Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Selena's Effect - PROLOG

August 12, 2023

Selena's Effect

Prolog

***

Halo, kembali dengan Lyan setelah cukup lama. Hehehe. 

Aku kembali dengan membawa spin-off dari Weddings' Smuggler, yaitu kisah Tony dan Selena. Hahaha. Sekaligus, mau berterima kasih pada teman-teman pembaca lama, dan pembaca baru yang sudah membuat cerita Weddings' Smuggler stay di #1 Romance dan taggar-taggar lainnya selama tiga bulan lamanya.

Terima kasih banyak!!!

Sudah siap untuk baca kisah Tony dan Selena? Hahaha! <3

Leave a comment ya, supaya aku tauuu.

Dan, btw, aku akan upload kisah mereka tetap di work ini, supaya mudah cari dan dibaca <3 Thank you.

Love all!

Happy reading!

***

Prolog

Selena Madeline menatap kedua pria bersetelan rapi di depannya dengan pandangan jenuh. Mereka berdua bagaikan amplop dan perangko, tidak pernah terlihat tanpa satu sama lain.

"Kenapa bukan kalian berdua saja yang menikah?" ceplos Selena sambil menopang wajah kecilnya pada telapak tangannya sendiri. Tangannya yang satu lagi, tengah memainkan gelas berisikan Ice Americano, bukan minuman kesukaannya.

Bryant Nathanael Ethan, calon suami Selena hanya diam dengan wajah kakunya. Sedangkan, Tony Tristandi Samudera berdeham sambil menegakkan posisi duduknya. Seperti biasa.

"Baiklah, katakan alasan kalian mengajakku bertemu hari ini," lanjut Selena lagi. "Aku harus pergi mengurus perintilan pernikahan yang tidak terlihat pernah selesai ini."

Pandangan mata Selena terarah kepada Tony yang tengah mengeluarkan amplop cokelat dari dalam tas tentengnya. Tidak lama kemudian, Tony menaruhnya dengan rapi di atas meja, tepat di hadapan Selena.

"Ini dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk melaporkan pernikahan Pak Bryant dan Nona Selena secara resmi ke negara," jelas Tony sambil membuka lembar demi lembaran dokumen yang Selena belum sempat lihat dengan jelas.

"Ini bagian yang harus Pak Bryant dan Nona Selena tanda tangani," tunjuk Tony pada bagian paling bawah dokumen yang tengah terbuka.

Tony menyerahkan bolpoin kepada Bryant, yang langsung diraihnya tanpa mengucapkan satu patah kata pun. Bryant menggoreskan tanda tangan di atas dokumen tanpa merasa ragu, dan kini saatnya Selena untuk melakukan hal yang sama.

Selena meraih bolpoin yang sudah terletak di atas meja. Ia menatap dokumen itu dengan pikiran yang berkecamuk. Apakah ia harus menanda tangani dokumen ini? Apakah dirinya harus terus maju? Atau masih bisa mundur?

"Nona Selena?" panggil Tony.

Selena sempat berjengit kecil kemudian segera menggoreskan tanda tangannya di atas kertas penuh tulisan itu. Jari tangannya masih memainkan bolpoin yang terasa dingin dalam genggamannya. Setelah menghela napas yang cukup panjang, ia menaruh bolpoin di atas tumpukan kertas kemudian mendorongnya kembali ke arah Tony.

"Sudah selesai, 'kan? Aku sudah harus pergi," kata Selena sambil menutup tas tangannya. Ia berdiri tegak di hadapan Bryant dan Tony yang juga segera berdiri.

"Iya, sudah tidak ada lagi," kata Bryant singkat. Ia memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana kemudian menatap Tony yang juga sudah selesai memasukkan dokumen.

"Baiklah, kita pergi," kata Bryant sambil berjalan pergi meninggalkan Tony dan Selena.

Ketika Tony hendak membungkukkan tubuhnya, untuk berpamitan kepada Selena, ia mendengar suara Selena memanggil namanya.

"Tony, dokumen tadi, aku saja yang menyerahkannya ke Kantor Catatan Sipil."

Tony mengeryitkan dahinya. "Saya bisa menyerahkannya ke Kantor Catatan Sipil. Anda tidak perlu repot."

"Pernikahanku dan Bryant bukan pekerjaanmu. Kamu sudah bekerja di luar tanggung jawabmu," jelas Selena sambil mengulurkan tangannya ke arah Tony. "Cepat. Aku yang akan menjelaskannya kepada Bryant, jika itu yang kamu cemaskan."

Tony masih terlihat ragu, sehingga Selena kembali mengayunkan telapak tangannya di depan pria itu. "Cepat, sebelum Bryant menunggumu di luar terlalu lama." Selena menunjuk Bryant yang tengah sibuk dengan telepon genggam yang menempel di telinganya sedari tadi. Pria yang teramat sibuk itu, terlihat sangat menyebalkan.

Tony akhirnya menyerahkan dokumen yang sudah dirapikannya ke dalam amplop cokelat kepada Selena. Ia terlihat melakukannya dengan hati yang teramat berat, terlihat jelas dari gerakan tangannya yang lambat dan penuh keraguan.

"Tidak ada salahnya mengandalkan orang lain, Tony," kata Selena sambil berjalan pergi dengan amplop cokelat tebal dalam pelukannya.

Ketika ia berjalan melewati Bryant, ia menatap pria itu cukup lama sebelum mengalihkan pandangannya.

***

Selena tidak bohong ketika dirinya mengatakan kepada Tony bahwa dirinya yang akan menyerahkan dokumen pernikahannya dengan Bryant ke Kantor Catatan Sipil. Buktinya, dirinya sudah berdiri di depan gedung ini sejak lima menit yang lalu.

Selena mencengkram dokumen ini dengan cukup kuat. Pikirannya teramat penuh, penuh dengan kebimbangan yang melanda.

Apakah dirinya sungguh-sungguh harus menikah dengan Bryant?

Ketika pertanyaan itu melintasi pikirannya, Selena hanya bisa berdecak kesal. Persiapan pernikahan mereka sudah di angka 95%, sudah terlalu jauh untuk bimbang. Saat itu juga, dengan pemikiran yang di satu sisi tengah kalut, dan yang di satu sisi tengah berusaha untuk tidak peduli terlalu banyak, Selena mendorong pintu utama Kantor Catatan Sipil kemudian masuk.

Ia menyerahkan dokumen itu kepada pegawai yang bertugas. Namun, entah kenapa, ketika dirinya sudah siap untuk berbalik dan berjalan pergi, tangannya malah menarik kembali dokumen itu dan berjalan pergi tanpa berkata apa-apa kepada pegawai yang kebingungan.

Seumur hidup terlalu lama.

Kata Selena dalam hati.

***

Menurut kalian semua, cerita Tony dan Selena bakal jadi seperti apa ya? HAHAHA!

Sambil menunggu, kalian bisa baca ceritaku yang sudah tamat dan gak kalah serunya, ya!

A Night Before You

Malam tahun baru Eugene terasa sempurna. Kesempatan menjalin hubungan dengan Airlangga, atasannya, semakin terbuka lebar. Namun, begitu mengetahui status pria itu, kenapa Eugene jadi ragu dan pergi menjauh?

***

Eugene tak menyangka akan menghabiskan malam tahun baru bersama Airlangga, atasannya di New York. Bahkan keduanya tak bisa menahan diri untuk takluk dalam dekapan satu sama lain. Sayangnya, esok paginya, Eugene dikejutkan dengan fakta bahwa Airlangga ternyata sudah pernah menikah dan sudah punya anak!


Karena tak ingin melanggar prinsip, Eugene memilih menghindar dan sengaja pulang ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan tantenya. Namun, acara pernikahan itu malah kembali mempertemukannya dengan Airlangga, menerbitkan kembali hasrat yang sempat mereka pendam. Mampukah Eugene mempertahankan prinsipnya? Atau malah goyah dan memilih mengikuti kata hati?


One Last Knot

Bertemu kembali dengan klien yang batal menikah akibat perbuatannya adalah hal terakhir yang diinginkan Michelle Julie Bulrush, pemilik wedding planner Love Blooms, untuk terjadi.Semua bermula dari Michelle yang tidak sengaja mendapati kliennya, Ethan Kosim, tengah berciuman mesra dengan wanita lain yang bukan Bianca Martha, calon istrinya. Dilanjutkan dengan keputusan Michelle untuk memberitahukan semua yang dilihatnya pada Bianca. Dengan harapan agar Bianca memiliki kesempatan untuk mempertimbangkan kembali keseriusan hubungannya bersama Ethan.


***

Sialnya, informasi yang diberitahukan Michelle pada Bianca berakhir keliru, sedangkan Ethan dan Bianca sudah sepakat untuk membatalkan pernikahan mereka. Empat tahun yang dilalui Michelle dengan penuh rasa bersalah yang kerap menghantuinya, membawa Michelle kembali bertemu dengan Ethan di pesta pernikahan yang saat itu berada di bawah tanggung jawab Love Blooms. Tanpa sadar, benang merah yang menghubungkan mereka bertiga akan satu sama lain... perlahan tapi pasti mulai terurai.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro