Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

WECHA TOKOH PRIA

Matahari telah berada di tempat tertinggi, debu-debu pun mulai berterbangan di sapu angin. Dari kejauhan, terlihat asap pembakaran yang disilap para petani. Keadaan sawah begitu ramai di minggu siang itu.

Sayup-sayup suara orang-orang yang mengajak makan mulai terdengar. Beberapa dari mereka dengan segera bergegas pergi ke pondok masing-masing. Tak terkecuali Doni, pemuda desa berumur sembilan belas tahun yang tengah memanggang ikan.

"Mak!" panggil Doni pada ibunya.

"Iya, ndok!"

"Mak, bumbunya telah siapkah? Matahari dah naek, Doni lapar, Mak!" teriak Doni lagi, tak berapa lama sang ibu pun muncul dari balik dapur.

"Nah, ambeklah. Sambal terasi kesukaan kau yang dicampur dengan enam mate cabe rawit sudah Mak buat," jelas Mak Desi sembari membetulkan kain yang membalut pinggangnya, khas orang desa.

"Mak memang terbaik, terima kasih, Mak!" Dengan cepat, Doni pun melumuri ikan sungai hasil tangkapannya tadi.

Tak butuh waktu lama, ikan bakar buatan Doni pun telah siap. Harum ikan yang bercampur dengan sambal kecap, yang berisikan terasi dan cabai rawit itu sukses membuat perut meronta-ronta. Dalam suasana damai ditemani sawah kuning sehabis panen serta tiupan angin segar, menemani santap siang ibu dan anak itu.

"Don," panggil Mak Desi di sela-sela makan mereka.

"Ya, Mak?" jawab Doni sembari mengumpulkan nasi di piring.

"Kau mau tidak pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikan?" tanya Mak Desi, seketika Doni terdiam sesaat.

Laki-laki itu menatap piring nasinya, sebuah senyum tipis terlukis di bibir pemuda itu.

"Siapa yang tak mau, Mak? Semua orang pasti mau, tapi Doni sadar. Kita tidak punya cukup dana ...."

"Kita punya, Ndok," ujar Mak Desi cepat. Mak Desi pun beranjak dari duduknya setelah mencuci tangan terlebih dahulu, wanita paruh baya itu lalu menghilang di balik bilik.

Doni yang menatap kepergian emaknya pun kebingungan.

"Apa maksud, Emak?"

Tak berapa lama Mak Desi lalu keluar, membawa sebuah tas yang sukses membuat Doni penasaran. Mata pemuda itu terbelalak tatkala melihat isi tas tersebut.

"Uang siapa ini, Mak?" tanyanya lagi.

"Ini uang kita, Don. Hasil panen kita setiap tahun sebagian uangnya disimpan. Sekarang belum terlambat, Ndok. Kejar impianmu menjadi sarjana pertanian, ambil uangnya," jelas Mak Desi.

Doni yang mendengar penjelasan ibunya itu seketika menangis haru, dipeluknya sang ibu sembari mengucap terima kasih. Tuhan selalu tahu kapan waktu yang tepat, penantian Doni selama ini, kesabaran seorang pemuda yang terkenal pintar kini memperoleh hasil yang memuaskan. Doni Alfajri pada akhirnya akan melanjutkan kuliahnya di Universitas Sriwijaya.

Tamat.

Terima kasih.

CreaWiLi Tangan_Kiri RGNyamm MaaLjs Tiuplylyn Quinhiems hermonietha vanilla-shawty Ellme07 lailiyahh6 AudyaAprilia NyaiLepetj

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro