Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

prolog

Wanda berjalan masuk ke dalam ruangan pesta setelah diinformasikan oleh penerima tamu bahwa pasangan pengantin tidak menerima hadiah dalam bentuk apa pun. Tipikal pesta orang kaya, yang lebih memilih untuk memberi daripada menerima. Contoh nyatanya adalah pesta ini, setiap undangan diberikan body lotion mewah merk ternama sebagai bentuk rasa terima kasih.

     Wanda memperhatikan ulang penampilannya dari pantulan kaca jendela gedung saat sadar bahwa mayoritas tamu berpakaian terlalu sempurna. Mereka semua seakan lupa bahwa diri mereka hanyalah tamu, bukannya pemilik pesta. Setelah dirasa dirinya yang hanya memakai setelan kerja broken white lengkap dengan blazer senada dan sanggulan rambut di bawah tengkuk cukup pantas, Wanda memutuskan untuk berjalan lebih dalam ke ruangan pesta.

     Setiap langkah kaki diikuti dengan pujian yang terlontar dalam hati Wanda. Pesta pernikahan ini adalah pesta pernikahan terbaik yang pernah ia susupi. Pesta ini terlihat sederhana namun mewah di saat yang bersamaan pula. Dinding motif berwarna off white bawaan dari gedung terlihat sempurna dengan hiasan bunga lavender asli yang tadi sempat disentuh oleh Wanda langsung.

     Wanda melanjutkan langkah kakinya, berjalan ke mana saja matanya terbawa. Sesekali ia mengeluarkan ponsel untuk memotret keindahan ruangan pesta yang ia nilai dapat berguna di lain kesempatan. Baginya, menulis novel tidak bisa hanya didasari oleh imajinasi semata. Ada kalanya, jika tidak pernah melihat langsung suatu tempat atau merasakan suatu perasaan, kita tidak dapat menyampaikannya dengan tepat hingga menyentuh relung hati pembaca.

     Jujur saja, bisa menyelesaikan beberapa novel merupakan keberuntungan besar bagi Wanda yang menulis sebagian besar adegan novel berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya sendiri, dilihatnya, maupun didengarnya dari orang lain. Apalagi, mengingat novel-novelnya yang selalu berhasil masuk ke dalam jajaran tiga besar novel terlaris di hampir seluruh toko buku di Indonesia setiap kali terbit, membuatnya tidak berani meminta lebih selain menulis dengan lebih tulus dan bersungguh-sungguh.

     Tapi kali ini, sepertinya Wanda sudah melangkah terlalu jauh dari zona nyaman. Novel romannya kali ini memerlukan adegan pernikahan yang ia sendiri belum pernah alami sebelumnya. Dan itulah alasan mengapa dirinya ada di sini dan beberapa pesta pernikahan sebelumnya, sesuai dengan saran dari penyunting naskahnya, menjadi penyusup pernikahan.

     Wanda terbawa kembali ke kenyataan ketika merasakan tatapan seseorang dari balik punggungnya. Saat berbalik, ia mendapati seorang pria paruh baya sedang tersenyum tipis padanya. Wanda membalas senyuman itu sama tipisnya, kemudian beranjak pergi.

     Bunyi biola, piano, dan saxophone yang dimainkan lembut perlahan memenuhi ruangan seolah menyambut tamu-tamu yang sudah mulai lengkap. Tidak terlalu ramai jika dibandingkan dengan ruangan yang lapang. Wanda memutuskan untuk duduk di salah satu meja paling sudut setelah mengambil segelas kecil es krim dari stall. Dikeluarkannya buku kecil dan bolpoin yang selalu dibawanya ke mana pun dan mulai menuliskan secara singkat apa yang ia lihat dan rasakan.

     Sesekali Wanda mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan mencari pasangan pengantin. Namun, entah mengapa, tidak ditemukannya. Ditambah dengan pesta yang belum juga mulai meskipun waktu sudah lewat dua puluh menit. Perlahan tapi pasti, ini semua terasa aneh.

     Wanda memilih untuk kembali berjalan mengelilingi ruangan, berharap bisa menemukan pasangan lain yang bisa diamatinya menggantikan pasangan pengantin. Langkah kakinya terhenti ketika menemukan seorang pria yang diduganya sebagai pengantin pria, dilihat dari jas serta sarung tangan putih bersih yang dikenakannya, sedang berbicara sendiri. Salah, pria itu tidak sedang berbicara sendiri melainkan dengan ponsel yang menempel pada telinganya.

     Wanda segera merapatkan tubuh pada pilar terdekat. Ditajamkan pendengaran serta penglihatannya. Pria itu memasukkan ponsel ke saku di balik jas ketika seseorang yang sama rapinya berjalan mendekat. "Saya sudah pastikan sendiri, Nona Selena tidak ada di ruangan," lapornya.

     "Dia bersungguh-sungguh ternyata," kata pria yang diduga Wanda sebagai pengantin pria. "Kau tahu ada di mana dia sekarang?"

     "Nona Selena sedang ada dalam perjalanan pulang," jawabnya, "menurut laporan yang saya terima, Nona Selena pergi setelah kita keluar dari kamarnya tadi."

     "Biarkan para tamu menikmati hidangan terlebih dahulu, lalu tutup pesta pernikahan ini."

     "Tapi—"

     Oh, astaga! Wanda bahagia sekali. Sekilas ia merasa dirinya sangat kejam karena bahagia di atas penderitaan orang lain. Namun, kapan lagi ia bisa mendapatkan ide sekompleks ini?! Pengantin wanita kabur di hari pernikahan?!

     Benar-benar ide yang menakjubkan. Kenapa ia tidak pernah terpikirkan ide seperti ini?

     Wanda memusatkan kembali pandangannya ke tempat dua pria itu berdiri sebelumnya, namun bayangannya saja sudah tidak ada. Mereka sudah pergi, pikirnya. Wanda melanjutkan kembali langkahnya untuk segera pulang. Ia sudah tidak sabar untuk menarikan kesepuluh jarinya di atas keyboard dan menuangkan segala ide bagaikan air terjun.

     What a wonderful day!

     Wanda bersenandung pelan sambil berjalan dengan langkah yang mendadak terasa begitu ringan. Ia berhenti sesaat untuk menyentuh lavender yang berulang kali menarik perhatiannya. Saat itu juga, Wanda memutuskan untuk memasukkan unsur bunga lavender ke dalam pernikahan masa depannya! Harus!

     "Para tamu sekalian, silakan nikmati hidangan yang tersedia selagi menunggu pasangan pengantin yang sedang mempersiapkan diri sebaik mungkin agar peristiwa sekali seumur hidup ini memberikan kesan yang terbaik bahkan tidak terlupakan."

     Suara pembawa acara itu memenuhi seluruh ruangan pesta. Bahkan Wanda yang sudah ada di luar ruangan masih bisa mendengar dengan jelas suara itu. Wanda yakin jika pria itu adalah pembawa acara papan atas dari suara dan caranya membawakan acara, dan tentunya pengeras suara yang digunakan juga berada pada level yang berbeda.

     "Mungkin pembawa acaranya belum mengetahui jika pengantin wanitanya tidak hadir di pernikahannya sendiri," gumam Wanda sambil kembali melanjutkan langkah kakinya.

     Wanda menundukkan kepalanya hendak meraih kunci mobil yang mendadak sulit ditemukan. Namun, tiba-tiba, tanpa diduga seseorang menarik tangannya kuat sambil mengambil alih tas tangan yang langsung diserahkan kepada pria yang sekilas dikenali Wanda sebagai pria yang ada bersama dengan orang yang diduganya sebagai pengantin pria tadi.

     Belum sempat melihat pria yang menarik tangannya, pintu ruangan pesta pernikahan terbuka lebar.

     Suara pembawa acara kali ini terdengar lebih jelas dari sebelumnya, "Ini dia pasangan pengantin yang kita tunggu sedari tadi!"

     Di saat bersamaan juga suara tepuk tangan, letupan party popper, dan lantunan lagu pernikahan terdengar sampai ke indera pendengarannya. Semua terjadi begitu cepat, kilatan cahaya lampu membuatnya tidak dapat melihat jelas pria yang tengah menggandengnya masuk. Tapi satu hal yang Wanda yakini dari kalimat yang terucap oleh pembawa acara tadi, pria yang menggandengnya masuk kembali ke dalam ruangan pesta bukanlah pria biasa, tapi sang pengantin pria!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro