What If...
Judul : Bagaimana jika…Yaya adalah Dua Gender ( Part 3)
Sub Judul : Summer Falter
Kondisi : Silahkan baca
Reference : SANGAT TERINSPIRASI dari Fanfic KaiSoo dengan judul SUMMER FALTER. Silahkan cari jika anda ingin mengetahui asal-usul inspirasi fic ini.
Pair : Boboiboy Gentar x Yaya
Warning
Typo dan Panjang
Stop!!! Dilarang baca kalau belum Vote. Pencet bintang nya dulu kek. Jangan sider atuhhh!!
Voteee
Selamat Membaca^^
Jangan mengira Yaya tidak mencintai Gentar. Jangan kira Yaya tidak sakit hati. Jangan salah menyangka bahwa Yaya baik-baik saja setelah pergi tanpa pamit.
Yaya tersiksa.
Tidak ada malam tanpa menangis. Nenek nya yang telah sepuh bahkan bingung sekaligus iba dengan Yaya yang tatapannya kosong dan tetiba menangis. Sepanjang hidup nya tidak pernah Yaya mengalami rasa bersalah yang mencekik nya seperti ini.
Dua minggu setelah Yaya menghilang dan berganti menjadi Syahya, dia baru berani menyalakan handphone nya yang sengaja dia matikan.
Ada banyak pesan. Banyak sekali. Tapi yang paling menyakitkan hati adalah pesan dari kekasih nya, Boboiboy Gentar.
“Sayang! Ying bilang kamu pergi! Pergi kemana? Aku jemput ya?”
“Yaya! Kamu kapan balik? Kamu akan kembali kan?!!”
“YAYA KAMU DIMANA? PLEASE KASIH TAHU AKU.”
“Yaya ini enggak lucu. Kamu marah? Aku punya salah? Hukum aku tapi bukan kayak gini.”
“Sayang…aku kangen banget. Kamu dimana? Aku mau jemput kamu ya, please…”
“YAYA YAH! APA SALAH AKU? JAWAB AKU! TEMUI AKU!”
“KAMU BILANG KAMU JUGA CINTA AKU TAPI MANA?”
Tolong…Yaya tidak kuat.
Yaya menangis sesunggukan mendengar satu persatu pesan suara Gentar yang kebanyakan berisi menanyakan keberadaan nya dan kapan dia kembali. Sebagian berisi umpatan frustasi Gentar. Dan sebagian lagi…
“Yaya…please ngomong sama aku. Jangan tinggalin aku kayak gini. Sakit banget sayang, aku sakit…”
…berisi ratapan kekasih nya kepada nya.
“…Aku kangen kamu. Rindu memeluk mu…”
PIP
—Yaya, dia hancur tanpa mu… —Ying
Bahkan tanpa Ying beritahu Yaya tahu itu. Dia juga sakit. Pria itu telah berhasil mencuri hati Yaya dalam waktu singkat dan menorehkan namanya terlalu kuat dalam diri Yaya. Bagaimana bisa Yaya tidak sakit dan patah hati dengan kejadian ini?
Tapi Yaya bisa APA?
Gentar…dia layak mendapatkan yang lebih baik. Gentar, pria itu pantas mendapatkan pasangan normal yang akan memberikan masa depan yang lebih terjamin. Bersama Yaya tidak akan mudah. Tidak akan ada masa depan yang normal bersama Yaya.
Tapi…kenapa Tuhan begitu tidak adil? Begitu mudah DIA membiarkan Gentar mencuri hatinya sehingga Yaya menjadi hancur seperti ini. Mendengar suara Gentar tidak mengobati rindu nya, justru memperparah luka yang dia torehkan pada Gentar juga dirinya.
Kenapa Yaya harus jatuh cinta? Kalau tahu cinta bisa begitu menyakitkan, Yaya tidak mau jatuh cinta lagi.
Namun…untuk terakhir kali nya bolehkan Yaya egois untuk melihat lelaki itu sekali lagi?
.
.
.
Gentar tidak menyukai nya.
Dia sama sekali menyukai keberadaan Syahya si anak baru kos Yaya.
Karna rumah kos ini sebenarnya adalah rumah milik Ying yang hanya memiliki dua kamar saja. Rumah sedang yang dibeli orang tua Ying untuk anak mereka yang ingin mandiri. Nah berhubung ini milik Ying dan Ying telah pindah ke apartemen Fang, dia telah mempromosikan kos nya lagi dan mendapatkan Syahya, si pemuda mungil, sebagai penyewa.
Kenapa Gentar tidak menyukai nya?
Pertama, sebulan ini Gentar telah bertempat di kos ini dan terlanjur nyaman. Kedatangan Syahya yang mendadak memasuki territorial nya membuat nya geram dan tak suka. Selain itu Gentar kurang menyenangi dengan pemikiran satu-satu nya tempat kekasih nya tersisa di cemari oleh keberadaan orang asing.
Alasan lain…sebut Gentar gila tapi dia bersumpah lelaki mungil bernama Syahya itu sangat mirip dengan Yaya, kekasih nya!
Apa jangan-jangan dia ini saudara kembar Yaya? Tapi tidak mungkin. Jelas-jelas Yaya bercerita bahwa dia anak tunggal.
Lalu apa menurut kalian Gentar akan dengan mudah menerima Syahya sebagai penghuni baru kos ini? Tentu tidak. Dia berkali-kali menyuruh Syahya untuk segera pindah dari kos tersebut namun tidak di gubris sama sekali. Bahkan Gentar pernah nekat menggunakan fisik dan mengancam akan membunuh Syahya jika tidak menuruti nya. Tapi Syahya lebih tangguh dari perkiraan nya. Hingga tepat dua minggu Gentar menabuh genderang perang pada Syahya, pemuda mungil itu akhir nya tidak tahan lagi.
“Apa masalah mu, keparat? Aku pindah ke sini tuh juga bayar, bukannya numpang. Kau tidak suka karena wajah ku mirip dengan pacar mu yang meninggalkanmu itu hah?” kesal Syahya yang tidak sanggup lagi sabar dengan segala tingkah menyebalkan Gentar yang mengganggu nya. Dari sengaja membuat banjir kamar nya.
Menumpuk piring kotor di dapur. Mensabotasi motor metiknya hingga Syahya telat kerja. Dia muak sekaligus kesal.
Gentar terdiam. Wajah pemuda itu memandang wajah Syahya yang menatap nya dengan mata coklat bening yang teramat mirip dengan milik Yaya. Seketika perasaan marah menggelapkan mata Gentar.
BUK
Gentar membanting Syahya ke dinding dan mencengkram kerah sang pemuda mungil.
“Jaga ucapanmu! Yaya…dia tidak meninggalkan aku, bajingan. Dia akan kembali.” Desis Gentar berbahaya. Hati nya sakit saat diingatkan kenyataan bahwa Yaya pergi meninggalkan nya.
Namun Syahya seperti nya tidak mendapatkan pesan peringatan Gentar dan membalas tajam, “Apa kau bodoh? Ada begitu banyak perempuan lain dunia ini selain pacar sialan mu itu. Aku yakin sekarang dia bahkan sudah melupakan mu dan mendapat pria lain—“ BUAG
Syahya mendarat keras di lantai setelah mendapat pukulan keras di pipi nya, “Kau—“
“Aku benar kan? Aku memang baru disini, tapi karena sikap brengsek mu mau tidak mau aku mencari tahu. Tebak apa? Kau sangat menyedihkan Boboiboy Gentar. Galau tidak berkesudahan hanya karena perempuan!”
Cemooh Syahya berhasil memutuskan syarat akal sehat Boboiboy Gentar. Selanjutnya yang terjadi ialah Gentar yang menghajar habis-habisan Syahya hingga seluruh wajah nya membiru dan muntah muntah lantaran Gentar menginjak dan menendang perutnya sekuat tenaga.
“ASTAGA, BOBOIBOY GENTAR!”
Perkelahian—ah tidak, pemukulan itu berakhir saat Ying dan Fang tiba-tiba muncul di kos tersebut, Ying yang pada saat itu hendak berkunjung menemi Syahya bersama Fang dikejutkan dengan pemandangan Gentar menghajar Syahya yang kalah telak.
“GENTAR!”
“ARRGHH!”
.
.
.
“Aw sakit Ying, pelan-pelan.” Rintih Yaya saat tanpa sengaja luka di wajah nya di tekan agak keras.
“Ini salah mu, jadi kau tahan saja.” Ujar Ying acuh dan datar mengobati luka lebam dan sobek di wajah sahabat nya.
Kondisi Yaya mengenaskan. Pemuda mungil itu harus di larikn ke UGD karena kondisi nya yang babak belur. Gentar ternyata tidak main-main menghajar Yaya hingga dokter mendiagnosa salah satu tulang rusuk Syahya ada yang retak.
“Kau sengaja.” Ucap Ying tiba-tiba.
“Apa nya?” tanya Yaya pura-pura tidak mengerti.
Ying membanting tinju ke meja dengan bunyi BRAK, “Kau jelas tahu maksudku Yaya. Kau sengaja memancing Gentar untuk menghajarmu. Apa yang kau katakan hingga dia menghajarmu hah?”
Yaya terdiam. Mata coklat beningnya menunduk tidak berani menatap kepada satu-satu nya orang yang tahu rahasia besar nya selain keluarga nya.
Lama Yaya tidak bicara hingga dia berguman lirih, “Aku mengatakan dia bodoh karena menderita di tinggal pacar nya.”
Ying masih mendengarkan karena tahu Yaya belum selesai.
“Aku berkata bahwa dia menjijikan karena hancur ditinggal perempuan.”
“Dan perempuan itu adalah kau.” Ying menatap jengah sahabat nya, “Sudah kubilang untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Gentar, Yaya. Aku yakin dia akan mengerti.”
Air mata jatuh seiring kepala Yaya menggeleng, “Tidak bisa Ying, tidak bisa. Gentar…dia anti-homoseksual.”
Ying jelas baru mendengar hal ini, “Apa? Kau yakin, Yaya?” anggukan kepala Yaya langsung membuat Ying bersalah memaksa sahabatnya.
Segera Ying memeluk Yaya dalam dekapannya.
“Ayah nya…Ayah Gentar selingkuh dan kabur dari rumah dengan seorang laki-laki. Sejak saat itu Gentar sangat membenci orang-orang pecinta sesama jenis. Karena itu Ying…dia, Gentar tidak akan bisa menerima ku. Dia akan jijik padaku bila tahu aku bisa berubah menjadi laki-laki.” Ying mengeratkan dekapannya saat merasakan tubuh Yaya bergerat hebat.
“Aku mencintainya, Ying. Sangat mencintainya. Aku ingin terus bersama nya. Aku ingin menikah dengan nya. Memiliki anak dengan nya. Hidup hingga maut memisahkan. Aku sangat ingin. Tapi bagaimana?” Air mata turun tanpa di minta, Ying ikut menangis mendengar tumpahan keinginan terpendam Yaya yang menangis dalam dekapannya.
“Kenapa Tuhan membuatku seperti ini Ying?! Kenapa?! Aku benci diriku karena meninggalkan Gentar! Aku benci diriku yang membuatnya sedih! Dan aku lebih membenci diriku sendiri yang masih ingin melihatnya bahkan setelah aku meninggalkan nya!”
“Sudah Yaya, sudah.”
“Hiks Aku orang jahat Ying. Aku orang jahat. Gentar…dia sakit karena ku…”
“Kau juga sakit Yaya, kau juga menderita.” Ying mengelus punggung mungil sahabat nya.
“Aku ingin Gentar melupakan ku Ying…dengan begitu dia tidak akan sakit lagi…”
“Tapi nanti nya kau yang akan sakit sendirian, Yaya.”
Dalam pelukannya Yaya menggelengkan kepalanya dan menatap sahabat nya dengan senyum tipis meski matanya basah air mata, “Aku tidak apa. Aku sudah tahu resiko ini saat memutuskan jatuh cinta.”
Pada titik ini, giliran Ying yang menangis sesunggukan,“Oh Yaya, maafkan aku. Andai waktu itu aku tidak menyuruhmu untuk menerika Gentar.” Ying menyesal membiarkan Yaya jatuh dalam kubangan cinta.
Cinta memang indah namun juga sangat menyakitkan, “Maaf kan aku Yaya.”
Yaya menggeleng sedih dan memeluk balik Ying. Dua sahabat itu berpelukan erat dengan air mata yang terus mengalir. Ying benar-benar mengakasihani sahabat nya yang malang. Sedang Yaya juga mengkasihani diri nya sendiri yang meremehkan sakitnya patah hati.
Apa yang selanjutnya terjadi?
Yaya diharuskan istirahat total selama beberapa hari. Dia, sebagai Syahya, tidak berkuliah melainkan bekerja di dua tempat berbeda. Saat siang di toko bunga, dan malam nya di sebuah Bar malam. Kondisi Yaya yang sebagai laki-laki membebaskan Yaya bekerja apapun selama dia memiliki kemampuan. Sekarang karena Yaya terluka dia izin dari tempat kerja nya. Tapi ada masalah lain.
Yaya tidak menemukan Gentar di kos nya lagi selama seminggu. Ying menginformasikan bahwa Gentar juga tidak kuliah selama seminggu itu dan jelas itu membuat Yaya khawatir. Ying juga mengatakan Gentar tidak di rumah nya karena Fang juga tidak bisa menemukan pria itu dimana-mana.
Kemana?
Maka malam itu dengan nekat, tidak peduli dengan luka nya yang belum sembuh benar, Yaya keluar ke suatu tempat dimana Gentar mungkin di sana. Sebuah Arena Balap liar yang Yaya tahu dari cerita Gentar saja. Selama berpacaran Gentar sering bilang arena ini illegal dan dia tidak berkeinginan balapan di sana karena rawan ketahuan polisi. Namun entah kenapa Yaya menuju kesana.
Tempat itu sangat ramai. Kebanyakan adalah pria dari usia belasan hingga akhir dua puluhan. Disini berkumpul para pecinta Balap Motor liar dengan taruhan uang illegal. Disini pula berkumpul para anak haus akan kebebasan dan melepas stress dengan adrenalin. Karena ini arena liar, layak nya di klup malam, kelakuan tidak benar banyak ditemukan. Bukan sekali dua kali Yaya menemukan Rider menunggangi racing baby di motor mereka atau di pojokan sepi.
Namun Yaya mengabaikan nya, bekerja lama di Bar membuatnya cukup sering melihat hal seperti itu. Terlebih tubuh nya yang laki-laki lebih tegar melihat pemandangan semacam itu. Fokusnya adalah mencari Gentar. Yaya akan segera pergi bila dia tidak mendapati Gentar di sini.
Lalu kemudian Yaya melihat nya.
Di sana…
Mata coklat bening Yaya menatap sakit hati kepada Gentar yang tengah berciuman panas dengan seorang wanita di salah satu pojok tempat ini. Menilik dari pakaian sang wanita yang teramat pendek, sepertinya dia adalah racing baby di arena ini. Yaya memutuskan mendekat saat tangan Gentar menyentuh pantat semok lawan main nya.
“BOBOIBOY GENTAR!”
Yaya harus berteriak karena tahu suara nya yang biasa akan kalah dengan suara derungan motor dan sorakan penonton. Meski Yaya mati-matian menahan sakit lantaran rusuk nya tertarik saat menaikkan suara, dia tidak peduli dan menarik Gentar dari tempat tersebut.Yaya tidak peduli dengan tatapan orang lain, apalagi tatapan sinis racing baby yang dia ganggu.
“PULANG!”
Aneh nya Gentar tidak memberontak. Pria muda itu diam saja saat Yaya menarik nya menuju taksi dan membawa nya pulang ke kos. Dari dekat Yaya bisa mencium bau alcohol dan terbukti tatapan mata pemuda itu sayu dan tidak fokus.
“Kau mandi lah, aku akan membuatkan sup pereda—“
GREP
“Yaya…kau pulang.”
Tubuh Yaya yang sekarang menjadi Syahya membeku. Hatinya tercubit saat Gentar memeluk nya dari belakang dan mencium lehernya seraya merancau kata rindu.
“Yaya, Yaya, kau pulang. Kau akhirnya pulang. Aku percaya kau tidak mungkin meninggalkan ku.” Gentar memeluk erat tubuh mungil tersebut.
“Kau mencintai ku, aku percaya itu. Jangan pergi lagi ya, aku kangen…” perlahan Gentar memutar tubuh mungil Yaya dan melihat matanya bening nya. Mata kesayangan nya yang selalu berhasil membuatnya jatuh cinta.
Seperti saat ini.
Saat tangan-tangan besar Gentar menyentuh nya, yang dilakukan Yaya adalah diam. Saat Gentar mencium nya, Yaya membalas nya. Saat Gentar mengangkat tubuh nya, Yaya melingkarkan kaki nya di pinggang sang dominan. Dan saat Gentar menembus nya di bagian yang tidak pernah tersentuh, yang dilakukan Yaya ialah mengerang dan menerima nya.
Karena sesungguhnya Yaya juga sangat merindukan pemuda di atas nya. Yaya sungguh haus akan sentuhan memuja Gentar diatas kulitnya. Yaya ingin merasakan nafas Gentar diatas bibir nya dan rasa Gentar di dalam tubuh nya. Meski harus mati, Yaya ingin meraup nya sekali lagi.
“Yaya Yaya…aku cinta banget dengan mu. Jangan pergi lagi…jangan…”
Air mata yang tidak dapat di tahan jatuh di pipi Yaya. Dia mengelus rambut hitam Gentar yang jatuh tertidur di atas tubuh nya yang sama-sama polos.
“Aku juga mencintai mu Gentar. Dengan seluruh hidup ku, aku mencintai mu…” bisikan penuh cinta itu sampai kepada Gentar yang akhirnya tersenyum dalam tidurnya setelah sekian lama.
.
.
.
Boboiboy Gentar tidak ingat apa yang terjadi malam itu.
Yang di ingatnya dia mabuk di arena balap setelah memenangkan satu putaran balap. Gentar mendapat cukup banyak uang taruhan malam itu. Tapi entah bagaimana ketika pagi, Gentar sudah berada di kamar kos kekasihnya.
Gentar frustasi. Dia tidak tahu bagaimana dia mencapai kos, tapi dia ingat bahwa tadi malam dia bermimpi. Mimpi yang sangat indah. Di mimpinya Yaya telah kembali dalam pelukannya. Keduanya saling mencintai sangat dalam hingga Gentar bergetar mendengar pernyataan teramat tulus dari kekasih nya.
Tapi…semua hanya mimpi. Mimpi yang berarti Yaya tidak kembali. Dia hanya sendirian di sini.
“Kau sudah bangun? Ying mengirim makanan tadi jadi langsung kau makan saja.”
Syahya, si penghuni baru yang dia hajar hingga babak belur seminggu yang lalu, berlalu acuh melewati nya dari dapur. Gentar melihat sekilas Syahya, dan mendadak merasa sedikit menyesal menghajar pemuda mungil itu karena sekarang melihat keadaan Syahya yang masih berjalan tertatih setelah seminggu berlalu, bukan kah artinya dia sudah keterlaluan?
“Kau…” Aku minta maaf, kata-kata itu tertahan di tenggorokan Gentar.
Syahya berhenti dan menoleh—menunggu apa yang hendak dikatakan Gentar, “Hm?”
“Kau tahu aku pulang jam berapa? Dengan siapa?” entah kenapa malah pertanyaan itu yang keluar. Tapi Gentar sendiri ingin tahu, karena dia menemukan beberapa bekas merah di leher dan dada nya hingga dia mengira semalam tanpa sadar bermain dengan wanita.
Gentar masih larut dalam pikiran nya hingga dia tidak menyadari bahwa tubuh mungil di depan nya sempat menegang, namun cuma beberapa saat, “Tidak tahu. Aku baru melihat mu pagi ini.” Jawab Syahya acuh dan bernada malas.
“Oh.” Tidak berkata lagi, Gentar melanjutkan langkah nya ke dapur dan melihat sudah ada sup ayam yang mengepul. Mencium bau nya Gentar menjadi sangat lapar dan tidak sabar ingin memakan nya. Jarang-jarang Ying mengirim makanan ke sini. Mungkin Fang yang menyuruh.
Srup—“Ini…”
Mendadak mata Gentar berair. Sup ayam ini sangat enak dan hangat hingga langsung ke hati nya. Nampak sederhana namun bagi Gentar cita rasa ini memunculkan kembali ingatan hari-hari pagi yang hangat dengan kekasih nya.
“Hiks…” Tidak ada seorang pun, Gentar tanpa sungkan meluapkan pedih hati nya seraya terus menyuapkan sup ke mulut nya, “Sup nya sangat enak…sayang.” Seolah Yaya duduk bersama nya, Gentar tersenyum pahit.
Gentar sama sekali tidak menyadari satu sosok mungil yang ikut bergetar seraya menahan suara nya dari balik tembok.
.
.
.
Seminggu kemudian Yaya merasa lebih baik dan memulai kembali pekerjaan nya. Sebenarnya ini adalah pertama kali Yaya bekerja di kota sebagai Syahya karena selalu nya Yaya mendekam di kampung nenek saat menjadi laki-laki. Tapi karena terlalu rindu dan ingin melihat keadaan Gentar, Yaya jadi nekat kembali ke kos nya dengan dalih penghuni baru. Pun karena dia juga tidak bisa masuk kuliah, dia mengisi hari dengan bekerja. Lumayan juga.
“Kau bekerja di Bar?” tanya Gentar suatu ketika.
Hubungan Syahya dan Gentar tidak membaik atau memburuk sejak minggu lalu. Seperti nya Gentar setelah tenang, pria itu menjadi lebih toleransi terhadap keberadaan Syahya. Gentar tidak lagi mencari ribut dan kadang ikut membantu bebersih kos. Tapi cuma itu. Tidak ada sapa atau kata diantara keduanya.
Ini adalah pertama kali nya Gentar berbicara dengan Syahya setelah seminggu.
Syahya mengangguk. Jam empat sore dia bersiap berangkat ke Bar tempat nya bekerja. Dia sudah menggunakan seragam dan menutupi nya dengan jaket. Namun saat hendak keluar tangannya di tahan.
“Sejak kapan kau bekerja disana?” tanya Gentar datar, namun Yaya mengenali nada tidak suka di dalam nya.
Yaya ingin melepas genggaman Gentar di lengannya tapi pria itu tidak membiarkan nya, “Sejak aku pindah ke sini. Aku ke kota ini untuk bekerja.” Yaya tidak mengerti kenapa Gentar ingin tahu urusan Syahya.
“Tidak usah bekerja di sana lagi. Tidakbaik anak kecil bekerja di Bar.”
Apa dia bilang?
Tiba-tiba Yaya kesal dianggap bocah oleh orang yang lebih muda darinya, meski cuma beberapa bulan sih, “Kau melantur? Aku laki-laki dan bisa menjaga diriku sendiri!” Yaya menyentak tangan nya dari genggaman Gentar dan berhasil.
Tapi Yaya kembali terhadang. Kali ini sebuah tembok tinggi berupa tubuh Gentar yang lebih tinggi dan lebih berotor dari Yaya menghalangi pintu keluar, “Bekerja pada ku saja. Akan ku gaji 2 kali lipat!”
Yaya semakin pusing. Ada apa dengan lelaki ini sebenarnya? Beberapa waktu lalu benci. Lalu marah hingga memukul nya. Terus mengabaikan nya. Kali ini Gentar mencoba peduli pada Syahya? Sungguh Yaya baru tahu Gentar selabil ini.
“Setahu ku kau masih kuliah, Boboiboy Gentar. Pekerjaan apa yang bisa anak kuliahan beri pada ku?” Yaya menatap mata mantan (?) kekasih nya.
“Kau bisa bekerja di café ku.” Tukas Gentar cepat.
“Oh dan membuat semua orang iri karena kau membayarku dua kali lipat dari karyawan lain? Mereka akan membunuh ku.” Balas Yaya cepat bercampur jengah.
“Sudah lah, minggir. Aku mau kerja.” Sekali lagi Yaya berusaha menyingkirkan badan besar Gentar dari pintu namun bukanya bergeser malah Yaya yang terjebab lantaran Gentar yang tiba-tiba menarik tangannya lagi lalu menubruk dada bidang pria itu.
“Kau—“
“Kalau begitu biar aku ikut.” Yaya tentu akan menjawab tidak tapi mendapati wajah Gentar yang keras kepala, akhirnya dia menyerah.
“Terserah.”
Maka mulai hari itu Gentar selalu mengikuti Yaya bekerja di Bar. Pemuda itu akan duduk di meja Bar, memesan minum sesekali dan snack hingga dini hari saat Shif Yaya berakhir. Yang di lakukan pria muda itu sepanjang di Bar adalah memandang Yaya layaknya induk elang yang mengawasi anak nya. Saat ada pelanggan dengan tindak-tanduk kurang ajar, maka dengan cara nya sendiri Gentar akan menyingkirkan pelanggan tersebut. Membuat sedikit banyak Yaya berterima kasih dengan keberadaan Gentar. Meski tentu saja Yaya juga sering kali panas karena tidak jarang para perempuan malam melemparkan diri kepada Gentar.
Untung nya Gentar tidak pernah tergoda rayuan wanita manapun hingga tanpa sadar Yaya tersenyum puas. Senang karena Gentar bukan pria yang bersenang-senang dengan orang asing. Yaya seolah melupakan kejadain saat Gentar menyentuh Syahya malam itu—yang terhitung orang baru bagi Gentar.
Perlahan hubungan Gentar dan Syahya (Yaya) naik level. Sekarang Yaya berani mengatakan bahwa mereka sudah menjadi teman, meski Cuma teman satu kos.Tapi itu cukup. Dua bulan setelah Yaya menghilang dan satu bulan setelah Syahya muncul, kini Gentar dan Syahya duduk bersama menonton sepak bola malam ditemani cola dan aneka snack. Oh hari ini Yaya libur bekerja di Bar.
“Gentar…” Syahya (Yaya) sudah diperbolehkan oleh pemilik nama untuk memanggil nama akrab satu sama lain, “ Aku bertanya tapi jangan marah ya.”
“Hm, tanya saja.” Balas Gentar tanpa mengalihkan pandangan dari TV.
“Apa kau masih menunggu kekasih mu?”
Tidak ada jawaban. Tidak ada suara dari lawan bicara nya. Suara spectator bola mengisi keheningan malam.
“Entah lah…”
DEG
“Awalnya aku sangat sakit hati—maksudku apa salah ku kan sampai-sampai dia meninggalkanku…tanpa kabar dan tanpa kata.”
DEG
“Aku masih memikirkan nya. Setiap malam aku masih melihat foto kami berdua.”
DEG
“Tapi kedua kakak ku tahu dan mereka memarahi ku. Mereka mengancam kalau aku masih merusak diriku sendiri maka mereka akan menyeretku ikut mereka ke LN.”
DEG
“Aku tidak mau. Meski sakit dia tidak ada, tapi aku merasa akan lebih sakit lagi kalau meninggalkan tempat ini.”
DEG
“Entah kenapa aku punya keyakinan dia akan kembali. Pada saat itu aku akan bertanya kepadanya…alasan dia pergi.”
DEG
“Setelah itu…aku yang akan pergi.”
DEG
“Setelah aku tahu alasannya, aku akhirnya bisa menutup hubungan ini dengan benar.”
DEG
“Jika aku ingin memulai hubungan yang baru aku harus menyelesaikan hubungan ku dengan Yaya sekarang. Dengan begitu tidak ada lagi penyesalan…”
DEG
Bibir Yaya bergetar. Setiap kata Gentar menusuk dada nya layaknya ribuan jarum kecil. Tapi dia masih memaksa membuka suara, “Artinya…kau tidak mencintai nya lagi?”
Gentar mengangkat bahu meski nyata nya dalam hati nya masih sangat mencintai sang kekasih, “Aku siap melepaskan nya.”
DEG
Kemudian Gentar menoleh dan menatap Syahya dengan pandangan dalam dan familiar bagi Yaya.. “Sebaliknya…aku ingin tahu perasaan apa yang kurasakan padamu.”
DEG
Apa? Gentar, dia…?!
“Jujur saja, aku membenci kaum LGBT. Aku sangat membenci nya setelah Ayah ku brengsek ku pergi dari rumah hanya untuk pergi dengan jalang laki-laki nya. Tapi…sepertinya aku terkena karma.”
Boboiboy Gentar meletakkan remot TV. Tubuh nya yang hanya berbalut kaos hitam panjang dan celana pendek bergeser memangkas jarak mereka di sofa. Tepat di hadapan Syahya (Yaya) yang membeku menatap tidak percaya Gentar berbisik penuh hasrat.
“Boleh aku mencium mu?”
DEG
Jika kalia pikir Yaya akan menyambut undangan tersebut dengan senang hati, maka jawaban kalian salah. Yang ada Yaya justru ketakutan. Yaya langsung menyingkir dari Gentar dan buru-buru membanting pintu kamar nya.
Sejak saat itu Yaya berusaha menghindari Gentar. Dia belum siap menghadapi perubahan Gentar yang sangat ekstrim menurut nya. Dan Gentar pun tidak berusaha mengejar dan membiarkan Syahya menghindari nya karena dia pun belum pasti perasaan nya kepada sang pemuda mungil.
.
.
.
Mungkin kah detak jantung nya yang sering menggila di dekat Syahya karena pemuda itu mirip dengan Yaya?
Gentar bersumpah kejadian dua hari yang lalu murni spontanitas. Dia terbawa situasi dalam pertanyaan Syahya. Dan saat menatap mata coklat bening Syahya, Gentar tiba-tiba ingin mengecup bibir sang pemuda yang lebih kecil. Sekaligus Gentar ingin memastikan perasaan nya kepada Syahya. Dan hasilnya…gagal. Syahya pergi ketakutan hingga menghindarinya hingga kini.
Gentar tidak berusaha mengejar meminta maaf karena dia bingung harus bagaimana. Ini adalah pengalaman pertamanya menghadapi perasaan semacam ini kepada sesama jenis nya. Jika itu Yaya maka Gentar akan mengeluarkan segala bujuk rayuan ala romeo dan jurus mantap milik nya agar Yaya memaafkan nya. Tapi Syahya? Mereka sama-sama laki-laki, Ya Tuhan!
“Oi!”
Entah keberanian dari mana Gentar memanggil Syahya di suatu pagi. Untungnya pemuda itu merespon meski dengan kerutan kesal.
“Aku bukan ‘Oi’. Namaku Syahya.” Balas nya malas. Meski begitu Gentar tidak melewatkan nada gugup yang sedikit terselip di sana. Membuat Gentar menyeringai puas entah karena apa.
“Ikut dengan ku sebentar.” Kata Gentar
“Kemana?”
“Menemui kakak ku, tiga bulan sekali salah satu kakak ku akan kembali ke Indonesia untuk menjenguk ku.” Jelas Gentar.
“Kenapa aku harus ikut?” tanya Syahya dengan kerutan dahi yang sangat persis Yaya yang bila sedang bingung. Sejenak Gentar menahan nafasnya.
“Biar aku punya alasan cepat pulang. Kakak ku itu tidak akan membiarkan ku pulang sebelum mengualihiku selama dua jam.” Gentar menghela nafas saat mengataka hal ini.
Memang benar Halilintar, terlebih Gempa akan mewejanginya macam-macam hal selama dua jam bahkan lebih.Akan tambah panjang lagi karena Gentar membuat masalah baru-baru ini.
Syahya masih tidak mengerti kenapa Gentar harus mengajak nya. Kenapa bukan Fang atau Gopal?
Seolah mengerti isi pikiran Syahya, Gentar cepat-cepat menambahkan, “Sekalian mau nraktir. Anggep aja permintaan maaf dariku sola kemarin lusa.”
Syahya tidak menjawab, “Maaf…aku khilaf. Kau mirip kekasih ku jadi…begitu deh.”
Sekali lagi Gentar tidak sempat melihat wajah murung pemuda mungil di depanya yang hanya berlangsung sepersekian detik, “Oke. Kapan?”
Wajah Gentar langsung cerah, “Nanti jam tujuh malam kita berangkat.”
“Oke.”
.
.
.
Yaya pernah berkata bahwa Ying adalah satu-satunya manusia dibumi ini yang tahu kondisi nya selain keluarganya.
Namun kenyataan nya bohong besar. Yaya membagi rahasia nya kepada satu orang lain, yang bahkan Ying tidak mengetahui nya.
Yaya mengira setelah SMP dia tidak akan bertemu dengan orang itu namun takdir begitu lucu karena di depan nya berdiri seseorang yang tidak mau Yaya temui lagi dalam hidupnya. Seorang pria dewasa yang tampan dan gagah. Senyum nya lembut dengan pandangan mata yang memikat.
Gempa Boboiboy. Yaya mengenal nya sebagai Gempa B.
“Ini Syahya, teman satu kos ku.” Gentar mengenalkan kedua nya yang sama-sama membeku menatap satu sama lain hingga Gempa mengulurkan tangannya.
“Boboiboy Gempa.” Sapanya ramah. Seolah tidak pernah terjadi apapun diantara keduanya.
“Syahya.” Balas Syahya singkat.
Jika kalian penasaran siapa Gempa dalam hidup Yaya atau Syahya, maka jawabanya sederhana. Pria itu adalah Crush pada masa SMP Yaya.
Waktu itu Yaya yang masih kelas dua SMP tidak sengaja bertemu dengan Gempa yang merupakan anak kuliahan yang sedang belajar serius diperpustakaan kota. Jangan tanya kenapa Yaya kesana karena jawabanya jelas Yaya sedang mencari Wifi gratis disana.
Pertemuan mereka tidak sedramatis adegan dalam drama korea. Inti nya Yaya tanpa sengaja hampir jatuh dari tangga saat ingin mengambil buku novel di rak tertinggi namun selamat oleh Gempa yang menangkap nya. Layaknya bocah kebanyakan, Yaya segera menaruh hari kepada sang pahlawan.
Satu tahun-dua tahun. Yaya menjaga hubungna baik dengan Gempa si kakak kuliahan yang tampan. Hubungan keduanya yang jelas adalah adik-kakak berjalan hingga hari Yaya lulus SMP dan Gempa yang telah menyelesaikan Skripsi nya dan hendak pergi ke LN. Pada saat itu Yaya yang tidak rela Gempa pergi, memutuskan mengungkapkan perasaaan nya serta kondisi istimewa nya. Otak naïf Yaya berharap Gempa setidak nya akan mengerti perasaan nya dan mengatakan kepada Yaya untuk menunggu. Yaya siap menunggu jika harus.
Tapi harapan tinggal harapan. Gempa menolak nya habis-habisan. Memang lelaki itu mengatakan dengan senyuman ala kakak dan alasan macam-macam. Tapi dari sekian itu ada satu perkataan Gempa yang terus menghantui Yaya.
“Dan juga…aku tidak berpikir aku bisa menerima kondisi mu , Yaya. Aku perlu menikah dengan orang normal untuk membahagiakan keluargaku.”
Keesokan harinya Yaya tidak lagi menemui Gempa. Pertemua nya selama dua tahun dengan Gempa juga tidak pernah di ketahui Ying karena Yaya sengaja menyembunyikan hal itu dan ternyata keputusannya tepat. Selamanya hanya dia dan Tuhan yang tahu Yaya pernah jatuh cinta sekali.
“Apa kabar?” disaat Gentar mengatakan ingin ke toilet, di saat itu Boboiboy Gempa memberanikan diri membuka percakapan dengan sang pemuda mungil.
“Baik.” Lagi Yaya membalas singkat. Sepanjang pertemuan Gentar dengan kakak nya, tidak sekalipun kecuali pertemuan awal Yaya melihat ke arah Gempa. Bahkan sekarang sekalipun.
Seakan tahu pemuda mungil di depannya masih menaruh kesal atas ucapannya di masa lalu, Gempa lantas berkata, “Aku minta maaf…Yaya.”
Dia masih tidak menoleh dan memainkan es batu dalam minumannya.
“Ucapan ku sangat keterlaluan saat itu dan…menyakitimu.” Sesal Gempa terdengar sungguh-sungguh.
Menyakitiku, katanya. Yaya tersenyum sinis.
“Kak Gem tahu apa yang terjadi pada ku setelah kakak menolak ku dengan mengatakan aku tidak normal?” Yaya akhirnya menatap manik mata Gempa yang dia sukai di masa lalu.
“Aku hancur Kak. Kau menghan-curkan kepercayaan diriku dan membuat ku percaya bahwa aku tidak berhak jatuh cinta dan menikah seperti orang normal lainnya selama hidup ku.” Tanpa Yaya kehendaki mata nya berkaca-kaca. Menghadapi masa lalu memang sulit namun Yaya tidak mau menyerah. Mumpung orang nya disini, akan Yaya buat Gempa menyesal telah menolak nya dengan kejam beberapa tahun lalu.
“Aku membuatmu trauma…maafkan aku.” Sekali lagi sang pria dewasa meminta maaf.
“Maaf tidak akan memperbaiki kesalahan lalu , Kak.” Balas Yaya dingin.
“Ya tapi maaf berarti penyesalan masa lalu dan berharap masa depan yang lebih baik. Karena itu…aku meminta maaf mu Yaya. Mau memberiku kesempatan?”
Kesempatan? Apa maksud Gempa ini?
Namun sebelum dia sempat membalas, Yaya dikejutkan dengan tarikan kencang pada bahunya dan memaksanya untuk mundur.
“Gentar, kau—!”
Entah sejak kapan Gentar telah kembali dari toilet. Dengan mata yang berkobar penuh amarah. Gentar menatap kakak nya dengan pandangan sarat tuntutan.
“Kau memanggil nya apa kak? Siapa yang kau panggil ‘Yaya’?”
Gempa agak tersentak dengan perubahan emosi Gentar yang ekstrim, “Gentar , duduk dulu, aku dan Yaya baru—“ Yaya memekik marah kepada Gempa bersamaan dengan Gentar yang memukul meja VIP restoran tempat mereka bertemu.
“Yaya? Kau memanggil Syahya ‘Yaya’, kak?” kembali Gentar bertanya penuh emosi. Wajah nya memerah dan rahang nya mengeras. Terlihat siapapun bahwa Gentar saat ini tengah menahan amarah.
“G-Gen-t—“
“DIAM KAU! TIDAK LIHAT AKU SEDANG BICARA, HAH?”
Semburan kemarahan itu membungkam mulut Yaya seketika. Tubuhnya mengkerut tidak berani menatap pria di depannya.
“Kak Gempa! Beritahu aku yang jelas. Orang ini, laki-laki bernama Syahya ini, kau memanggilnya Yaya…apa itu Yaya Yah? Kau mengenal kekasih ku, Kak? Kekasihku yang hilang—TIDAK KEKASIH YANG MENINGGALKAN KU DUA BULAN LALU?!!”
Gempa menelan ludahnya. Dia sangat terkejut dengan luapan amarah adiknya dan lebih terkejut lagi dengan pernyataan terakhir Gentar, “Siklus enam bulan…Gentar, Yaya itu—“
“ARHHH BRENGSEK!!” dengan kalap Gentar menghancurkan meja penuh makanan di depannya hingga seluruh benda diatasnya hancur berantakan. Setelah itu Gentar pergi dengan amarah yang masih membumbung tinggi.
Meninggalkan Yaya yang telah menangis histeris dan Gempa yang shock dengan rentetan kejadian tiba-tiba ini.
“Yaya…adik ku belum tahu bahwa kau…?” gelengan kepala Yaya yang menangis cukup membuat Gempa memukul kepalanya. Pria itu sadar sudah melakukan kesalahan.
Malam itu, tepat dini hari pukul setengah dua, Yaya baru kembali setelah ikut dengan Gempa mencari keberadaan Gentar. Keduanya bahkan pergi ke arena balap liar tapi masih tidak menemukannya. Namun karena sudah terlalu malam dan Yaya juga lelah, Gempa mengantar Yaya kembali ke kos nya.
Tepat saat saklar dinyalakan, Yaya memekik lantaran tubuh nya yang di tarik dan di banting jatuh ke sofa depan TV. Tubuh mungil di tahan oleh tubuh besar Boboiboy Gentar yang memiliki mata merah dan nafas memburu.
“Gentar, kau—“
“Aku tidak mau berbasa-basi. Jawab pertanyaan ku sekarang. Apa kau benar kau Yaya? Yaya Yah kekasih ku?”
Mata coklat bening Yaya kembali berkaca-kaca. Hati nya sakit sekaligus sakit menatap Gentar yang nampak hancur. Yaya kemudian menjawab dengan anggukan kepalanya.
“Yaya? Benar-benar Yaya pacarku yang ku tembak 88 kali?” Yaya kembali mengangguk dengan air mata semakin deras, “Yaya ku yang suka makan biskuit dan coklat KoTiam?” Yaya tanpa henti mengangguk, “Yaya yang sangat kucintai tapi meninggalkan ku tanpa alasan dua bulan lalu?”
Yaya benar-benar tidak kuat menahan vonis demi vonis, menumbahkan semuanya dalam tangis, “Hiks maaf Gentar, maafkan aku.” Air mata Yaya mengalir bak bendungan yang pecah.
“Kenapa…kenapa kau begitu jahat padaku?” suara Gentar yang serak seakan membunuh Yaya.
“Karena aku tidak normal Gentar hiks aku tidak pantas menerima cinta mu.” Sesungguk Yaya seraya meremat kaos pada dada Gentar yang menindih nya.
“Omong kosong! Harusnya kau bilang padaku! Kau anggap perasaanku apa, Yaya?” untuk pertama kalinya setelah berubah menjadi Syahya, Gentar memanggila nama itu lagi.
Yaya semakin menangis, “Karena kau menbenci nya Gentar…kau bilang sendiri kau membenci hubungan sesama jenis! Aku tidak sanggup menanggung penolakan dan rasa jijik mu saat mengetahui kondisi ku sebenarnya!”
Gentar tidak membalas dan ikut menangis bersama Yaya. Tubuh besarnya memeluk tubuh mungil kekasihnya yang dia kira hilang namun ternyata tidak pernah kemana-mana. Oh tuhan! Pantas…pantas semua dalam diri Syahya sangat mirip Yaya. Karena Yaya dan Syahya adalah orang yang sama.
“Aku mencintaimu Gentar, aku bersungguh-sungguh.” Suara serak Yaya yang memiliki jangkun mengalun dalam keheningan sendu, “Tapi kau menginginkan anak, aku…aku mungkin tidak bisa memberinya untuk mu…jadi aku memilih pergi.” Pelukan Gentar mengerat.
“Aku mencoba melupakanmu tapi kau sudah mengakar begitu jauh dalam hatiku. Bagaimana bisa aku melupakan, Gentar, bagaimana bisa. Aku sangat mencintaimu.” Tangisan Yaya bertambah kencang dengan segala ungkapan terdalam dari hatinya. Dia menumpahkan segalanya dalam dekapan kencang kekasih nya yang juga ikut menangis.
Hingga bermenit-menit berlalu, tangisan Yaya mereda berganti sesunggukan ringan. Gentar mengangkat sedikit tubuh nya dan menghapus air mata Yaya dari pipi nya yang basah.
“Kau pasti sangat menderita ya…menahan beban itu sendirian…” Gentar memandang sendu pemuda kecil yang masih bergetar, “Aku membuat mu merasakan semua rasa sakit itu …Yaya, bagaimana aku memohon ampunan mu?”
Yaya menggelengkan kepalanya. Bibirnya yang masih mengeluarkan isak tangis tidak mampu menjawab kekasihnya. Kemudian Yaya merasakan bibir lain mendarat tepat diatas milik nya.
Gentar mencium Yaya dengan sangat lembut. Tidak ada nafsu karena Gentar ingin kekasihnya menjadi lebih tenang dengan tuntunan nya, berharap Yaya merasakn cinta yang dia tumpahkan dalam ciuman mereka. Hingga akhirnya Yaya berhenti gemetar, Gentar mengangkat wajahnya.
“Aku mencintaimu Yaya. Tetap bersamaku ya? Aku gila kalau kau tidak disisi ku.” Sekali lagi Gentar meminta Yaya untuk berada disamping nya. Sekali lagi Gentar meminta Yaya menjadi milik nya. Dan tidak seperti pengalaman 88 kali nya, Gentar tersenyum amat bahagia saat Yaya mengangguk penuh semangat.
Malam itu menjadi malam sakral sepasang kekasih yang saling melepas rindu. Seluruh perasaan dan gairah keduanya mereka lepaskan dalam penyatuan tak terlupakan. Baik Gentar maupun Yaya tidak berhenti saling merindu bahkan jika matahari telah naik menggantikan sang bulan.
Tanpa lelah saling mencintai dan menyelami hasrat baru menyenangkan yang baru mereka temukan setelah tidaka ada lagi kebohongan.
Bagi Yaya, dia sangat bahagia dan merasa beruntung bisa bertemu dengan Gentar yang mencintai nya apa adanya. Meski dirinya tidak normal seperti manusia lain, Yaya tidak membutuhkan nya asal Gentar selalu berada di sisinya. Mencintainya.
Dan bagi Gentar, tidak peduli itu Yaya atau pun Syahya. Entah perempuan atau laki-laki, selama itu miliknya maka dengan senang hati Gentar menerima keduanya. Dengan egois Gentar akan menyatakan bahwa dia tidak butuh menjadi normal seperti pasangan lain karena selama dia mencintai Yaya dan Yaya mencintai nya, maka dunia cukup diam.
Di hidup ini, Gentar dan Yaya yang menjalani. Dan orang lain cukup lihat bagaimana bahagia nya mereka memiliki satu sama lain.
END
Sampai jumpa di update lainnya^^
Jangan lupa Vote yaaaaa~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro