Bab 28
Tangan Wenda langsung ditarik untuk menghindari hantaman motor yang melaju kencang itu. Kontan Wenda juga ikut menarik tangan Kimmy, membawa bocah itu ke dalam dekapan.
Wenda tersungkur ke tanah. Tangannya tergores kerikil kecil dan menyebabkan luka di sekitar lengan. Alih-alih memperdulikan diri sendiri, Wenda justru terlebih dahulu memastikan keadaan Kimmy.
"Kimmy, kamu nggak kenapa-kenapa 'kan?" Wenda memindai tubuh Kimmy dari ujung kaki hingga puncak kepala. Ia memastikan jika tidak ada luka di tubuh bocah tersebut.
Mungkin karena terkejut, Kimmy menjerit lalu menangis tersedu-tersedu.
"Udah nggak apa-apa. Shhh, nggak apa-apa." Wenda memeluk Kimmy sambil mengusap puncak kepalanya.
"Aduh, kamu nggak apa-apa, Wen?" Suara yang tidak asing oleh Wenda terdengar tepat di samping tubuhnya. Pria itu ikut terjatuh dan tangannya tertimpa tubuh Wenda.
Mata Wenda terbeliak saat melihat pribadi Dion yang ternyata baru saja menyelamatkannya. Sontak ia berdiri sambil tetap menenangkan Kimmy. Rasa perih di area lengan ditahan oleh Wenda.
"Kamu nggak apa-apa 'kan?" tanya Dion sekali lagi. Ia ingin menyentuh Wenda, tetapi dengan cepat Wenda menepis tangannya. Tidak sudi mendapatkan sentuhan dari pria brengsek seperti Dion.
"Wen, kamu masih marah sama aku?" tanya Dion.
Wenda memilih tidak menjawab dan melihat Saga sedang berjalan menghampirinya.
"Wenda, kamu nggak apa-apa?" Saga mengatur napasnya yang terengah lalu memindai tubuh sang kekasih. Luka lecet di lengan langsung menarik atensinya. "Kamu terluka, kita harus segera obatin. Ke klinik terdekat aja."
Melihat perhatian Saga, Dion berdecih. "Wen Wen, punya cowok kok bggak bisa ngelindungin kamu. Untung aja tadi ada aku."
Mendengar ucapan Dion, tangan Saga nyaris terayun untuk mencengkram kerah bajunya dan memberikan hantaman. Namun, Wenda mencegah gerakan tersebut.
"Saga, sudahlah. Jangan kamu dengerin cowok gila kayak dia," tukas Wenda sambil melirik tajam pada Dion.
"Wen, kamu harus cari cowok yang bisa ngelindungin kamu. Bukan cowok yang biarin kamu terluka kayak dia!" Jari telunjuk Dion menunjuk ke wajah Saga dan berhasil membuat pria itu terprovokasi.
Tangan Saga mengepal kuat lalu menghantam wajah Dion hingga jatuh tersungkur.
"Apa kamu bilang!" seru Saga tidak terima.
"Saga stop! Ada Kimmy!" Wenda panik. Ia menahan tubuh Saga dengan kekuatan seadanya sambil menyembunyikan wajah Kimmy di atas pundak. Wenda berusaha semaksimal mungkin agar Kimmy tidak melihat aksi kekerasan yang dilakukan oleh sang kakak.
"Jaga bicara kamu!" tukas Saga dengan nada penuh penekanan kepada Dion.
"Saga udah cukup. Nggak perlu ladenin cowok nggak jelas kayak dia, ayo kita pulang," ajak Wenda seraya menarik lengan Saga untuk pergi.
"Dasar cowok cupu! Nggak pantes lo buat Wenda!" Dion masih berteriak dan memprovokasi Saga. Namun, Wenda berhasil mengajak Saga kembali ke mobil.
Cukup lama hening menyelimuti keduanya di dalam mobil. Wenda masih mengelus puncak kepala Kimmy yang sekarang tertidur pulas di pangkuan. Sementara itu Saga melajukan mobil sambil mengedarkan pandangan ke sekitar untuk mencari apotek terdekat.
Tidak jauh dari jangkauan, logo ular dan gelas warna hijau terang menarik atensi Saga. Segera ia meminggirkan mobil lalu turun tanpa kata. Wenda menoleh dan melihat luka gores yang rasa sakitnya hampir terlupakan.
Saga setengah berlari setelah mendapatkan obat merah untuk mengobati luka goreng Wenda. Ia masuk ke dalam mobil lalu meraih tangan Wenda.
"Aku obati sebentar," ujar Saga.
Wenda menurut. Keningnya berkerut saat rasa perih memenuhi lukanya. Sesekali Saga melirik pada Wenda yang meringis. Lantas ia meniup luka tersebut guna mengurangi rasa sakit.
Wenda melihat pada Saga yang selalu memperlakukannya dengan sangat hati-hati. Ia seperti sesuatu yang berharga dan perlu dijaga dengan baik.
"Sh, aw!" seru Wenda saat Saga mengoleskan salep pada lukanya agar cepat kering.
"Sakit ya? Maaf," kata Saga sambil mendongak kepada Wenda.
Kepala Wenda menggeleng lalu ia mengulas senyum tipis. "Nggak sakit kok. Kamu kenapa dari tadi diem aja?"
Saga membuang muka. Ia kembali menoleh dengan hati-hati salep pada bagian siku.
"Nggak apa-apa," jawab Saga dengan intonasi yang lirih. Ia diam beberapa detik lalu bersuara kembali. "Maaf."
"Untuk apa?"
"Tidak bisa menjaga kamu," jawab Saga singkat.
Memasukkan kembali salep ke dalam plastik kecil lalu memasangkan seatbelt di tubuhnya. Saga seolah tidak berani beradu pandang dengan Wenda. Ia sedikit terpengaruh akan ucapan Dion tadi.
Wenda memajukan posisi tubuh lalu mencium pipi Saga. "Kamu adalah penjagaku yang paling baik. Tadi bukan kesalahan kamu."
Kedua iris Saga terlempar pada pribadi Wenda. Tidak mungkin jika motor itu tiba-tiba datang dari arah yang berlawanan dan ngebut seperti tadi. Cukup aneh sebab pengendara motor itu tidak berhenti dan terus melaju tanpa rasa bersalah. Apakah mungkin ada yang ingin mencelakakan Wenda?
Jika memang ada, mungkin itu dari pihak Saga. Sebab sekarang ia sedang menjadi sorotan beberapa pemegang saham Gunawan grup. Pun ada beberapa pihak yang tidak menginginkan Saga menjabat sebagai pemimpin perusahaan tersebut. Mencelakai Wenda bisa jadi salah satu cara agar Saga meninggalkannya dan gagal memenuhi salah satu syarat dari para pemegang saham.
"Hey, ada apa?" Suara Wenda membangunkan Saga dari lamunan sejenak.
Lantas senyuman tipis tercetak di bibir. "Nggak apa-apa."
Saga meraih tangan Wenda san mencium punggung tangannya. "Jangan jauh-jauh dari aku."
Meskipun kalimat Saga terdengar aneh di rungu, Wenda mengulas senyuman untuk melegakan hati sang kekasih.
***
Alunan musik anak memenuhi pelataran belakang rumah keluarga Gunawan. Saga menyulap tempat tersebut menjadi pelataran yang lebih luas dengan menutup bagian kolam renang.
Dedaunan plastik dan bunga-bunga dipasang sedemikian rupa sesuai dengan tema Zoo yang dipilih oleh Kimmy. Saga berjalan hilir mudik dengan kostum harimau untuk memastikan semua persiapan sudah sesuai. Ia tidak jadi mengenakan kostum kucing karena Kimmy memprotes. Katanya di hutan tidak ada kucing.
Kimmy bersama teman-temannya menikmati pertunjukan sulap yang dilakukan oleh badut sewaan. Meskipun badut keliling, tetapi sangat profesional dan bisa menciptakan gelak tawa di sana. Wenda yang memilih badut keliling untuk berbagi rezeki.
Kostum cokelat pemandu safari melekuk tubuh Wenda, lengkap dengan bucket hat. Sedari tadi ia juga sangat sibuk untuk memastikan makanan dan cemilan dengan tamu undangan yang datang. Beberapa teman Bianca banyak yang berdatangan tanpa undangan. Sehingga Wenda harus menambah jumlah makanan dari catering lain.
"Sayang." Saga menarik tubuh Wenda ke samping toilet. Sejak acara dimulai, Saga tidak bisa mencuri waktu untuk sekedar berbincang singkat dengan sang kekasih.
"Saga! Aku mau cek satenya dulu, takut kehabisan," ujar Wenda seraya melirik ke kanan dan kiri.
"Bentar aja. Kamu sibuk banget sampai aku dicuekin sih," protes Saga.
"Saga, ini lagi di ulang tahun Kimmy. Nanti kalau udah selesai juga kita bisa ngobrol. Udah ah! Kamu kayak anak kecil." Tangan Saga menahan Wenda ketika wanita itu mau pergi.
"Bentar dong."
"Apa lagi?"
Saga mengerlingkan matanya genit, seolah memberikan sinyal untuk membuat adegan dewasa bersama Wenda.
"Dikit aja," pinta Saga.
[Baca part utuh di Karyakarsa]
"Seharusnya kalimat itu ditujukan untuk kamu Sabiru," jawab Saga sambil menarik salah satu sudut bibirnya. Lantas ia menunjuk dada Sabiru dengan jari telunjuk. Tatapan dingin Saga masih tercurah penuh pada sang kakak ipar. "Keserakahan akan menghancurkanmu!"
TO BE CONTINUED....
Halo, Saga dan Wenda datang lagi nih ^^ Di Karyakarsa sudah tamat dan akan ada epilog dari cerita ini ya. Buat yang pengen baca lebih cepat bisa langsung meluncur. Selamat membaca ^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro