Bahagia itu Perjuangan
Tetesan embun selalu menjadi perantara pagiku, hamparan padang rumput yang hijau, sapi-sapi yang asik memakan rumput, dan tak lupa jajaran bukit barisan yang menjadi objek utama.
Kamis pagi yang indah lagi-lagi kutemui, suasana yang selalu kurindukan kala diri ini nantinya kembali ke kota. Kulirik layar ponsel yang menyala, melihat jam yang tertera.
"Pukul tujuh tepat, masih ado banyak waktu untuk kegiatan gek malam. Kak M, Kak April, samo para admin dan member ngajak buat ketemu di google meet untuk ngerayain anniversary. Tapi, ya kali nggak bikin apa-apa? Semacam hadiah gitu? Hm, bikin apo, ye?"
Aku terus berpikir dan bertanya, apa yang harus kulakukan dan kuberikan nanti malam. Langkah kakiku menapaki tiap detail tanah desa yang masih basah karena air hujan yang bercampur kotoran hewan.
Menengok ke kanan dan kiri berharap menemukan sebuah petunjuk, ingin rasanya kubuka layar ponselku dan mencari ide melalui Mbah Google. Akan tetapi, sayangnya aku sedang berada di rumah nenek di mana daerahnya cukup jauh dari tower dan ya ... lagi-lagi aku terjebak di sini. Namun, tak apa ... ini hanya sampai nanti siang, karena setelahnya aku akan kembali ke rumah bersama ayah dan ibu.
"June!" panggil temanku, Kamila.
Sontak aku pun berhenti, lalu berbalik menatapnya yang tengah kesusahan berjalan karena memakai kain yang kupikir itu cukup membungkus tubuh bagian bawahnya. Alisku mengerut melihat napas Kamila yang terengah-engah.
"Ngapo, Mil? Seraso capek nian, kau. Ado apo?"
"Itu, an-anu ...."
"Anu apo? Yang jelas kalau ngomong, tarik napas dalam-dalam lalu buang perlahan," ucapku padanya. Lantas Kamila pun dengan segera mengikuti perkataanku, tak berselang lama ia kembali tenang.
"Udah tenang?" tanyaku lagi yang disambut anggukan kepala dari Kamila.
"Baguslah, sekarang ayo cerito!"
"June, nenek kau pingsan!"
"Ha!" Cukup dengan empat kata itu, aku pun lantas berlari menuju rumah nenek, meninggalkan Kamila yang mengejarku.
Tepat di daun pintu, aku terhentak. Ayah dan ibu tengah di samping nenek. Sedangkan, kulihat ada seorang bidan tengah memeriksa keadaan nenek. Aku mendekati ibu, memegang tangannya sembari menatap setiap gerak gerik sang bidan. Rasanya ini yang selalu ingin kutanyakan, bukankah tugas bidan itu membantu melahirkan? Kenapa di desa fungsinya jadi berlipat dan layaknya seorang dokter? Aneh, tetapi nyata.
"Mbah Ningsi dang kelelahan bae, kalau istirahat dan minum obat pasti sembuh. Ini resepnyo, seperti biaso. Tinggal tembus di apotek, aku permisi dulu Pak, Bu," ucap sang bidan.
Ayah yang telah menerima kertas berisikan catatan dari bidan itu lantas mengambil kunci motor dan bergegas pergi. Aku yang melihat itu pun lalu bergerak cepat untuk mengambil keuntungan.
"Yah! Naik ikot! Nak balek!" teriakku kala melihat ayah telah siap melajukan motor.
"Balek? Dak-dak, agek samo-samo kito balek. Jagoilah dulu nenek, tuh," jawab ayahku sebelum akhirnya melajukan motornya.
Aku mengangguk kecewa, Kamila yang baru tiba pun memberi isyarat seolah bertanya 'kenapa?'
"Nenek sakit, kemungkinan besar dak jadi balek. Mil, gek malem cak mano kito ikut ngerayoke ulang tahun creawili? Kau ngikut aku, terus sekarang samo-samo terjebak."
"Eh, iyo? Yah, jadi cak mano?"
"Dak tahu, eh. Dak suka aku," jawabku lagi seraya duduk di kursi plastik milik nenek.
***
Raja matahari kini telah kembali ke peraduan, berganti dengan sang bulan yang tengah memamerkan keindahan. Di sebuah rumah di salah satu daerah Kikim, terlihat dua orang gadis remaja yang terlihat tak bersemangat tengah membakar jagung.
"Ngapo loyo nian, nih?" tanya ayahku, sembari meletakkan sebuah piring untuk tempat jagung bakar.
"Hm, dak papo," jawabku singkat. Aku masih marah karena ayah menolak permintaanku tadi pagi. Cukup egois memang, tetapi aku tidak ingin melewatkan hari jadi creawili. Apalagi aku mengajak Kamila juga untuk ikut ke rumah nenekku. Aku merasa bersalah padanya.
Seakan sadar dengan perasaanku, ayah lalu bangkit dari duduknya dan memakai jaket. Aku yang melihatnya pun bingung.
"Nak ke mano, Yah?"
"Nyari tower. Ado anak Ayah yang caknyo sibuk nyari sinyal."
Aku dan Kamila lantas tertawa, sepertinya otak kami berdua satu frekuensi. Aku dengannya lantas bergegas, membawa beberapa jagung bakar, memakai jaket, dan tak lupa ponsel serta hadiah berupa tulisan yang isinya harapan kami untuk creawili.
Jika di kota mungkin kami berdua akan menjadi gunjingan orang-orang karena boti. Akan tetapi, untungnya hal itu tidak berlaku di desa. Buktinya, walau aku, ayah, dan kamila naik motor bersama tak ada pandangan julit yang kami temukan.
Tak butuh waktu lama kami pun tiba di sebuah warung di mana di dekatnya ada sebuah tower yang tinggi menjulang. Tanpa berbasa-basi, aku dan Kamila dengan cepat menghidupkan data internet.
"Mill, pesan-pesannyo baru masuk," ucapku kegirangan, Kamila pun mengangguk bahwa ia pun begitu. Ketika membuka grup dan ada pemberitahuan bahwa google meet akan dilakukan sebentar lagi, sontak aku dan Kamila mengembuskan napas. Kami tidak terlambat.
Layar ponselku menunjukkan sebuah link dengan cepat aku menekannya, tak berapa lama layar hitam berganti dan menampilkan wajah-wajah yang tak asing lagi. Kamila pun begitu, saat kulihat wajahnya begitu berseri. Aku senang melihatnya.
"Hai, June, Kamila!" sapa Kak M ramah.
Aku yang mendengarnya pun lantas menjawab. "Hai, Kak! Hai, teman-teman! Happy new year and happy anniversary!"
Waktu pun kami gunakan dengan baik, berbekal jagung bakar dan tulisan-tulisan harapan dariku dan Kamila. Nyatanya walau tubuh kami pun habis di serang pasukan nyamuk, aku cukup puas, kulihat dari wajah Kamila yang berseri dia sepertinya juga begitu. Walau harus menempuh jarak yang cukup jauh dari rumah nenek, walau harus berperang dengan nyamuk, bagusnya adalah kami berdua tetap dapat ikut merayakan tahun baru dan ulang tahun creawili.
Benar, bahagia itu butuh perjuangan. Untuk creawili, selamat ulang tahun dan semoga selalu sukses!
Tamat.
Boti : Bonceng tiga
Ado : Ada
Dak : Tidak
Cak mano? : Bagaimana?
Nak : Mau
Caknyo : Sepertinya
Terima kasih.
CreaWiLi Tangan_Kiri RGNyamm MaaLjs Tiuplylyn Quinhiems hermonietha vanilla-shawty Ellme07 lailiyahh6 AudyaAprilia NyaiLepetj
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro