Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Cellphone (Peter)

Angst gagal! :)

Peter memutar pensil ditangannya sambil mendengarkan penjelasan guru tentang perang yang baru saja terjadi, perang yabg menyebabkan setengah populasi menghilang dan terjebak di batu jiwa, perang yang menyebabkan Peter kehilangan anggota keluarganya, perang yang membuatnya kehilangan ayah serta bibi dan pamannya, perang yang membuat semua orang sadar jika Avengers juga mengenal kata kalah dan putus asa.

Infinity War.

Perang besar yang melibatkan 6 batu yang mengendalikan 6 unsur dialam semesta, batu yang sangat kuat, batu yang membuat seseorang dapat menghilangkan setengah populasi hanya dengan menjentikan jarinya, batu yang mengambil nyawa seseorang yang berharga bagi Peter.

Bagi dunia Avengers adalah pahlawan, mereka memujanya, menghargainya, menjunjung tinggi namanya, mereka adalah contoh sempurna dari kekuatan, keberanian, dan kekompakan. Namun bagi Peter, mereka lebih dari sekedar pahlawan, mereka lebih dari sekedar panutan, mereka lebih dari sekedar idola. Mereka adalah keluarga, mereka tak terikat darah namun mereka selalu ada saat ia sedang dalam masa sulit kehidupannya, selalu ada saat ia kesepian, selalu ada saat ia kehilangan. Mereka adalah keluarga, dan sekali lagi Peter gagal menyelamatkan keluarganya.

Masih jelas diingatannya saat Tony pergi meninggalkannya, masih jelas diingatannya saat Steve menjelaskan kenapa Natasha tidak diantara mereka, masih jelas diingatannya tangis Wanda yang merindukan kekasihnya, masih jelas baginya sakit yang ia rasakan saat kehilangan mereka.

Steve tak lagi muda, ia memutuskan untuk menghabiskan waktunya bersama Peggy setelah mengembalikan 6 batu infinity yang mereka pinjam, Clint melepas nama Hawkeye dan menggantinya dengan nama Ronin, dan Hulk kehilangan satu tangannya demi mengembalikan setengah populasi dunia.

Peter menghembuskan napasnya, ia sedang berusaha untuk tenang, berusaha untuk tidak menangis, berusaga untuk bertingkah normal selayaknya seseorang yang tak pernah tergabung dalam perang, seseorang yang tak pernah merasakan sakitnya kehilangan sosok ayah serta bibi dan pamannya, seseorang yang hanya menganggap Avengers sebagai idola, bukan keluarga.

Ned dan MJ sadar jika Infinity War adalah topik yang cukup sensitif bagi Peter, namun mereka tak bisa tak bisa melakukan apapun dan hanya bisa memberikan dukungan moral. Peter mulai tak kuat, seluruh tubuhnya gemetar saat melihat video footage perang Infinity, entah itu berasal dari rekaman milik War Machine, hulkbuster, Iron-Man, ataupun Spider-Man. Memang video tersebut tak memiliki suara dan di potong dibanyak tempat tapi mereka tau seperti apa perjuangan Avengers untuk menyelamatkan dunia.

Lalu video berlaih pada Avengers yang sedang rapat, membahas cara mereka untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala, memang hanya rekaman CCTV milik FRIDAY, namun mereka tau seperti apa rasa kehilangan yang Avengers rasakan, dan untuk pertama kalinya mereka melihat sisi lain dari pahlawan terkuat didunia.

Video kembali berganti, mereka dapat melihat jelas keputus asaan yang Avengers rasakan. Mereka jatuh, dan beberapa diantaranya enggan untuk bangkit, mereka menangis dan beberapa diantarnya memutuskan untuk melupakan. Namun, semua orang tau jika mereka adalah pahlawan terkuat didunia, dan semua orang yakin jika mereka akan bangkit.

Tubuh Peter mulai bergetar, tangisnya mulai terlihat jelas. Peter memegang kedua tangan sahabatnya, meminta dukungan moral lebih agar ia tak kembali jatuh dalam kesedihan. Ia berusaha mengabaikan bisik teman sekelasnya yang bisa ia dengar jelas, ia berusaha melupakan hinaan Flash tentang seberapa lemah dirinya, mengabaikan teriakan MJ yang berusaha untuk membungkam Flash.

Hingga ponselnya pun berbunyi, guru sejarah mereka menge-pause video tersebut dan memintanta untuk semua orang diam.

"Mr. Parker, tolong angkat telpon tersebut. Kau tau peraturannya." Peter hanya diam sehingga Ned-lah yang merogoh saku Peter dan mengangkat telpon tersebut.

"Peter, aku tau ini akan berat untukmu. Tapi kumohon datanglah ke compound hari ini, kita semua ingin mengadakan acara duka satu bulan kematian Tony dan Natasha," suara lembut Pepper dapat terdengar dari speaker ponselnya, Peter menghapus airmatanya lalu berkata, "akan aku usahakan Pep." Dan kemudian sambungan ia matikan begitu saja.

Kemudian video kembali dinyalakan, dan kali ini adalah footage dengan sebagian layar yang hitam, mungkin karena kameranya rusak sehingga footage tersebut tak terekam dengan sempurna, namun mereka bisa mendengar suara remaja yang menjelaskan semua serta Tony Stark yang menatapnya depan penuh kelegaan dan kemudian mereka berpelukan.

Banyak bisik yang Peter dengar, entah itu mengenai kedekatan Spider-Man dan Tony Stark, entah itu mengenai kenyataan jika Tony dan Avengers bukanlah pahlawan yang berhati dingin ataupun pertanyaan siapa sebenarnya Spider-Man.

Dan tak lama kemudian video kembali berganti, kali ini footage diambil dari seragam milik War Machine, ia menatap Tony Stark yang tak berdaya dan kemudian ada seorang remaja dengan kostum Spider-Man mendekatinya, memegang bahunya, berharap jika Tony bisa kembali bangun dan bergabung dengan mereka.

"Mr. Stark... hei... Mr. Stark... do you hear me? It's Peter.. hei.. we won.. Mr. Stark.. we won Mr. Stark.. you did it sir.. you did it... I'm sorry..."

Seisi kelas menatap momen haru tersebut sambil menahan tangis mereka, dan beberapa diantarnaya melihat kearah Peter Parker yang kini sedang menatap meja dengan pandangan yang tak bisa diartikan.

"Tony..."

Nama tersebut terngiyang dibenaknya, Peter mengangkat wajahnya dan melihat kelayar dimana menayangkan Tony dan Pepper Stark yang kemudian video berganti menjadi sudut pandang Pepper.

"Hei.."

"Hei Pep," ucap Tony pelan.

"FRIDAY?."

Peter berusaha menahan tangisnya saat ia melihat wajah Tony, sekali lagi luka itu terbuka, tangisnya jatuh, badannya bergetar, dan untuk kesekian kalinya ia mengutuk dirinya atas kematian mentor serta father figurenya.

"Tony... look at me... we gonna be okay... you can rest now..."

Peter menggeleng, ia tak baik-baik saja, Avengers tak baik-baik saja. Namun disisi lain, Peter tak mau membuat Tony khawatir. Apa semuanya akan baik-baik saja?.

Dan kemudian sebuah video dimana Pepper dan Morgan serta beberapa orang sedang berada disebuah ruangan, menonton hologram Tony Stark menjelaskan seperti apa dunia.

"I love you 3000," dan kemudian hologram tersebut mati.

Kemudian ponsel Peter kembali bergetar dan kali ini sang guru tak ingin memaksanya mengangkat telpon tersebut, tapi ia tetap mengangkatnya.

"Peter Parker."

"Direktor Nick Fury."

"Kau memang seseorang yang sulit dihubungi ya," sarkas Fury, Peter hanya mendengus mendengar kata-kata bos para Avengers tersebut.

"Jadi untuk apa orang penting sepertimu menghubungiku," balas Peter, dan kini Fury lah yang mendengus mendengar sarkasme Peter.

"Sejak kapan kau sarkas?."

"Aku belajar dari sumbernya. Dan ini speaker, peraturan."

"Hai peraturan, aku Nick Fury dan akulah yang membuatmu."

Peter menghela napas, ia tau hal ini tak akan berakhir cepat, "jadi ada apa Fury?."

"Kau, harus datang ke compound. Tak ada alasan karena kejahatan tak pernah menunggu pahlawan membenahi perasaan mereka."

"Aku, kau dan semua Avengers tau jika aku berhenti bukan?"

"Aku, Avengers dan dunia menolak pengunduran dirimu."

"Aku tak mungkin menjadi salah satu dari kalian lagi. Lagi pula aku cuma friendly neighborhood."

"Bitch please. you have been to Space."

Peter terkekeh pelan lalu menarik napasnya dalam-dalam. Ia yakin percakapan ini akan lama dan berat baginya.

"Aku tak bisa kembali."

"Stak memilihmu, dia menjadikanmu Avengers dan dunia membutuhkan itu."

"Aku gagal Fury aku gagal!"

"Kita semua pernah gagal Parker namun yang menentukannya apakah kau bisa bangkit atau tidak."
Peter terdiam, ia menatap video di depan kelasnya, menatap wajah Morgan yang kini harus kehilangan ayahnya demi dunia.

"Parker. Stark selalu menyesal atas pilihannya, tapi dia tak pernah menyesal karena memilihmu dan kuharap kau mengerti," sambungan telpon terputus. Peter memeluk tubuhnya yang bergetar, Ned segera mengambil ponselnya sebelum Peter menghancurkan ponsel itu dengan tangannya dan MJ memeluknya.

Guru tersebut hanya bisa diam, ia kembali menyetel menit terakhir di video tersebut dan menampakan seluruh Avengers yang berduka, mereka juga dapat melihat Peter dan May disana.

Sebuah pesan masuk kedalam ponsel Peter, pesan singkat yang dikirim Pepper. Peter melihat kearah gurunya yang hanya mengangguk, ia tau peraturannya dan ia harus mematuhinya.

Peter menarik napasnya dan membacakan pesan tersebut cukup keras, "Peteey, aku ada di compound, apa Petey akan datang? Mama bilang Petey akan datang! Aku merindukanmu dan aku yakin ayah merindukanmu juga karena Petey anaknya juga! Jangan bersedih Petey, Paman Fury memang galak aku akan mengomelinya nanti. Paman Thor bilang sekarang ayah sudah bahagia bersama Bibi Nat di salah satu bintang paling terang dilangit, mereka sedang melihat kita dan dia bilang ayah dan Bibi Nat akan sedih jika aku menangis dan mereka pasti akan sedih pula jika Petey menangis. Jadi kita harus bahagia ya, bersama.

-Morgan."

Tangis Peter tak terbendung lagi, segera ia menelpon Pepper yang kemudian diangkat oleh Morgan.

"Hai M," sapa Peter, ia tak berusaha menahan tangisnya, tak pula berusaha untuk menyembunyikan wajahnya, ia membiarkan semuanya karena kini ia hanya ingin mendengar suara adiknya.

"Petey? Petey kenapa? Apa Paman Fury berkata buruk, aku akan mengomelinya nanti!," ujar Morgan dengan nada khawatir, Peter hanya tertawa dan menghapus air matanya.

"Dia tak berkata jahat, aku hanya mau memberitahumu jika aku akan ke compound hari ini, tolong minta Happy menjemputku karena aku tak yakin dia menyimpan nomorku atau tidak, dan bilang pada Paman Nick jika aku akan kembali, Avengers tak akan bisa berjalan tanpa ada otak bukan?," ujar Peter sambil terkekeh diakhir dan Morgan hanya ikut tertawa bersamanya.

"I larb you Petey, 3000."

"Larb you too, M!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro