Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Hancur

Saveera Kiana, Teman kecil dan tetangga dekat Abimanyu bersaudara.

=========

Air mata Kiana makin bercucuran. Tubuhnya kaku dan sakit lantaran ditekan begitu kuat. Dia sama sekali tidak bisa bergerak. Raven mengukungnya. Perlawanannya berakhir sia-sia. Bahkan sekarang Raven sudah mengoyak dan membuang gaunnya.

"Aku tau kamu membenciku, tapi tolong jangan begini, Kak," ucap Kiana di tengah tangisnya. Dia berharap kedatangan seseorang untuk menolongnya. Wanita itu benar-benar ketakutan. Setiap tangan Raven menjamah, tangisnya kian deras.

"Aku nggak pernah membenci kamu,Kiana. Justru sebaliknya. Aku sangat menyukai kamu." Mata Raven terpejam, lantas menghidu lengan Kiana yang terikat. "Kulitmu lembut. Apa Reyga sering menikmatimu begini?"

"Reyga nggak pernah memperlakukan aku begini!" seru Kiana marah.

"Aku nggak percaya."

"Jangan!" Kiana kembali berteriak saat Raven menyentak silicon cup yang menutupi dadanya. Air matanya kembali mengalir. Dia merasa harga dirinya tercabik. Tidak ada seorang pun yang tega memperlakukan dirinya seperti ini. Bahkan Reyga sekali pun, meskipun keduanya berpacaran.

Kiana memejamkan mata saat dua telapak tangan besar Raven menyentuh payudaranya. Air matanya merembes, dia benar-benar terluka. Bukan hanya menyentuh, tangan itu bergerak meremas dan memijat. Dan dengan kurang ajar pria itu juga memainkan puncak dadanya.

"Jangan, Kak. Aku minta maaf kalau punya salah. Tolong, lepasin aku."

Raven tidak peduli dengan rintihan serta permohonannya. Pria itu malah kian menggila. Sentuhan yang Raven lakukan membuat tubuh Kiana terasa seperti terbakar. Ada rasa aneh yang mulai menjalar. Entahlah, Kiana bingung dengan apa yang terjadi. Dia tahu dirinya dalam bahaya. Raven bisa saja merenggut segalanya. Namun makin berontak, tubuhnya malah makin terasa panas.

Dia terus berteriak dan memohon sampai tenggorokannya terasa kering. "Jangan, Kak." Dia berusaha menarik kakinya yang terhimpit, tapi sulit. Dan matanya melebar ketika Raven mulai melepas kemeja dan melemparnya. Pria itu shirtless di depannya. "Nggak! Kamu mau apa?! Tolong, lepasin aku, Kak!" Kembali dia berteriak panik.

"Kamu sangat tahu aku mau apa. Aku mau kamu jadi milikku."

"Nggak!" Kiana membuang wajah ketika Raven akan mencium bibirnya lagi. Namun sejurus kemudian dia berjengit kaget saat sesuatu menyentuh area intimnya. Tangan Raven...

Kiana tambah panik. Kembali dia melakukan perlawanan. Namun ....

"Ah!" Refleks Kiana terpekik ketika jari tengah Raven melesak masuk.

"Kiana, kamu menyukai ini. You're so wet. you're wet for me." Ada kebanggaan tersendiri bisa membuat Kiana terangsang.

"Nggak! Aku nggak suka! Lepasin aku!"

"Reaksi tubuhmu nggak berkata begitu, Sayang."

Kiana merasa jijik dengan dirinya sendiri. Kembali dia menyentak tangan. Berusaha lepas dari ikatan sialan itu.

"Sepertinya kamu sudah siap."

"Nggak! Jangan!" Ketakutannya makin menjadi saat melihat Raven membuka ikat pinggang, lalu menurunkan celananya. Kiana terbelalak melihat milik Raven yang menjulang di hadapannya. Untuk pertama kalinya dia melihat kelamin seorang pria. Dan itu membuatnya ketakutan setengah mati. Raven benar-benar gila.

Saat ada kesempatan, Kiana beringsut dan mencoba bangun. Dia harus bisa kabur sebelum Raven merenggut segalanya. Namun lagi-lagi usahanya sia-sia, Raven dengan mudah mencekalnya lagi. Kali ini pria itu menindih tubuh Kiana. Menarik satu kaki wanita itu dan menuntun miliknya sendiri untuk menyentuh Kiana.

"Kak, tolong jangan lakukan ini. Aku akan melakukan apa pun untuk kamu, tapi tolong lepasin aku." Kiana menghiba di tengah rasa putus asa yang dalam. Tidak boleh! Raven tidak boleh melakukan ini. Bayangan Reyga, Nenek sontak berkelebat.

"Kamu yakin akan melakukan apa pun untukku?"

Kiana mengangguk, makin tampak putus asa. Air matanya kembali mengalir.

"Putuskan pertunanganmu dengan Reyga. Dan jauhi dia."

Kiana tercekat. Itu hal yang mustahil. "I-itu nggak mungkin, Kak." 

"Nggak mungkin? Sebegitu cintanya kamu sama adikku itu, hm?"

Itu bukan hanya sekedar cinta. Lebih dari itu menikah dengan Reyga adalah harapan besar dua keluarga. Memutus pertunangan artinya melukai keluarganya juga keluarga Abimanyu yang sudah baik padanya selama ini.

"Aku bisa melakukan apa pun, kecuali itu."

Emosi Raven mendadak naik mendengar jawaban Kiana. Cemburu di dadanya menggelegak, makin membutakan mata hatinya."Aku nggak butuh apa pun selain itu." Raven mendorong miliknya kembali, yang langsung membuat Kiana menjerit. Tidak peduli jeritan dan tangisan wanita itu, dia terus mendorong. Memaksa masuk, mendobrak pertahanan yang Kiana miliki.

"Aargh!" Raven mengerang ketika dirinya berhasil masuk sepenuhnya. Memporak-porandakan mahkota milik Kiana. Sejujurnya dia agak terkejut karena ternyata Kiana masih virgin. Itu artinya dia yang pertama untuk wanita itu.

Di bawahnya, Kiana sesenggukan dengan wajah memerah. Terlihat sangat kesakitan. Sebenarnya Raven tidak bermaksud melukainya, tapi...

"Kamu jahat, Kak! Kamu jahat!" seru Kiana dengan suara lemah. Dia kehabisan tenaga. Lebih dari itu dia sangat terluka. Segalanya telah hancur dalam sekejap. Mimpinya, masa depannya....

***



Sakit dan perih berkumpul jadi satu. Kontras dengan Raven yang terus mengerang menikmati perbuatan kejinya pada Kiana. Sebanyak apa pun Kiana memohon, tidak membuat pria itu berhenti. Raven terus menghujamkan miliknya tanpa ampun meski Kiana menjerit kesakitan.

"Tolong, berhenti. Ini sakit," rintih Kiana ketika Raven terus saja mengentak dari belakang. Entah sudah berapa kali tubuhnya dijungkir-balikkan. Rasanya luar biasa lelah.

"Belum, Sayang. Malam masih panjang. Aargh, Kiana." Kembali Raven menggeram saat merasakan miliknya terhimpit begitu erat. Di dalam sana rasanya berdenyut-denyut. Dia menunduk, menarik wajah Kiana agar menoleh padanya dan memaksa mencium bibir wanita itu.

Kiana hanya pasrah. Dia kehabisan tenaga dan rasanya seperti mau pingsan. Bahkan ketika Raven membalik tubuhnya lagi dia bergeming. Namun dia sempat mendengar bunyi nyaring sebuah plat logam yang jatuh menyentuh lantai.

Dia sadar cincin pertunangan yang memang agak longgar di jarinya, terlepas. Namun, dia tidak bisa melakukan apa-apa. Raven tidak memberinya kesempatan dirinya bergerak, bahkan untuk sekedar melirik.

"Kiana, setelah ini. Aku nggak akan membiarkanmu lagi. Sudah cukup aku membiarkanmu dan Reyga bermain."

Hanya rintihan yang keluar dari bibir Kiana. Dia seperti mati rasa. Bawah tubuhnya seperti robek. Perih dan nyeri. Namun pria yang menudungnya itu tak juga terlihat akan berhenti menindasnya.

"Kamu sempit banget. Kamu benar-benar menjaganya hanya untukku, Kiana."

Tidak! Kiana menjerit dalam hati. Dia menjaga dirinya untuk suaminya kelak. Bukan untuk bajingan seperti Raven. Sekarang apa yang akan dia persembahkan untuk suaminya nanti setelah semua sudah diambil paksa begini.

"Aku benci kamu, Kak. Aku benci!" jeritnya kembali menangis. Sementara tubuhnya terus Raven guncang.

"Sekarang kamu boleh membenciku, Kiana. Tapi suatu hari nanti kamu nggak akan pernah mau jauh dariku. Kamu nggak akan bisa hidup tanpa aku."

Mimpi!

Kiana kembali menjerit ketika Raven menghujamkan miliknya makin dalam. Pria itu belum juga mau berhenti, bahkan kali ini dia menarik tubuh Kiana agar wanita itu duduk di pangkuannya.

"Bergerak, Sayang," pinta Raven.

"Nggak!"

"Bergerak, atau kamu akan mendapat yang lebih sakit dari ini."

"Kamu jahat."

"Aku jahat? Nanti kamu akan jatuh cinta pada orang jahat ini."

"Kak!" Tatap Kiana terbelalak dan kembali teriak. Refleks dua tangannya pun mencengkeram erat bahu lebar Raven. Rasanya seperti mau mati saja.

Bedebah itu... kembali menyiksanya sampai Kiana kehilangan kata-kata.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro