Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Alone (Peter)

Peter berayun dari satu gedung ke gedung lain sambil menahan sakit di perut serta kaki dan bahunya.

"Peter, terdapat luka tembak pada bahu dan kaki serta luka tusuk pada perutmu. Haruskah aku menghubungi Mr. Stark?."

Suara robotik Karen terdengar lebih keras dari pada yang biasanya tapi Peter mengabaikan semuanya.

"Tidak, tidak usah. Aku bisa melakukannya sendiri," tolak Peter halus dan Karen sama sekali tak membantah. Karen memang hanyalah sebuah AI, dibuat untuk menuruti perintah namun kini Karen tau jika pilihan Peter bukanlah yang terbaik, walau begitu ia tetap diam karena ia percaya.

Peter sampai dikamarnya, diambilnya kotak P3K yang ada dilaci meja belajarnya dan segera ia pergi ke luar kamar melalui jendela dan duduk bersandari diatap apartemen, ia tak mau jika suaranya menganggu May yang ia perkirakan sudah tidur sedari tadi.

Dengan perlahan ia membuka kembali luka yang sudah mulai tertutup, ditahannya sakit yang ia rasakan, dia menahan semuanya sendiri.

Dua peluru sudah berhasil ia keluarkan, Peter menyandarkan tubuhnya dan menatap lagit malam. Hanya butuh beberapa menit untuknya beristirahat setelah oprasi dadakan yang ia lakukan tanpa ada anestesi. Tangannya kembali bekerja, mengambil perban dan menutupi luka yang ada di tubuhnya.

Dia Peter Parker, seseorang yang selalu menahan semua lukanya sendirian.

...

Peter bangun dari tidurnya, suara alarm terdengar nyaring. Peter menggeram dan mematikan jam alarm-nya sedikit kasar dan dengan segera ia berdiri dari tidurnya untuk memulai harinya.

"Aunt May?," seru Peter sambil keluar dari kamarnya sambil membawa tas, ia heran kenapa May tak ada meneriakinya untuk pagi ini. Sesampainya didapur ia melihat note yang tertempel dikulkas.

Peter, aku tidak pulang malam ini. Maaf. Ada banyak hal yang harus ku urus di rumah sakit. Jangan lupa makan, sayang. Larb you.

Peter menghela napas, pantas saja suasana rumah sangat sepi dari semalam. Peter melihat jam yang berada didekatnya dan segera menyambar buah diatas meja, lupakan soal makan karena dia hampir terlambat.

Peter berlari menyusuri jalan. Dengan kaki yang belum sembuh serta waktu yang mengejar, ini semua menjadi terasa jauh lebih sakit dari yang seharusnya untunglah ia tak terlambat masuk kedalam bus.

"Setidaknya terbayar," gumam Peter.

Peter memasang kedua earphone-nya, menyalakan musik dan membuka berita dari ponsel pintarnya, dia Spider-Man dan sudah seharusnya dia update berita terkini.

Dan satu berita yang sangat ia tak harapkan lewat di timeline-nya saat hari masih sepagi ini. Ini terlalu pagi untuknya melahap mentah-mentah berita bohong tentang Spider-Man.

Terkadang Peter berpikir, kenapa masih ada orang yang berpikiran buruk tentangnya setelah ia membantu kota ini hampir 2 tahun lamanya? Kenapa mereka masih tidak percaya padanya setelah ia mengapdikan diri pada kota ini selama kurang lebih 2 tahun terakhir?.

Peter mematikan ponselnya, berusaha mengabaikan semua berita tentang Spider-Man yang baru saja ia lihat.

"Bukan hal baru," gumam Peter pelan.

Dia Peter Parker, seseorang yang selalu mengabaikan perasaannya.

...

Peter melangkahkan kakinya dikoridor sekolah, membuka lokernya dan mengambil buku yang ia butuhkan untuk 2 kelas yang akan ia hadiri sebelum istirahat tiba.

"Penis Parker. Dimana temanmu itu? Apa mereka sadar jika kau hanyalah parasit tak berguna?," suara Flash terdengar dari jarak yang cukup jauh dari-nya. Peter hanya mengabaikan semua tatapan mata serta bisik-bisik tentangnya, mengabaikan sakit dari satu pukulan telak diperutnya.

"Dasar tidak berguna. Kau harus tau posisimu, seharusnya kau membunuh dirimu sendiri karena orang sepertimu tak pernah layak untuk hidup. Seharusnya kau mati saja dan menyusul semua keluargamu itu, aku kasihan pada tantemu itu karena harus menjadi pelacur untuk menyekolahkan anak tak berguna sepertimu."

Peter menggeram, ia selalu ingin melawan tapi dia sadar jika satu pukulan darinya bisa saja membuat Flash kehilangan nyawa.

"Dia suster, bukan pelacur," geram Peter. Flash menatapnya jijik, "jaga sikapmu Parker. Rendahan sepertimu tak pantas bicara seperti itu padaku."

Peter berdiri dan menutup lokernya, ia mengabaikan tatapan orang-orang padanya, tawa kecil mereka bisa ia dengar dengan jelas, bisik mereka tentang dirinya juga terdengar, namun ia mengabaikan semuanya karena menurutnya-

"Dasar pembunuh, makluk tak berguna sepertimu seharusnya mati!."

-dia pantas mendapatkannya.

Dia Peter Parker, seseorang yang selalu menyembunyikan sakitnya.

...

Peter melangkahkan kakinya menuju luar sekolah, waktu sudah menunjukan pukul 4 dan hampir semua siswa sudah meninggalkan wilayah sekolah saat ini.

Peter melihat kalender, hari ini ia tak ada kepentingan sehingga harus pergi ke tower, juga tak memiliki cukup uang untuk memberi roti di Delmar yang artinya hari ini tidak ada pergi ke tower ataupun Delmar.

Peter memutuskan untuk segera pulang, mengabaikan sakit yang semakin parah karena harus meladeni Flash yang berhasil menangkapnya saat ia hendak menjauh dari area sekolah.

Peter menarik penutup kepalanya hingga orang yang melintas sulit untuk melihat wajahnya, lagipula siapa yang ingin ditanya oleh polisi yang sedang berada dijalan hanya karena memar di wajah akibat kenakalan remaja.

Peter berhenti melangkah, ia melihat ke sebrang jalan tempat ia berada kini. Dilihatnya sisa uang yang ia miliki sebelum akhirnya kembali melangkahkan kakinya.

"Kurasa beberapa tangkai bunga tak masalah."

Peter pergi menuju toko bunga terdekat, membeli bunga lily putih dan mawar merah tua lalu pergi ke pemakaman yang tadi ia lihat.

Peter melewati banyak makam, untuk sesaat ia kembali berduka atas kepergian anggota keluarganya serta dua sahabatnya dan ayah dari sahabatnya.

Terkadang ia membenarkan kata-kata Flash yang mengatakan jika ia pembawa kematian, anak tak berguna dan seseorang yang layak mati. Disisi lain ia tak ingin pergi karena ia berpikir bagaimana jadinya jika ia pergi menyusul kedua orangtuanya, Ben, Harry, Gwen dan Kapten Stacy? Jika ia pergi bagaimana dengan May, Ned, dan MJ?.

Peter meletakan dua tangkai bunga di makam kedua orangtuanya dan dua untuk Ben.

"Hai mom, dad, Uncle Ben. Maaf jika aku baru bisa berkunjung," untuk sesaat Peter diam dan untuk sesaat pula ia merasa tak ada salahnya menjadi lemah.

Peter duduk di depan tiga makam itu, ia menghela napas sebentar dan mulai bercerita," kalian tau, hari ini terada sedikit berat bagiku terlebih hari ini peringatan 2 tahun kematian Uncle Ben. Banyak yang terjadi setelah kepergianmu Uncle Ben, sudah hampir 2 tahun aku menjadi pahlawan kota ini, sudah hampir 2 tahun aku dan May tinggal di apartemen tanpamu-"

Peter menundukan kepalanya, membiarkan semua ingatannya tentang Ben memenuhi benaknya.

"Mom, dad. Sudah 10 tahun kalian pergi, maaf jika aku jarang mengunjungi kalian. Mom, dad, Uncle Ben terkadang aku bertanya apa pilihanku benar? Apa kematian Harry, Gwen, dan Kapten Stacy adalah salahku? Apa aku benar-benar ancaman bagi kota ini? Apa aku layak untuk hidup? Atau kematian kalian, apa benar kematian kalian adalah salahku? Aneh bukan? Aku bahkan belum bisa menandatangani dokumen tanpa ada tandatangan wali, aku bahkan belum dapat izin mengemudi, tapi aku sudah disalahkan mengenai banyak hal."

Peter memeluk kakinya erat, berusaha mengabaikan laparnya, dinginnya angin serta air mata yang sudah tak sanggup lagi ia tahan.

"Aku merindukan kalian."

Dia Peter Parker, seseorang yang selalu menyembunyikan tangisnya.

Peter berdiri dari tempatnya, dan kini pergi kemakam selanjutnya.

"Hai, Gwen. Hai, Kapten Stacy."

Peter meletakan beberapa tangkai bunga terakhir yang ia punya, dan duduk di depan makam mereka.

"Gwen kutitip bunga untuk Harry padamu, tolong berikan padanya disana dan sampaikan maafku padanya karena tak sempat pergi ke tempatnya. Gwen, Harry, Kapten Stacy... aku...minta maaf, semua orang berkata jika kepergian kalian adalah salahku dan jika itu benar aku minta maaf. Maafkan aku Harry karena tak jujur padamu, maafkan aku Gwen karena tak bisa menangkapmu, maafkan aku kapten karena tak bisa melindungimu. Tapi kini aku berusaha sekuat tenanga, untuk melindungi kota ini karena pamanku selalu berkata padaku, 'with great power comes great responsibilities'. Aku berusaha untuk membuat kedua orang tuaku, paman dan bibiku bangga padaku dan kuharap kalian juga merasa begitu. Aku... aku harap kalian disini....bersamaku."

Peter menghapus air matanya, ia melihat kearah layar ponsel dan waktu sudah menunjukan pukul 6 sore.

"Maaf aku tak bisa berlama-lama, selamat tinggal."

Dia Peter Parker, seseorang yang selalu menyalahkan dirinya sendiri.

Peter pergi menuju apartemennya, butuh perjalanan sekitar setengah jam untuknya sampai disana dengan berjalan kaki. Sesampainya dirumah Peter segera mengambil makan di dapur dan mendatangi May yang sedang tidur disofa ruang tamu.

Peter melihat wajah lelah May, segera Peter mengambil selimut miliknya dan menyelimuti May.

Peter membuka ponselnya, mengabaikan semua pesan yang Flash dan teman-temannya kirimkan dan membuka grup yang berisikan ia, Ned serta MJ.

Peter : Bagaimana hari kalian?

Ned : Baik kecuali aku yang harus meminum obat, makan bubur dan tidur di kasur seharian tanpa ada ponsel, untunglah ada TV. Aku heran bagaimana Capten America bisa tidur 70 tahun tanpa ponsel dan TV.

MJ : Dia membeku bodoh.

Peter terkekeh pelan, ia melihat jam yang sudah menunjukan pukul 7 malam.

"Pergi dulu May, ada kota yang harus ku pastikan cukup aman untuk kau tinggali," gumam Peter lalu pergi kekamarnya, mengganti bajunya dengan kostum Spider-Man kebanggannya dan memulai aktifitas malamnya.

Dia Peter Parker, seseorang yang selalu memastikan orang yang ia sayangi aman.

Peter melihat pemandangan kota dari atas gedung tinggi di NYC. Peter tersenyum sambil melihat permen yang ada ditangannya. Permen yang diberikan seorang anak kecil setelah ia membantunya mengabil balonnya yang tersangkut dipohon.

"Kau Spider-Man!"

Peter terkekeh saat mengingat teriakan kagum anak kecil itu saat melihatnya.

"Kau adalah superhero kesukaanku!"

Dia Peter Parker adalah Spider-Man, pahlawan kesayangan warga Queens.

END.










Bonus.

Peter berayun menuju gedung Avengers yang baru, ia penasaran kenapa mentornya aka Tony Stark memanggilnya untuk datang ditengah malam seperti ini.

"Hai, Mr. Sta- AAAAAAAAA."

"Oh, Hai, Spidy. Ini Guardian of Galaxy dan team Capten America. Guardian, team Cap dia Spider-Man."

Peter menatap satu persatu semua orang yang kini sedang menatapnya. Peter mengangguk lalu memperkenalkan dirinya, "Hai, aku Spider-Man."

Dan satu persatu dari mereka mulai memperkenalkan diri mengingat tak ada satupun dari mereka yang saling mengenal kecuali Avengers itu sendiri tentu saja dan bersalaman satu sama lain.

Hingga Mantis yang sedang bersalaman dengan Peter mulai menangis.

"Spide...Aaa...kau kenapa?!...."

Peter panik, ia berusaha untuk membuat Mantis berhenti menangis sedangkan Quill menjelaskan bahwa Mantis dapat merasakan perasaan orang lain hanya dengan menyentuhnya.

"Sakit... putus asa.. penyesalan.. bingung.. takut.. kecewa.. kehilangan," ucap Mantis disela tangisnya, Peter hanya tersenyum maklum setelah mendengar penjelasan singkat dari Quill.

"Aku tidak apa-apa," ucap Peter sambil menghapus air mata Mantis.

"Tidak! Kau tidak baik-baik saja!," bantah Wanda yang kini mulai menangis juga. Ia terduduk sambil menahan isak tangisnya.

Drax menarik Mantis kepelukannya dan menenagkan salah satu anggota keluarganya sedangkan Peter pergi kearah Wanda dan duduk didepannya.

"Aku tak apa, tolong.. berhenti menangis, aku tak pantas untuk itu."

Wanda menggeleng, dan mulai bergumam tentang sesakit apa perasaannya saat mencoba untuk melihat masa lalu milik Peter.

"Kau... bagaimana bisa? Bagaimana bisa kau sekuat ini?"

"Aku harus. Karena aku punya keluarga dan teman yang harus kulindungi."

Avengers hanya melihat semua itu dengan tatapan kasihan. Mereka semua pernah merasakan kehilangan, mereka semua pernah merasakan keputus asaan, mereka semua juga pernah merasakan ketakutan. Tapi mereka tak pernah menyangka anak yang mereka perkirakan masih berusia 20 tahun harus merasakannya juga.

Maaf kalo gak dapet feel nya :"> jarang bisa buat angst yang berhasil









Bonus.

Peter tak bisa meninggalkan tempat itu begitu saja karena harus mengantar kepergian Guardian pukul 3 pagi, ia memutuskan untuk menghubungi bibinya dan mengatakan jika dirinya akan menginap dirumah Ned. Dengan segala cara Peter membuat Ned setuju untuk menutupi kebohongannya.

Dan paginya tepat saat seluruh anggota Avengers sedang menyantap sarapan mereka dengan Peter yang masih menggunakan masker hingga setengah wajah saja.

"Kau mengintip ingatanku?," tanya Peter pada Wanda saat mereka sedang berada dipuncak ketegangan mengingat ini pertama kalinya mereka sarapan bersama setelah perpecahan. Wanda melihat kearah Peter lalu mengangguk, "Perintah Kapten."

"Ho...."

"Karena aku tau kau ataupun Stark tak akan bicara. Setidaknya aku dan seluruh teamku sekarang yakin jika semua ini bukanlah jebakan."

"Dan setidaknya sekarang aku tau kenapa garbarata tak cukup kuat untuk menahanmu jika kau saja selamat dari gedung yang rubuh diatasmu," tambah Wanda.

Tony menyemburkan kopinya dan siap untuk masuk ke mode 'ayah yang protektif ' miliknya.

"GEDUNG?!"

"Mr. Stark.. aku bisa jelaskan!"

"Oh.. dan apa kita harus mengabaikan jika pahlawan kesayangan Queens ini bernama Peter Parker yang baru berusia 15 tahun, masih sekolah dan selalu menjadi target pembullyan disana karena tak mau membalas perbuatan 'Engine Thompson' dengan alasan takut membunuhnya hanya dengan satu pukulan. Oh, aku lupa bilang tentang JJ Jameson yang selalu menyebarkan berita bohong dan mengatakan kalu 'Spider-Man' adalah ancaman."

dan kali ini Steve dan Rhodey-lah yang menyemburkan minumannya.

"15 TAHUN! STARK!"

"KAU DIBULLY!"

Pepper yang juga ada disana dengan segera menyambar ponselnya dan langsung memaki siapapun yang sedang ia hubungi.

Dan hari Peter dilalui dengan dia yang mendapat pencerahan dari Tony dan Rhodey serta Steve yang menjelaskan tak masalah jika kau memukul seseorang dengan alasan pembelaan diri, Pepper yang sibuk dengan telponnya, Natasha, Clint dan Bucky yang memutuskan untuk melatihnya, dan ya... harinya menyenangkan.
.
.
.
"Kau tak lagi sendirian Peter, kau memiliki kami sebagai keluargamu," gumam Wanda sambil menikmati wajah masam Peter karena harus mendengarkan ceramah panjang Tony, Rhodey dan Steve.

"Kau sengaja?," tanya Vision padanya sambil menyerahkan segelas teh hangat, Wanda menatap kekasinya itu sambil tersenyum penuh arti.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro