Trim, Saous, and Soul
HUDSON'S PENUH DENGAN pengunjung saat jam makan siang. Charlie berkeringat di dalam seragam pelayannya, membawa lebih banyak nampan burger dan kentang goreng ke meja-meja. Saat itu selesai, dia melihat ke jam yang tergantung tepat di atas pintu masuk dan mengernyit. Dia belum melihat John sejauh ini.
"Menunggu seseorang Sweet Cheek?"
Charlie menarik pandangan dari jarum jam dan melihat teman satu shift-nya. Emma tersenyum, menggerakkan alisnya naik dan turun untuk menggodanya. Dia beberapa tahun lebih tua dari Charlie dan benar-benar menarik dengan caranya. "Bukan yang spesial."
"Seorang pria?"
"Semacam," jawab Charlie, tapi kemudian dia menghela napas, Charlie pikir John tidak akan muncul. Tidak ada alasan bagi pria itu untuk pergi ke bar hanya untuk makan siang dengannya. Charlie menggelengkan kepalanya, merasa bodoh karena benar-benar berharap untuk melihat John lagi. John memang sudah bersikap baik dengannya tapi mungkin itu hanya bagaimana dia atau itu mungkin karena dia putri Sheriff. Apa pun itu, pasti bukan karena John tertarik padanya.
"Semacam ya?" ucap Emma, dia masih menatap Charlie, berharap dia akan menumpahkan lebih banyak informasi.
"Sungguh Em, aku bahkan tidak akan mengatakan apa-apa lagi." Charlie berbalik untuk mengambil lebih banyak pesanan dari dua anak laki-laki yang baru saja memasuki bar. Mereka melihatnya, menilai dengan mata mereka sebelum tersenyum dan menggoda.
"Hudson punya gadis baru?" tanya yang berambut pirang, dia memiliki senyum menggemaskan, yang Charlie pikir akan disukai gadis-gadis di sekolah menengahnya dulu.
"Dan gadis itu menunggu untuk mencatat pesananmu, Boys!" Charlie memberi mereka berdua senyum standar dan mengetuk pensilnya ke pipi. "Tolong, apa yang kalian pesan?"
"Bagaimana dengan nomor ponselmu, Sweet Pea? Aku akan memesan itu," jawab yang berambut gelap. Charlie memutar bola matanya.
"Itu tidak tersedia di menu, Boys. Jika kalian tidak membuat pesanan kalian, aku yang akan membuat pilihan untuk kamu berdua, jadi?"
"Hanya beri kami namamu, Sweetie!"
"Baik, itu akan menjadi burger king dengan ekstra saus dan satu root beer untuk masing-masing dari kalian," Charlie menulis di catatannya dan kemudian mendongak pada kedua laki-laki di depannya, "apakah itu oke?"
"Aku lebih suka OJ jika kamu tidak keberatan, Swsetie," ucap yang berambut gelap, Charlie menaikkan alisnya, "apa? Aku hanya tidak suka bir. Itu saja."
Charlie tidak mengenal banyak pria yang tidak mencintai bir, tapi dia tidak berdebat dan hanya membuat coretan pada pesanannya. "Jadi dua burger king dengan ekstra saus, satu root beer, dan satu OJ. Apakah itu semua?"
"Namamu Sweet Pea?"
"Charlotte Peyton." Itu akhirnya membungkam mereka. Charlie tidak tahu nama belakangnya begitu efektif.
"Oh sial, Bob! Putri Sheriff Andy!" dengus yang berambut pirang sambil meninju lengan temannya. Jadi sekarang Charlie tahu si rambut gelap adalah Bob.
"Beri aku beberapa menit untuk membawa pesanan kalian," ucap Charlie, dan sekali lagi dia kembali ke dapur. Bersandar pada jendela kecil tempat dia menjepit pesanan dan berteriak pada Dev yang masih bergulat dengan tumpukan kentang goreng. "Dua burger king dengan ekstra saus untuk meja nomor tujuh, Dev!"
"Lagi?" dengus Dev, Charlie tidak bisa menahan diri untuk tidak memutar bola matanya.
"Lagi."
"Ada apa dengan orang-orang zaman sekarang yang begitu menikmati makanan sampah?" gerutu Dev, meski dia tetap melempar beef di atas pemanggang.
"Aku tidak akan tahu." Charlie mengedikkan bahu dengan menyesal, seolah dia benar-banar sedih tentang fakta itu juga.
"Apakah kamu yakin telah memasukkan salad ke menu?" Dev memelototinya dan Charlie mengangkat tangannya untuk menyerah.
"Aku pasti melakukan itu. Hanya saja orang-orang suka daging. Ayo Dev, meja nomor tujuh menunggu."
Mendengus jijik yang lain dan Dev membalik potongan beef dengan gusar. Charlie tidak akan pernah mengerti kenapa Dev Carington bekerja di Hudson jika dia begitu membenci makanan cepat saji. Beberapa menit gerutuan dan desis minyak pada daging yang mulai matang serta gumamam tidak setuju Dev pada pola makan yang tidak sehat, sebelum akhirnya Charlie kembali untuk mengantar pesanan. Kali ini dia hampir tersandung kakinya, karena di sana, di meja sudut dekat dengan jendela, ada John. Dan Emma menggodanya, tidak kurang. Bukannya Charlie bisa menyalahkan Em, John tidak bisa diabaikan. Bukan dengen wajah dan tubuh itu.
"Bukankah itu Johnathan Cooper?" Charlie menangkap kata-kata Bob pada teman pirangnya saat dia hampir mencapai meja mereka. "Apa yang dia lakukan di Hudson?"
"Makan? Bukankah itu yang orang lakukan di Hudson?" balas Charlie sedikit terlalu tajam. Dia tidak bermaksud begitu tapi mendengar nada tidak ramah Bob tentang John membuatnya sedikit kesal.
Bob mengalihkan matanya dari John untuk melihatnya dangan sedikit terkejut dan tidak setuju. "Kamu tidak mengerti."
"Apa yang tidak aku mengerti?"
"Cooper tidak makan di tempat seperti Hudson." Si pirang mengatakan itu seolah itu menjelaskan semuanya.
"Mungkin dia ingin mencoba sesuatu yang baru? Lagi pula itu bukan urusan kalian di mana dia memilih untuk makan siang."
"Yah, bukan masalah kita kecuali fakta bahwa dua mayat gadis ditemukan di tanah peternakannya." Kali ini Bob melotot pada Charlie, hampir menantangnya untuk berdebat tentang itu. "Dia mungkin mengintai korban berikutnya. Lihat caranya menggoda Em."
"Dia tidak menggoda," ucap Charlie defensif. "Dan siapa yang mengatakan John adalah pembunuhnya?"
"Tidak ada, tapi semua orang tahu Sheriff Andy dan Ethan pergi ke rumah peternakan untuk menanyainya," si rambut pirang mengambil gigitan besar burger dan menunjuk John dengan dagunya, "semua orang di Port Isabel juga tahu ada yang aneh tentang Johnathan. Terlalu tertutup."
Charlie tidak tahan lagi dengan percakapan itu. Dia telah tinggal di LA dan sudah mendengar jutaan gosip tentang bintang Hollywood. Dia telah melihat orang hancur karena asumsi yang salah tempat dan prasangka. Namun dia tidak mengharapkan itu juga terjadi di kota kecil seperti Port Isabel. Jadi dia tidak mengatakan apa pun lagi saat berjalan ke meja John, dan melambai pada Emma. "Aku akan mengambil jam makan siangku sekarang, Em. Bisakah kamu pergi ke meja nomor lima dan lihat apa yang mereka pesan?"
Emma menatap antara dia dan John sebelum tersenyum seolah dia tahu rahasia yang bernilai satu juta dolar. "Aku akan melakukan itu."
"Terima kasih," balas Charlie, Emma membalasnya dengan anggukan ringan dan berbisik saat melewatinya.
"Jadi ... tidak spesial ya?"
"Pergi Em!" Charlie mendorongnya menjauh dan mereka berdua tertawa saat Em menembaknya dengan tatapan ingin tahu, tapi sekali lagi Charlie mengabaikannya dan berbalik pada John. "Kamu di sini."
"Aku di sini," jawab John, dia melepaskan topi cowboy miliknya dan memberi petunjuk pada Charlie untuk bergabung di mejanya. "Aku memesan satu burger king dengan ekstra saus untuk masing-masing dari kita. Root beer untukku dan OJ untukmu. Aku tidak bertanya lebih dulu, apakah itu baik-baik saja?"
"Itu oke, tapi Dev akan gila." John menatapnya dengan tidak mengerti dan itu membuatnya tertawa. "Dev adalah koki kami, dan dia benci masakan cepat saji."
"Lalu kenapa bekerja di Hudson?"
"Aku tidak akan pernah tahu," jawab Charlie. "Aku pikir dia terobsesi."
John menaikkan alisnya, dan saat sudut bibirnya terangkat membentuk senyum kecil yang hampir tidak akan terlihat Charlie merasa pipinya memanas. "Terobsesi pada apa?"
"Pada makanan sehat. Dia berharap seseorang memesan salad alih-alih burger dan kentang goreng."
"Lalu aku akan memesan salad lain kali."
"Lain kali?"
"Ya, kenapa tidak?"
"Bob dan pirang di sana mengatakan kamu tidak makan di tempat seperti Hudson sebelum ini." Charlie menatap ke meja nomor tujuh dan John mengikuti pandangannya.
"Apa lagi yang mereka katakan?"
"Kamu tidak ingin mendengarnya," jawab Charlie, dan saat itu Em kembali dengan pesanan mereka. Mengedipkan mata untuk menggoda John sebelum pergi dengan goyangan di pinggul yang ramping.
"Aku tahu apa yang dipikirkan orang-orang."
Charlie menghela napas, tidak terkejut jika John telah menyadari apa yang dipikirkan orang-orang tentangnya. Lagi pula Port Isabel bukan kota yang besar. Gosip akan menyebar secepat api pada sekam. "Tapi kamu tidak melakukannya, bukan?"
"Tidak, tapi itu memang terjadi di tanahku. Sheriff memintaku untuk mencari tahu lebih banyak petunjuk, untuk menyelidiki staf peternakan juga."
"Andy pikir seseorang yang tinggal di rumah peternakan melakukan pembunuhan keji itu?" Wajah Charlie pasti terlihat ketakutan karena John meletakkan tangannya di atas miliknya untuk menenangkan.
"Aku mengenal orang-orangku, dan aku yakin bukan salah satu dari mereka yang melakukan itu."
"Tapi jika—"
"Tidak perlu khawatir, oke? Ayo makan!" John mendorong piring ke arahnya dan tersenyum. Kali ini senyum tegang yang dipaksakan, Charlie tidak suka itu.
Charlie mengangguk dan makan tumpukan burgernya yang terlalu besar sebelum meminum OJ setelah gigitan pertama. "Apakah benar-banar tidak ada petunjuk tentang pembunuhan itu?"
"Andy sedang mencari tahu, beri lebih banyak waktu dan dia akan menemukan siapa pun orang yang membunuh dengan begitu mengerikan. Dia Sheriff yang baik."
"Itu tidak menghentikanku untuk khawatir. Seorang pembunuh ada di luar sana. Seseorang bisa terluka, lebih buruk, seseorang bisa mati. Seseorang yang tidak bersalah."
"Aku tidak tahu harus mengatakan apa untuk membuatmu merasa lebih baik."
"Tidak ada yang kamu katakan akan menbuatku merasa lebih baik," desah Charlie sebelum dia menganbil gigitan lain dan menelan lalu kembali berkata, "kecuali kamu membiarkan aku kembali ke peternakan dan mencari tahu."
Itu membuat John hampir tersedak root beer yang dia tenggak. "Apa?"
"Aku tahu mungkin tidak banyak yang bisa aku lakukan, tapi lebih banyak mata pasti lebih baik bukan?"
"Andy tidak akan berpikir begitu."
"Andy tidak harus tahu."
"Charlie, itu bukan ide yang bagus. Kamu mungkin menarik perhatian pembunuh. Kamu mungkin menempatkan target di punggungmu dengan ikut campur tentang kasus ini."
"Jadi aku harus duduk diam dan menunggu? Di mana jiwaku bisa melakukan itu?" balas Charlie dengan jijik. Dia bukan detektif atau sesuatu seperti itu, tapi rasanya salah saat potongan mayat ditemukan dan dia hanya diam.
"Orang lain juga hanya duduk dan menunggu."
"Dan karena itulah pembunuh masih di luar sana."
"Apa yang kamu harap akan temukan?" John meletakkan root beernya, dan terdengar lebih kesal saat dia menatap Charlie.
"Aku tidak tahu jika aku belum mencoba. Mungkin aku akan melihat hal aneh yang terlewat. Mungkin tidak, tapi itu akan menbuatku merasa lebih baik karena mencoba melakukan sesuatu. Aku melihat mayat gadis itu. Itu mengerikan."
"Aku tidak berharap percakapan makan siang kita akan pergi ke sini."
"Apa yang kamu harapkan, Johnathan?" Charlie membungkuk di atas meja untuk lebih dekat.
"Beberapa menggoda dan mungkin ciuman yang dicuri, tapi bukan mayat dan pembunuhan."
Charlie meledak tertawa, tidak bisa menahannya. "Kamu pikir aku ingin menciummu?"
"Aku tahu kamu ingin menciumku." John menyeringai dan itu hanya membuat Charlie tertawa lebih keras.
"Dan jika itu benar, apakah kamu akan menciumku?" tanya Charlie, dia tidak tahu dari mana keberanian itu datang. Dia tidak pandai menggoda, terutama tidak dengan pria yang baru beberapa hari dia kenal tapi John membuatnya merasa berbeda. Seolah dia bukan Charlotte Peyton yang harus selalu menjaga ibunya, harus menjadi sisi rasional dan mengambil tindakan aman. Dengan John, dia merasa bebas, mungkin itu karena mereka bertemu dengan cara yang memalukan, mungkin itu karena dia tahu sesuatu tentang John adalah misteri. Mungkin itu hanya karena dia ingin mengenalnya dengan lebih baik. Apa pun alasannya, Charlie merasa lebih hidup di sekitarnya.
"Kamu tujuh belas tahun."
"Dan kamu?"
"Dua puluh tujuh. Cukup alasan untuk meninggalkan kamu sendirian. Mungkin Bob dan pirang di sana lebih masuk ke dalam ligamu."
"Apakah itu artinya tidak?" Charlie bertanya dengan ringan meski jantungnya berlari lebih cepat.
"Aku akan berbohong jika mengatakan aku tidak tergoda."
"Sepotong demi sepotong."
"Apa?"
Charlie menatap tepat ke matanya dan tersenyum. "Aku akan melihat jiwa itu sepotong demi sepotong. Apa yang ada di sana yang belum dilihat orang lain John?"
"Hal-hal gelap Charlie. Hal-hal yang tidak ingin kamu tahu." John diam setelah itu, sadar bahwa dia telah melempar umpan yang tidak bisa dia tarik lagi. Karena Charlie benar-banar ingin tahu sekarang.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro