Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Changed ⚘

Selamat datang, saat ini pawainya akan segera dimulai.

𖤣.𖥧.𖡼.⚘✿𖤣.𖥧.𖡼.⚘✿𖤣.𖥧.𖡼.⚘✿𖤣.𖥧.𖡼.⚘

Day 1.

Dolores tidak tahu apa yang sudah terjadi dengannya, tapi pagi ini sehabis mandi, ketika dia ingin berdandan di depan cermin sebelum berangkat sekolah, tiba-tiba seluruh jerawatnya menghilang. Wajahnya mendadak halus tanpa satu pun bekas komedo, dia seperti habis melakukan perawatan kulit mahal.

Dolores tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya pagi itu hingga dia terus tersenyum lebar seperti tupai bodoh, bahkan saat sarapan bersama anggota keluarganya, hingga Lami pun menyindirnya.

"Ada apa dengan wajahmu yang semakin terlihat mirip tupai itu?" sindir Lami sambil menyangga dagunya dengan sebelah tangan.

Dolores menikmati nasi goreng dan ayam bakarnya dengan penuh penghayatan.

"Anak kecil sepertimu memang gak bisa melihatnya, dasar cebol."

"Melihat apa?"

Dolores dan Lami duduk berseberangan, jadi Dolores berdiri dan mencondongkan tubuhnya selama beberapa detik.

"Sekarang, sudah bisa melihatnya, 'kan?"

"Maksudmu, melihat upil mu lebih dekat begitu?"

"Uhuk!"

Ibu mereka, Amber Rose, orangnya mudah merasa jijik, jadi ketika kedua putrinya berdebat di meja makan dengan kalimat-kalimat sampah andalan mereka, Amber langsung undur diri untuk memuntahkan apa yang baru dia telan.

Melihat itu, Raama cuma geleng-geleng kepala sambil mengisyaratkan Dolores dan Lami untuk segera mengakhiri perselisihan diantara mereka, sebelum Amber kembali sambil membawa sapu ijuk.

Sementara Damian memilih tak peduli dan menenggelamkan dirinya dengan ponsel, karena kalau dia sampai ikut-ikutan, yang ada kedua saudarinya itu malah kompak membullynya.

Rin yang sarapan sambil membaca koran membenarkan letak kacamatanya, dia memperhatikan Dolores dengan saksama.

"Oh, Dolores. Apa hanya penglihatan ku saja atau pagi ini kamu terlihat jauh lebih cantik?"

Dolores kembali memasang senyum terbaiknya.

"Lihat, tuh! Bahkan Nenek pun bisa melihatnya kalau aku sangat cantik."

Dolores memberikan dua jempol untuk wanita berusia 82 itu.

"Nenek memang yang terbaik!"

Iya, mulai hari ini semuanya akan berubah ke arah yang lebih baik, ini semua pasti karena dia sudah resmi berusia 16 tahun!

Jadi di sepanjang perjalanan menuju gedung sekolah, Dolores tak henti menebar senyum ke semua orang bahkan pada kucing jalanan. Suasana hatinya benar-benar sedang bagus dan itu membuatnya semakin terlihat bersinar.

"Hi, Dolores!"

"Hi, Viiin!"

Mereka berdua berpapasan dan segera jalan bareng menuju kelas, sudah mirip sepasang bebek di atas danau.

"Wow, Dolores, hari ini kelinatannya kamu terlihat lebih bersinar daripada biasanya."

"Yup, suasana hatiku sedang super bagus hari ini."

"Wow, keren."

Lalu yang paling Dolores suka adalah, Vina itu orangnya detail dan perhatian.

"Gak seperti aku, lihat ini."

Vina menyibak poninya.

"Keningku tumbuh jamur Alaska."

Dia mengatakan jerawat dalam kalimat lain.

Dolores menutup mulutnya dan berhenti berjalan.

"Apa saja yang habis kamu makan seminggu ini? Itu sangat sangat sangat besar, Vina."

Dolores menggelengkan kepalanya saat berkomentar.

Vina kembali menutupi jerawatnya dengan poni, sambil memanyunkan bibirnya dia berkata, "Masakan ibuku akhir-akhir ini kebanyakan gorengan yang terjun bebas ke lautan minyak, dan kamu tahu sendiri kan, aku cinta mati dengan kerupuk yang menari di atas sambal."

Vina memang gadis yang unik, dan dia sangat cerewet.

"Ini seperti serial killer yang pembunuhnya tepat di depan mata detektif sedang berlumuran darah, tapi si detektif masih kebingungan tentang siapa kah pembunuhnya." Dolores harap Vina paham bahwa dia sedang menyindirnya.

"Bisakah kamu bicara dalam bahasa yang ku mengerti? Bahasamu terlalu berputar-putar, bikin aku makin pusing."

Dolores memutar bola matanya. "Tempat tidurmu dan polusi udara juga berpengaruh pada kesehatan wajah kita, selama ini kamu terlalu nyaman dengan kulit sehatmu jadi kamu pun mengabaikan ratusan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kulitmu bernasib seperti kulitku. Terlebih Vin, kamu gak merawat kulitmu sama sekali."

Vina memperhatikan wajah Dolores, setelah sadar dia segera bertepuk tangan sekali.

"Benar juga, wajahmu sekarang sangat bersih, kamu juga pandai memakai bedak, Dolores. Padahal baru Sabtu kemarin, kita bertemu di rumahmu."

Mereka berdua masuk ke dalam kelas dan meletakkan tas yang dibawa di atas meja, Dolores juga melepaskan Hoodie hitam yang dipakainya, kini seragam putih abu-abunya dengan nametag Dolores Estiningtyas terbaca jelas

Dolores duduk di kursinya sambil melipat tangan dan kaki. "Kerja keras gak akan mengkhianati hasil."

Padahal dia sendiri tak begitu paham dengan apa yang terjadi pada wajahnya, semuanya tampak seperti keajaiban baginya.

"Kamu benar."

Vina duduk di samping Dolores, itu bukan kursinya, tapi yang punya kursi belum datang, mungkin..., jadi terserah lah.

"Omong-omong, apa mataku yang salah atau kamu yang memang memendekkan rokmu, Dolores?"

"Aku sengaja memendekkannya, seperti ini jauh lebih nyaman dan membuatku semakin percaya diri."

Vina mengangguk setuju. "Benar, kalau punya kaki bagus, memang harus dipamerkan."

"Mau main uno?" kata Dolores.

"Boleh, kamu bawa?" Vina membenarkan bando Mickey Mouse nya.

"Pakai ponsel saja."

Tiba-tiba ada cowok menghampiri mereka berdua, dia sangat tampan, terutama dengan senyum manis dan rambut semi gondrongnya, dan sejak dia masuk ke dalam kelas itu, pandangannya tak henti menatap Dolores.

"Hm, mungkin kita emang gak pernah deket atau sekadar saling ngobrol tapi, kalau boleh aku mau ngajak kamu tukeran nomor, Dolores."

Cowok itu adalah Haq Hzllm, ketua tim basket sekolah mereka yang ketampanannya sudah terkenal di sekolah-sekolah lain, followers Instagramnya Haq saja kini sudah hampir satu juta, dan sekarang cowok seperti itu tiba-tiba mengajak Dolores bertukar nomor?! Apa kabar dengan ratusan gadis-gadis di luar sana yang menjadi penggemar fanatiknya!

Karena respons Dolores terlalu lambat, jadi Vina inisiatif menarik sahabatnya itu agar berdiri dan mendorongnya agar lebih dekat dengan Haq.

Dolores sempat menoleh pada Vina dan memelototinya, tapi gadis berambut orange itu malah pura-pura tak melihatnya sambil bersiul-siul.

"Ternyata kamu lebih cantik kalau dilihat dari dekat, ya."

Pipi Dolores memerah, tersipu malu.

"Iya?"

Dolores lebih pendek 13cm dari Haq, jadi dimata cowok itu Dolores tampak begitu imut.

"Jadi gimana, kamu mau tukeran nomor sama aku?"

Haq memperlihatkan ponselnya.

"Tapi, kalau kamu gak nyaman dan mau nolak, aku gak akan maksa, kok."

Dolores mengigit bibirnya. "Aku mau, kok, tukeran nomor sama kamu."

Dia tak mungkin melewatkan kesempatan emas seperti ini.

"Tapi dalam rangka apa kamu tiba-tiba ngedeketin aku?"

"Dalam rangka apa ya, hmm, mungkin karena aku tertarik buat kenal kamu lebih dekat lagi?"

Haq sama sekali tak membuang-buang waktu.

"Selama ini aku cuma memperhatikanmu dari jauh, aku pikir kamu bakalan kayak cewek-cewek lain yang ngejar-ngejar aku, ternyata aku cuma buang-buang waktu dengan berharap kamu suka sama aku."

Dolores tertawa. "Ini confess?"

Haq menikmati keindahan di depannya. "Langsung to the point kayak gini sopan gak, sih?"

"Tapi aku dengar, kamu bukannya lagi pacaran sama Sarah, ya?"

Haq mengangkat bahunya. "Itu gosip murahan, kita cuma saling kenal karena Sarah adalah adiknya temanku si Bayu."

Saat itu, Dolores merasa bahwa dia sedang memanen keberuntungan besar, sampai-sampai cowok populer seperti Haq lebih dulu mendekatinya dan bahkan terang-terangan menolak Sarah di depannya, padahal semut pun juga tahu bahwa Sarah adalah siswi tercantik di SMA Apel Merah, dan gadis itu terang-terangan mendekati Haq dengan memanfaaatkan kakaknya.

Meski Haq adalah tipenya, tapi Dolores tak begitu tertarik dengan laki-laki itu namun, selagi itu bisa membuatnya berada di atas gengnya Kirana, Dolores akan dengan senang hati menerimanya.

"Oke, aku juga cukup tertarik sama kamu, Haq."

Vina tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang kedua orang di depannya itu sedang bicarakan, karena dia menyumpal telinganya pakai headset dengan volume lagu full, Vina melakukan itu demi menghargai privasi sahabatnya.

Jadi ketika Haq sudah keluar dari kelas mereka, buru-buru Vina melepas headsetnya dan langsung memeluk Dolores heboh.

"Gimanaaa?"

Vina akan melakukan wawancara panjang dengan Dolores.

"Kayaknya sebentar lagi aku bakalan dapat pacar, nih."

Dolores menunjukkan notifikasi ponselnya yang menampilkan nomor Haq.

"Kyaaaaa!"

Lalu mereka berdua berpelukan sambil berputar-putar.

"Selamat! Selamat! Aku ikutan seneng banget!"

"Thank you my beloved friend."

"Mumpung pelajaran masih lama, gimana kalau kita rayain ini di kantin dulu?" ajak Vina.

Dolores mengangguk. "Sip, aku ambil dompet sebentar."

"Oke."

Vina menunggunya di depan pintu.

Setelah Dolores menemukan dompetnya, dia segera berbalik dan hendak menghampiri Vina, tapi di belakang jendela kelas itu yang ada di lantai dua, sekilas Dolores seperti melihat seseorang jatuh dari atas langit, rasa penasarannya diperkuat dengan suara brak yang didengarnya.

Dolores pikir seseorang mungkin mengakhiri hidupnya dengan loncat dari lantai atas.

Jadi Dolores menghampiri jendela itu dan melongok ke bawah, tapi tak ada apa pun, tak seperti yang dipikirkannya.

"Dolores? Kamu lagi ngapain?"

Dolores gelagapan. "Gak apa-apa, cuma tadi kayak lihat cicak jatuh aja."

"Ihh, jangan lihat yang jelek-jelek, ah!"

Dolores merangkul pundak Vina.

"Udah, ah. Yuk pergi!"

✿𖤣.𖥧.𖡼.⚘

Day 2.


Tiba-tiba semua orang bersikap ramah pada Dolores.

Dolores tidak ingat kapan terakhir kali mereka semua bersikap demikian padanya, bahkan dulu sebelum dia dimusuhi oleh Kirana dang gengnya, tidak ada satu pun orang yang terus melemparnya senyum bahkan suka rela memberinya macam-macam hadiah seperti ini.

Kebanyakan mereka mengatakan rasa tak enaknya karena tak hadir di pesta Dolores kemarin, mengajaknya makan atau main bareng setelah sekolah, bahkan tak sedikit yang terang-terangan mengajaknya berkencan. Mereka semua mengerubungi Dolores seperti semut yang bertemu gula.

Jujur, Dolores senang sekaligus risih.

Sampai saat ketika akhirnya Dolores terbebas dari kerumunan itu, seseorang sudah menunggunya dengan sebuket bunga mawar dan senyum percaya diri.

Cowok yang seragam sekolahnya tak pernah dipakai dengan benar dengan style acak-acakan, tapi dia punya badan tinggi berotot dengan pundak lebar, warna rambut merah mudanya membuatnya semakin terlihat seperti seseorang yang baru keluar dari manhwa.

"Bayu?"

Dia abang kandungnya Sarah.

"Hai, Dolores."

Dolores balas melempar senyum pada cowok itu.

"Kamu ada waktu?"

"Iya?"

"Aku gak tahu bunga apa yang kamu suka, jadi aku harap kamu mau nerima bunga ini dulu."

Bayu memberikan buket mawar itu pada Dolores yang langsung diterimanya.

Bayu melempar senyum ketika Dolores mencium bunganya.n

"Aku pergi dulu, bye."

Dolores merasa, dia seperti tokoh protagonis wanita dalam drama. "Aku suka semua bunga yang berwarna merah dan harum."

Bayu yang telah melangkah agak jauh pun membalikkan badannya dan mengangkat tangannya.

"Akan aku inget," katanya agak berteriak.

Dolores pikir keberuntungannya cukup sampai di sana saja, tapi ternyata kejutan-kejutan lain masih terus berdatangan.

Bukan hanya Haq dan Bayu cowok populer yang terang-terangan menyukai Dolores, bahkan Aji Saka yang terkenal anti dengan cewek cantik pun tiba-tiba duduk di samping Dolores saat makan siang.

Dolores sampai kebingungan dengan sikap Aji karena selama 10 menit mereka makan, cowok itu gak ada ngomong apa-apa terus tiba-tiba langsung ninggalin kotak berisi kalung di samping piring Dolores, sebelum akhirnya dia pergi begitu saja.

Di dalam kotak itu juga ada surat, isinya: jangan dipakai kalau kamu mau jadi pacar aku.

"Dolores."

Pelajaran ketiga selesai, dan Dolores hampir melupakan bahwa dia dan Vina satu kelas dengan Rossiana dan Ambar. Anggota gengnya Kirana.

Sambil memasang wajah muak, Dolores mendongak menatap mereka berdua.

"Aku gak ada urusan dengan kalian."

Dolores pikir, mereka berdua ingin memberinya pelajaran gara-gara Haq dan Bayu mendekatinya.

"Dolores kamu mau gak balik temenan sama kita-kita lagi?"

Siapa yang tidak terkejut dengan ucapannya Ambar?! Cewek rambut ombre hitam-biru itu dengan santai mengajaknya kembali berteman setelah hampir satu tahun mereka memusuhinya.

"Aku akan minta mendapat Vina dulu—"

"Kirana dan kita-kita cuma ngajak kamu aja, kita gak butuh Vina."

Berteman dengan Vina memang seru, karena Vina selalu tahu apa yang Dolores inginkan. Namun, bohong kalau Dolores tak tertarik dengan tawaran untuk kembali masuk geng.

"Kirana benar-benar nyesel dan mau minta maaf sama kamu, kita-kita juga baru sadar kalau kamu waktu itu sebenarnya gak salah apa-apa," ucap Rossiana, "kamu cuma keseret-seret aja, kan, gara-gara dekat sama Vina."

Ambar menunjukkan ponselnya. "Dolores, aku izin masukin kamu ke grup chat kita lagi, ya?"

Dolores tak menjawab apa-apa, dia cuma mengangguk membiarkan Ambar melakukan sesukanya.

Siang itu, Ambar dan Rossiana membawa Dolores bertemu dengan Kirana dan yang lainnya di rumah kosong di belakang sekolah, yang mereka jadikan sebagai markas.

Dolores sempat berpikir ini semua cuma jebakan, tapi nyatanya dia justru disambut dengan sangat hangat oleh mereka semua, tak terkecuali oleh Sarah.

Ketika Dolores memastikan apakah Sarah marah padanya, Sarah cuma menjawab kalau kakaknya bebas menyukai siapa pun dan untuk Haq, Haq bukan satu-satunya cowok cakep yang Sarah taksir.

"Yosh gaes, kita akan pesta kecil-kecilan buat ngerayain kembalinya Dolores, sekaligus ngerayain ulang tahun Dolores yang kemarin belum sempat kita lakuin!"

“Bersulang!”

Anehnya, hari itu Vina tak masuk sekolah.

𖤣.𖥧.𖡼.⚘✿𖤣.𖥧.𖡼.⚘✿𖤣.𖥧.𖡼.⚘✿𖤣.𖥧.𖡼.⚘

Author notes.

Aku mau jelasin beberapa hal, (1) pertama soal marganya Haq yakni Hzllm, Hzllm gak ada makna khusus, aku ngarang aja. Cara bacanya mirip kayak hizlem 🤔

(2) Terus nama mamanya Dolores itu Amber Rose, sementara temen sekelas Dolores itu namanya Ambar Ketawang. Sengaja ku buat mirip² biar terlihat natural.

13 Oktober 2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro