."

"Ancamannya apa ya?" tanya Maehara.

Perlahan aku membersihkan tenggorokanku, mencoba meniru suara ibu. Lalu aku memasang ekspresi killer ibu.

"Jika ada salah satu dari kalian mendekati putriku (Y/n) demi kekayaan semata maka bersiaplah karena pihak militer dari Jerman, Inggris, Amerika dan Rusia tidak akan diam melihat kalian bernafas di dekat putriku." ucapku lalu kembali tersenyum seperti biasa.

Saat tidak ada respon, aku melihat wajah mereka bertiga dan wajah mereka pucat sekali!?

"Lalu, mereka semua menjauhiku karena takut dan hanya Karma-kun dan Shuu-kun yang mau berteman denganku." sambungku tersenyum canggung, "Kalian tenang saja. Sekarang aku akan melindungi kalian karena kalian adalah teman SMA pertamaku!"

Perlahan warna wajah mereka kembali normal.

"Tapi kenapa hanya kami? Bagaimana dengan Kayano-san dan Nakamura-san?" tanya Isogai.

"Mereka juga dijemput tapi oleh Karma-kun dan Shuu-kun karena kalian lebih memerlukan keberadaanku sekarang daripada Kaede-chan dan Rio-chan." jawabku.

"...ya, jika kau tidak ada... entah apa jadinya kami sekarang..." sahut Maehara tertawa kecil.

Pipiku kembali terasa panas dan aku memegangnya dengan kedua tanganku agar terasa dingin.

"Ada apa, (L/n)-san? Pipimu merah lho!" tanya Isogai dan itu membuat pipiku semakin panas.

"Bu-bukan apa-apa. Mungkin suhu mobil yang panas." jawabku lalu melirik ke pengatur suhu yang mati.

"Oh, (L/n)-san benar!" sahut Nagisa, "Hidupkan saja, (L/n)-san."

Saat tanganku hendak meraih pengatur suhu, tiba-tiba seseorang memegang tanganku.

|| Mansion (L/n) ||

"Hatsyim!!" ketiga orang bersin bersamaan membuat para pelayan panik.

"A-apa anda baik-baik saja, (L/n)-sama?"

"...aku merasakan seseorang menyentuh adikku tanpa izin." gumam Rinto, disusul anggukan kedua orang tuanya.

|| Di dalam mobil ||

"Achoo!!" duo devil bersin bersamaan mengangetkan 2 perempuan yang satu mobil dengan mereka.

"Kalian bersin bersamaan... menyeramkan." komentar Kayano.

"Apa kalian baik-baik saja?" tanya Nakamura mencoba menahan tawanya melihat ekspresi duo devil yang kesal entah karena apa.

"Aku bersin karena seseorang sedang membicarakanku. Tapi siapa?" gumam Karma.

"Biasanya seseorang menuduhku melakukan sesuatu..." sahut Gakushuu.

|| Kembali ke (Y/n) ||

"Maehara...kun?" heranku.

"Apa kau yakin pipi merahmu itu karena suhu mobil?" pipiku kembali memerah karena pertanyaan itu, "Tuh, kan? Pasti karena kami kan?" tanya Maehara sambil memainkan alisnya.

"Maehara!" tegur Isogai dan Nagisa membuat Maehara melepas pegangannya dariku sambil menjulurkan lidahnya.

"Bercanda~" jelasnya.

Aku hanya menghela nafas lalu menghidupkan pengatur suhu mobil dan perlahan suhu menjadi dingin dan suasana menjadi sunyi sampai...

"...apa kau yakin pipimu merah bukan karena kami?"

"MAEHARA!!"

***

"Waw, (L/n)-san... mansion-ehem, maksudku rumahmu besar sekali." puji Isogai

"Benarkah?" tanyaku.

Tak lama kemudian, datang sebuah mobil. Saat pintunya terbuka, keluar Kayano, Nakamura, Karma dan Gakushuu. Begitu Kayano dan Nakamura melihatku, mereka langsung memelukku.

"(Y/n)-chan! Kau cantik sekali dengan gaun itu!!" puji Kayano.

"Terima kasih. Kalian juga cantik memakai gaun itu," sahutku.

"Walaupun tidak secantik dirimu. Bukan begitu?" tanya Nakamura menoleh ke arah para laki-laki.

Wajah mereka berlima merona dan mereka hanya mengangguk setuju.

"Eh, (Y/n)-chan... apa benar ibumu ingin menemui kami?" tanya Kayano.

"Ya, maaf membuat kalian datang sore-sore begini tapi keluargaku sangat keras kepala jika menyangkut 'teman' yang dekat denganku." jelasku.

"Tidak apa-apa. Setelah mendengar ceritamu, kurasa wajar jika keluargamu menjadi over-protective, (L/n)-san." ucap Nagisa.

"Cerita apa?" tanya Kayano antusias.

"Akan kuceritakan nanti. Tidak apa-apa, kan (L/n)-san?" tanya Nagisa memberikan senyuman padaku

Pipiku kembali panas dan dengan cepat aku mengalihkan pandanganku dari mereka sambil tersenyum kecil.

"Silahkan saja..." gumamku pelan.

Karena aku terlalu sibuk untuk mendinginkan pipiku, aku tidak sadar kalau Karma dan Gakushuu memberikan death glare pada Nagisa--tentu saja Nagisa menyadarinya.

"Nagisa-kuuuun~" panggil Karma dan Gakushuu.

"E-eh? Karma-kun? Gakushuu-san? Kenapa kalian memberikan tatapan itu padaku?" tanya Nagisa panik.

Saat itu aku tersadar lalu menghadap mereka semua.

"Sudahlah, ayo ke dalam. Kakak, ibu dan ayah sudah menunggu di dalam." ajakku.

***

Sekarang kelima temanku sedang berhadapan dengan keluargaku. Karma dan Shuu sedang mandi--di kamar mandi yang berbeda--dan mengganti tuxedo mereka dengan pakaian yang lebih nyaman.

"Jadi..." ucap ibu menarik semua perhatian, "Kalian mendekati putriku bukan karena harta kami, kan?"

Mereka berlima menggeleng dengan kuat, entah kenapa membuat ibu tersenyum.

"Kayano Kaede, Nakamura Rio. Kalian lolos jadi teman (Y/n)." ucap ibu membuat iris mereka berdua membesar kaget lalu menoleh padaku.

"E-eeh!? (Y/n)-chan, ba-bagaimana ibumu bisa--" aku mengangkat tangan lalu menggeleng pelan, membuat Kayano berhenti bertanya.

"Apa kalian meremehkan ibu (Y/n)? CEO tertinggi di Benua Eropa dan Amerika?" tanya ibu lalu entah dari mana ibu mengeluarkan map

Ibu lalu membuka map itu dan disana terdapat informasi lengkap dari kelima temanku itu.

"Kalian tulus berteman dengan (Y/n), aku bisa lihat itu di mata kalian dan dari informasi kalian." ucap ibu, "Jadi, Kaede-chan dan Rio-chan, kalian lulus! Jadi tidak ada tentara yang akan mengawasi kalian."

"...tentara?" heran Nakamura.

"...akan aku jelaskan nanti." bisik Nagisa.

"Dan kalian bertiga adalah teman laki-laki putriku, kan?"

Mereka hanya mengangguk, terlalu gugup untuk berbicara.

"Benar kalian berteman dengan (Y/n) bukan karena hartanya?" tanya ibu meminum tehnya.

"Benar, kami berteman dengan (L/n)-san bukan karena hartanya" jawab Nagisa menatap ibu.

"Atau bukan karena keluarganya." sambung Maehara.

"Tapi kami berteman dengan (L/n)-san karena dirinya." tutup Isogai.

Mereka menatap ibu dan entah kenapa ibu berhenti meminum tehnya. Ekspresi kaget tertempel di wajah ibu dan tiba-tiba ibu menutup matanya, meletakkan cangkir tehnya dan tersenyum lebar pada mereka bertiga.

"Kalian lulus dan kalian menjadi teman laki-laki 'favorit' ibu!" ucap ibu.

Kakak dan ayah yang daritadi hanya memperhatikan langsung tersentak kaget, begitu juga Karma dan Gakushuu yang baru masuk dan sudah memakai baju yang mungkin dipinjamkan kakak.

"APA!?" kaget mereka berempat.

"Sorot mata kalian mengingatkanku saat mereka bertiga masih kecil." ucap ibu tersenyum.

"Eh?" tanya Karma dan Gakushuu, aku hanya memiringkan kepalaku dengan heran.

"Dulu saat umur kalian 6 tahun..."

~ Flashback ~

"Karma-chan! Shuu-chan!" panggil sosok 6 tahun (Y/n).

"Hm? Ada apa (Y/n)-chan?" tanya sosok 6 tahun Gakushuu.

"Apa kau ingin kami menemanimu bermain boneka lagi?" tanya sosok 6 tahun Karma dengan malas.

"Bukaaan~!" rengek (Y/n).

"Karma! Jangan mengatakan hal yang belum pasti terjadi!" sahut Gakushuu.

"Tapi biasanya (Y/n) mintanya itu jika dia memanggil kita berdua, kan?" tanya Karma memakan kue yang sedang ia pegang.

"Tapi kali ini berbeda!" jelas (Y/n).

Ucapan si (Y/n) kecil ini menarik perhatian kedua temannya itu.

"Jika kita sudah dewasa, apakah kalian mau menikah denganku?" pertanyaan polos (Y/n) ini membuat ibu mereka gemas ingin memeluk anak mereka.

"Tentu saja aku mau!" jawab Gakushuu dengan serius.

"Aku tidak mau menikahi siapapun selain (Y/n)!" sahut Karma sama seriusnya dengan Gakushuu.

"Benarkah? Yaaay!" ucap (Y/n) senang lalu memeluk mereka berdua.

Para ibu yang melihat hanya bisa pingsan karena pemandangan yang sangat menggemaskan.

~ Flashback ~

Wajah kami bertiga menjadi semerah tomat, terutama Karma dan Gakushuu.

"Mama!!" teriakku malu, "Jangan beritahu mereka ingatan itu! Itu sangat memalukan..." sambungku lalu menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku.

"...pantas saja ibu pingsan saat itu. Kupikir karena apa..." gumam Karma.

"Sekarang ibu penasaran... apa benar kalian hanya ingin 'berteman' dengan (Y/n)? Jujur saja ibu ragu karena sorot mata kalian." komentar ibu menatap mereka bertiga.

Dan yang ditatap hanya bisa heran.

"Oh, begini saja!" ucap ibu, "Sebagai hadiah karena sudah menjadi teman dan 'favorit' ibu, maka kalian bearti akan mendapat kesempatan untuk date dengan (Y/n)."

"AKU TIDAK TERIMA!!!" teriak ayah dan kakak lalu mereka berdua memelukku dengan erat.

"(Y/n) adalah adikku tercinta! Tidak akan kubiarkan sembarang laki-laki dapat menyentuhnya!" jelas kakak.

"Apalagi kencan dengan (Y/n)!" sambung ayah.

Gakushuu dan Karma hanya mengangguk setuju.

"Oh, siapa yang berhak menentukan? Tentu saja (Y/n)." ucap ibu.

Lalu mereka semua menatapku dengan serius dan aku hanya bisa mengusap pipiku menggunakan jari telunjukku dengan canggung.

"Ini adalah hadiah karena berhasil menjadi temanku dan 'favorit' ibu, mereka juga pantas menerimanya. Jadi kenapa tidak? Ini hanya kencan sebagai teman kan..." jelasku.

Wajah Nagisa, Isogai, dan Maehara merona. Senyum ibu mengembang. Ekspresi Kayano dan Nakamura berubah menjadi ekspresi jahil mereka. Ekspresi kakak dan ayah berubah menjadi horor. Ekspresi Karma dan Gakushuu berubah menjadi ekspresi membunuh mereka.

"Bagus! Ibu akan menentukan siapa saja yang akan duluan." ucap ibu dan aku hanya mengangkat kedua bahuku.

"Tidak masalah untukku." jelasku.

"Pertama Shiota Nagisa. Kedua Isogai Yuuma. Terakhir Maehara Hiroto." ucap ibu, "Waktunya kalian yang tentukan~"

Yang disebut namanya hanya mengangguk setuju.

"Oh, tentu saja teman perempuan (Y/n) juga mendapat hadiah." sahut ibu, "Kalian bertiga akan bebas berbelanja di mall! Beritahu ibu apa nama mall yang kalian pilih dan ibu akan menyewanya selama seharian penuh~" jelas ibu.

"Ibu, kau kurang lebih sama seperti ayah dan kakak, menyia-nyiakan uang untuk hal yang tak berguna."

"Jika itu demi kau anakku (Y/n), ibu rela melepas semua pekerjaan ibu jika kau memintanya~"

"Kakak juga begitu! Jika kau ingin kakak untukmu saja, maka kakak akan berhenti menjadi penyanyi!"

"Ayah bahkan mau berhenti bekerja jika itu yang kau pinta, (Y/n)."

"Tidak, jangan lakukan hal yang bodoh dan gila." komentarku dengan wajah datar.

"(Y/n)..." panggil Kayano.

"Hm?"

"Apa ibumu serius mengenai menyewa mall hanya untuk kita bertiga?" tanya Nakamura.

"Jika ibu sudah memutuskan, maka pilihan yang tersisa hanya mengikutinya." jawabku.

***

Yaay, reader-chan harus ngedate dengan 3 laki-laki tampan~

Gomen, seharusnya chapter ini dipost kemarin malam, tapi author ketiduran dan baru bisa ngepost sekarang o(╯□╰)o

Kritik dan saran yang membangun akan sangat diterima~

Bye~

-Rain

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro