Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 09

Sudah lima menit Leana tidak ikut serta dalam obrolan di meja yang sedang ditempatinya bersama empat orang lainnya. Leana sibuk sekali menjelajah Instagram, sampai melihat Kallan baru saja mengunggah Instastory. Enam detik Leana buang-buang untuk melihat unggahan Kallan. Namun detik selanjutnya, langsung Leana putuskan untuk membalas story tersebut.

Lima sampai sepuluh menit selanjutnya, Kallan sudah membacanya, namun tak kunjung ada balasan dari laki-laki itu. Hei, kenapa Kallan jadi seakan memblokir Leana di dalam hidupnya? Hanya karena ia sudah dekat dengan Thania?!

Sayangnya sekarang Leana sedang berada di tengah banyak orang. Sekuat-kuatnya ia menahan untuk tidak menggerutu barang sepatah kata pun. Leana memutuskan untuk mengurungkan pesannya meski sudah dibaca oleh Kallan. Gadis itu meletakkan kembali ponselnya di atas meja dengan posisi telungkup. Ia bergabung dengan obrolan yang sejak tadi berlangsung dengan begitu asyik.

"Kenapa, Lea? Dicariin karena udah malam?" tanya Arras di tengah tawa yang menggelegar di mejanya. Leana menggeleng sambil menyungging senyum tipis. "Lo nggak apa-apa nih pulang malam?"

Dengan ragu-ragu, Leana mengangguk. "Boleh ... sih. Tapi, paling jam sepuluh harus udah sampai rumah," balasnya.

Seketika tawa yang memenuhi meja terhenti. Perhatian semua orang tertuju pada Leana dan jam masing-masing di ponselnya. Sudah pukul sembilan.

Menyadari apa yang dilihat teman-temannya, Arras segera merogoh saku celananya, lalu beranjak dari kursi yang ditempatinya. "Ya udah, gue antar pulang sekarang, deh. Takut kebablasan kalau ditunda-tunda," katanya seraya meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja.

"Nggak apa-apa?" tanya Leana, merasa tidak enak hati karena harus pulang duluan dan Arras jadi harus mengantarnya di tengah-tengah asyiknya percakapan dengan Pita, Galang, dan Desy. Arras hanya mengangguk, lalu memimpin langkah Leana meninggalkan kedai kopi tersebut.

Keduanya tak bicara apapun sampai tiba di motor Arras yang terparkir. Keduanya sama-sama mengenakan helm bogo dengan warna yang sama. Namun kabar buruknya adalah mulut Leana tiba-tiba saja berujar, "Ini helm couple sama pacar lo, Bang?"

Melihat Arras menoleh dan terbengong membuat Leana merasa benar-benar bersalah setelahnya. Lama Arras diam memandangi Leana hingga pada akhirnya tertawa. "Bukan," balasnya masih diiringi kekehan. "Gue mana punya pacar."

"Oh," gumam Leana. Dua kali merasa bersalah. Gadis itu kini diam memandangi Arras yang bersiap menyalakan mesin vespanya. "Sori, hehe. Gue mana tau lo nggak punya pacar," katanya lirih seraya naik ke jok belakang motor Arras.

Tidak ada respons apapun dari Arras selain senyum yang mengembang. Laki-laki itu kemudian melaju dengan kecepatan rendah meninggalkan kedai kopi tempatnya nongkrong.

Ini adalah kesmepatan emas kesekian kalinya yang Leana tidak mengerti kenapa datang bertubi-tubi. Diantar pulang oleh Arrasya Guntara untuk yang kedua kalinya. Ajaib. Rabu depan, Kallan harus mendengar ini!

Eh?

Leana melamun lagi menanggapi pikirannya barusan. Memangnya Kallan masih harus mendengarkan cerita Leana? Terlebih dari itu, memangnya keduanya masih saling membutuhkan? Toh Kallan dan Thania sudah melangkah maju dengan begitu mulus. Begitu pula dengan dirinya dan Arras.

Leana bertanya-tanya sekarang. Sebenarnya, apa gunanya ada perjanjian di antara Kallan dan Leana?

"Lea." Suara nan lembut itu menginterupsi lamunan panjang Leana. Gadis yang duduk di belakang bergumam, lalu balik memandang Arras melalui spion kiri. "Makasih ya udah mau bantuin gue sama Mbak Desy."

Leana mengangguk. "Makasih juga loh, Bang, udah mempercayakan gue buat gabung," katanya. Arras hanya merespons dengan anggukan, lalu keduanya diam. Sang pengendara mulai sibuk menaruh perhatiannya pada aspal di depan matanya, sementara Leana sibuk menyaksikan tiap inchi gedung-gedung yang dilaluinya sepanjang perjalanan.

Dalam benak Leana terpikir, mungkin kalau Kallan tidak pernah menikung Arras sebelas bulan yang lalu, hari ini Leana sudah bisa memeluk laki-laki di depannya ini dengan bebas—eh, itu terdengar normal, kan, semestinya?

Lekas-lekas Leana menggelengkan kepalanya, mengusir pikiran tersebut. Selanjutnya, percakapan-percakapan ringan yang Arras bawakan menjadi kesibukannya. Tentang kuliah, tentang teman-teman seangkatan Leana maupun Arras, dan tentang apapun yang tidak membuat keduanya berpikir keras untuk saling balas-membalas.

Akan tetapi, semua percakapan itu berakhir begitu vespa Arras berhenti tepat di depan pagar rumah Leana. Leana turun dari motor, kemudian melepaskan helmnya. "Makasih ya, Bang," tutur Leana sambil menyodorkan helm berwarna senada dengan yang Arras kenakan.

Laki-laki itu mengangguk seraya menerima helm yang Leana berikan. "Sampai ketemu lagi," tutur Arras. Leana tersenyum, lalu tanpa berbelit-belit lagi, ia balik baadan dan melangkah masuk ke rumah.

Begitu sudah melihat Leana masuk dan menutup pintu rumah, Arras lantas menancap gas lagi, kembali ke kedai kopi. Teman-temannya masih di sana. Sementara Leana langsung beranjak dari jendela depan begitu tidak terdengar lagi deru motor Arras.

"Siapa tuh, Ya?" tanya ibunya ketika Leana baru saja menginjakkan kakinya di anak tangga teratas. "Kayak bukan motornya Kallan. Pacar baru?"

Amin.

"Emang bukan Kallan," terang Leana. "Yaya udah putus sama Kallan, tapi bukan pacar baru juga. Itu Abang tingkat Yaya di kampus."

Ibunya mengangguk-angguk sambil menampilkan senyum menggoda di wajahnya. Leana tahu ke mana arah pikiran ibunya kalau sudah menunjukkan senyum tersebut.

Dan Leana memutuskan untuk berujar lagi, "Nggak, Bun. Yaya nggak deket sama dia."

Tanpa menantikan respons apapun lagi, Leana langsung masuk ke kamar dan menutup pintunya. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya ke kasur selepas menyampirkan totebag-nya di kursi belajar. Diambilnya ponsel yang sejak tadi ia sakukan di roknya.

Ada satu notifikasi dari Kallan. Antara penting dan tidak penting, sebenarnya. Namun, sebelum telanjur dicap sombong sebagaimana Leana mengecap Kallan lupa pada dirinya, Leana memutuskan untuk membaca dan memberikan balasan.

Kallan : Ya, masa tadi ada DM dari lo. Pas pengin gue balas, DM-nya nggak ada. Gue halu apa gimana ya, Ya?

Sebelum merangkai kata untuk balasan, Leana berulang kali membaca pesan itu dari awal sampai akhir. Memangnya tidak ada yang lebih penting, ya, daripada laporan seperti ini? Selanjutnya, ketika Leana baru saja ingin mengetikkan pesan balasan, ada satu pesan dari Arras masuk. Lebih menyita perhatiannya.

Arras : Lea, kata Pita lipstick lo ketinggalan di studio.

Arras : Eh salah. Kata Pita namanya liptint.

Arras : Besok gue bawain. Kalau ketemu, ingetin gue, ya.

Leana bergeming. Otaknya sibuk kilas balik ke beberapa jam yang lalu saat Pita sedang meriasnya di studio. Leana memang menggunakan liptint miliknya sendiri tadi, lalu ia meletakkannya di kotak make up milik Pita.

Sekarang Leana bertanya-tanya sendiri, kenapa juga Leana mengembalikannya ke kotak make up milik Pita?

Leana : Iya, Bang.

Leana : Makasih.

Jawaban yang dikirimkannya kepada Arras sebatas itu. Namun jauh di dalam hatinya Leana merasa berbunga-bunga. Rasanya ia tidak kalah saing dengan Kallan dan Thania. Ini benar-benar membuatnya puas sebab bukan hanya Kallan yang unggul dalam perjanjian ini.

Senyum Leana tak bisa surut dari wajahnya bahkan setelah ia menutup aplikasi WhatsApp dan beralih ke aplikasi lain di ponselnya. Dan satu hal yang membuat senyumnya semakin melebar adalah pesan balasan dari Arras yang hadir kurang dari satu menit setelah Leana membalas.

Arras : Eh gue pikir lo udah tidur.

Arras : Udah malam, Lea. Jangan begadang.

Arras : Nanti sakit.

Leana mematung. Senyum gadis itu terus-terusan mengembang bak orang baru jatuh cinta. Atau memang baru jatuh cinta?

Dan sebab pesan-pesan manis itu, ia lupa kalau masih punya kewajiban untuk membalas pesan Kallan yang sudah dibacanya. Bahkan sampai Leana akhirnya memutuskan untuk tidur pun, pesan dari Kallan tidak disentuhnya lagi.

Skornya satu sama. Sama-sama membacalalu sama-sama lupa memberikan balasan. Sesederhana itu. Hanya saja, bedanyaKallan tidak menghapus pesan yang dikirimnya meski Leana tidak memberikanbalasan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro