Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

( WaF - 10. Terkena Migrain Selama Seminggu Lebih )

Terkena migrain selama seminggu lebih itu sangat menyiksa. Rey merasakannya. Bahkan di saat melakukan makan malam, ia harus mengerjapkan mata beberapa kali. Kantuk menyerangnya akibat efek dari obat pereda nyeri. Rey terpaksa mengkonsumsi bahan kimia tersebut agar sakit kepalanya hilang.

Penyebab Rey selalu terkena migrain antara lain: pekerjaan, paksaan menikah, dan ide gila yang masih terngiang di dalam kepalanya. Jika hal-hal itu terus menari di sana, Rey yakin, ia akan mengalami gangguan jiwa sebentar lagi. Oleh karena itu, Rey memutuskan untuk membeli apartemen. Ia ingin kembali merasakan hidup mandiri seperti saat di luar negeri.

Sebenarnya, dulu Rey sudah pernah membeli rumah. Namun, setelah insiden yang menjungkirbalikkan hidupnya terjadi, ia menjual hasil tabungannya itu.

"Yakin, Rey?" tanya Ardi selepas Rey memberitahukan keinginannya.

Rey mengangguk mantap. "Iya, Pi. Aku udah dapat apartemennya. Segedung sama punya Jaya karena dia yang kasih info. Aku juga udah bayar separuh. Setelah gaji pertama aku di B&J keluar, nanti aku lunasin."

"Jaya teman SMA kamu?"

"Iya."

Dengusan Tami terdengar, membuat kedua pria di ruangan itu, dan juga Bia memberi perhatian padanya. "Kenapa sih harus pindah-pindah segala? Nggak suka tinggal sama kami lagi?"

"Bukan gitu, Mi," jawab Rey, sopan. "Aku nggak mau nyusahin Papi sama Mami lagi."

Wajah Tami semakin cemberut. "Kami nggak merasa disusahin kok! Iya, kan, Pi?"

Ardi berdeham. "Iya, tapi Rey udah dewasa, Mi. Dia berhak punya keputusan. Apa pun penyebabnya, Papi yakin, Rey punya alasan dan itu pasti demi kebaikan," sahutnya penuh kebijakan.

Tekukan muka Tami semakin menjadi. Dirinya tahu sedang kalah sekarang. Ia juga akui apa yang dikatakan Ardi memang benar. Akan tetapi, ia masih menginginkan Rey di sini. Sudah lima tahun anaknya itu jauh.

"Lagian aku masih di Indonesia, Mi, bukan ke luar negeri kayak dulu. Kita bisa ketemu kapan aja."

Sedari tadi diam, Bia menyentuh tangan Rey. "Kapan-kapan aku boleh tidur di sana juga, Mas?"

"Boleh dong," jawab Rey dengan senyum hangat.

Bia ikut tersenyum lalu terkekeh pelan. "Aku setuju aja kalau gitu."

"Ya, udah. Oke." Akhirnya batu di dalam diri Tami hancur. Ia mengizinkan. Wanita itu melanjutkan makan. Namun, beberapa detik kemudian, menatap Rey lagi. "Tapi, kamu udah dapat kandidat?"

Rey bingung. "Kandidat apa?"

"Perempuan. Pasangan kamu."

Sakelar penderitaannya dihidupkan. Rey mencoba sabar. "Belum .... Aku sibuk kerja."

"Kebetulan banget, ada temen Mami yang lagi nyari suami untuk anaknya!" seru Tami gembira. Seakan lupa bahwa beberapa menit lalu sedang marah.

Sontak saja suara batuk Rey memenuhi ruangan. Ia tersedak nasi. Dengan berbaik hati, Bia yang duduk di sebelahnya segera mengulurkan air. "Makannya pelan-pelan, Mas."

Rey mengambil air yang diberikan oleh Bia. Lalu, meneguknya sampai tandas. Ia tersedak karena terkejut.

"Namanya Siska. Cantik, lho, Rey. Dia juga punya restoran besar─waktu itu Mami sempat makan di sana. Umurnya udah tiga puluh tahun. Ya, nggak jauhlah selisihnya dengan kamu." Tami mengatakannya sembari menggeser ponsel ke arah Rey. Di layar benda persegi panjang nan tipis itu, terpampang foto seorang wanita dewasa.

Rey hanya bisa diam di tempat. Pandangannya datar saat pada foto wanita tersebut. Bukannya jual mahal, tetapi Rey memang tak tertarik dengan perempuan yang lebih tua. Rey mengaku bahwa Siska memang cantik. Namun, tetap saja bukan tipenya.

"Gimana?" tanya Tami begitu antusias.

"Apanya?" tanya Rey balik, pura-pura bodoh, lebih tepatnya.

"Kamu tertarik, nggak, sama Siska? Kalau mau, nanti Mami beri kontaknya."

Rey tersenyum simpul kemudian menggeleng pelan.

Lagi, Tami bertanya, mencoba mendesak, "Yakin nggak mau kenalan dulu gitu?"

"Nggak," jawab Rey sebelum menuangkan air ke dalam gelasnya.

"Kenapa? Nggak cantik, ya?"

"Berarti Rey nggak tertarik, Mi." Ardi yang menjawab.

"Menurut Mami, Siska cantik." Tami mendekatkan layar ponsel itu ke depan wajah suaminya. "Nggak kalah cantik dari Tika. Masa nggak tertarik sih?"

Rey tersedak lagi saat Tami menyebut nama Atika. Mendengar itu, setiap orang yang ada di ruangan, tak ada yang bersuara.

Tami yang tadi tampak antusias pun tahu, ia sudah melakukan kesalahan. Yang bisa dilakukannya sekarang hanya menatap Rey. Rasa menyesal menghinggapinya.

"Aku udah selesai. Mau istirahat dulu."

Lalu, Rey pun beranjak dari ruang makan, pergi menuju kamarnya. Rautnya datar. Aura dingin pun menguar. Akan tetapi, ia tak marah. Hanya sedih.

Sesampainya di kamar, Rey langsung merebahkan tubuh. Matanya dipejamkan demi merasakan ketenangan. Hidungnya pun menarik dan mengembuskan napas perlahan.

Malam itu, banyak yang Rey pikirkan, tetapi ia juga sadar, Bey benar, ia seorang pengecut.

( ⚘ )

Dugaan Rey sebelum tidur tadi malam terjadi; Tami masih mencoba membuatnya tertarik pada Siska. Indra pendengarannya sampai bosan mendengar nama itu. Padahal ia baru mengetahuinya tadi malam.

"Siska itu baik banget. Hatinya mulia, Rey. Setiap bulan, dia selalu nyumbang ke panti asuhan. Terus Mami dengar, pas Ramadan tahun lalu, dia selalu bagiin makanan untuk anak-anak jalanan yang puasa. Semua itu langsung dari restorannya. Bahkan, kalau lagi nggak sibuk, dia buka puasa bareng mereka." Mulut Tami terbuka sangat lebar. Matanya tampak berbinar. "Sama anak jalanan aja baik. Apalagi sama anak sendiri, kan."

Mendengar dua kalimat terakhir Tami, bibir Rey tersenyum miring. Ia tahu itu hanyalah kata-kata manis, demi membanggakan Siska. Namun, sangat disayangkan, Rey tak terpukau sama sekali.

"Jadi, gimana?" tanya Tami, penuh harap.

"Dia baik," jawab Rey sembari memasukkan barang terakhir ke dalam tasnya. Dari tadi, ia sedang siap-siap bekerja.

Tawa sarat kegembiraan Tami terdengar. "Mau kontaknya?"

"Nggak."

Dari sudut matanya, Rey menangkap sosok Tami yang bahunya merosot. Selanjutnya, terdengar geraman. "Masa nggak tertarik sama sekali sih, Rey? Aduh, heran Mami."

Kini, Rey yang tertawa. "Nggak, Mi."

Napas Tami terhela dengan kasar. Ia menarik lengan Rey. "Kalau kayak gini terus, kamu nikahnya kapan? Mami dosa apa sih?"

"Mi, aku pasti nikah tapi nggak sekarang." Rey melepaskan tangan sang Ibu dari lengannya. Ia melakukan itu dengan pelan. "Lagian apa yang Mami harapin dari pernikahan aku? Mau cucu? Joan, kan, ada."

"Kamu nggak ngerti perasaan Mami, Rey. Mami kayak gini karena Mami sayang sama kamu. Mami nggak mau kamu jadi bujang lapuk."

"Di Italia─"

"Orang yang seumuran kamu, belum mikirin nikah sama sekali? Bahkan Mami sampai hafal." Tami memotong. Warna mukanya berubah menjadi merah padam. "Ini Indonesia, bukan Italia. Kamu orang Indonesia, bukan Italia. Budayanya beda. Kalau kamu nggak nikah-nikah, nanti apa kata orang?"

Rey mengernyit. "Nggak usah mikirin kata orang, Mi."

Tami tampak begitu bengis. "Oke ..., kamu nggak tertarik sama semua perempuan yang Mami kenalin, kan? Kalau gitu, Mami beri waktu empat hari, bawa perempuan yang narik perhatian kamu. Lewat dari batas itu, Mami bakal jodohin kamu sama Siska. Nggak boleh ada kata penolakan."

"Mi ...," lirih Rey. Ia benar-benar tak habis pikir, tetapi Tami tak peduli. Ibunya malah berlenggang mengeluari kamarnya.

Rey menggaruk tengkuknya yang sedikit gatal. Banyak garis-garis kerutan di wajah pria itu. Semuanya lahir karena rasa bingung, cemas, dan marah yang bercampur menjadi satu. Rey bingung apa yang Tami inginkan jika dirinya menikah. Ia cemas tak bisa menyelesaikan tantangan tadi, serta marah dengan situasi ini.

Empat hari bukanlah waktu yang lama. Siska pun bukan tipe Rey. Ia menyisir pandang ke seluruh sisi kamarnya. Sorotannya kemudian berhenti pada satu pigura. Di sana ada foto yang menampakkan Rey, Bey, dan Bia. Saat melihat benda itu, otak Rey berjalan lancar. Ia mengeluarkan ponsel dan menimbang. Sangsi untuk melakukan apa yang ia pikirkan. Namun, Rey tak ada pilihan. Rey berdoa di dalam hati, agar semua niatnya membuahkan hasil, seperti yang ia inginkan.

( WAF - 10. Terkena Migrain Selama Seminggu Lebih )

Susah ngerjain chapter ini karena M nggak fokus-fokus amat dan banyak yang dipangkas. Asdfghjkl.

The simple but weird,
MaaLjs.

1 September 2019 | 23:55

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro