Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

07. Dia

We Got Married © HeraUzuchii

Naruto © Masashi Kishimoto

A NaruSasu Fanfiction

Romance, Humor, sedikit bumbu Hurt

YAOI, OOC, TYPO(S), AU

PERHATIAN!
Untuk yang tidak menyukai ke-OOC-an, harap menghindar dari FANFIC ini.

Happy Reading

.

.

.


Sasuke ingin perjalanan ini segera selesai. Ia ingin secepatnya tiba pada tempat tujuan, memilih cincin pernikahan dengan cepat dan kembali pulang, tentu tidak dengan menumpang mobil Naruto lagi.

Sasuke tidak akan mau terulang kedua kalinya, terjebak dalam mobil dengan sepasang kekasih yang kasmaran. Matanya iritasi melihat perlakuan lembut Naruto pada Kaouro --begitu nama yang Sasuke dengar ketika Naruto memperkenalkannya-- telinganya juga terasa panas mendengar kata-kata gombalan yang terus Naruto keluarkan. Bukannya Sasuke cemburu, ia hanya tidak suka dengan kenorakan sepasang kekasih di depannya yang tidak ingat jika ada orang lain bersama mereka. Memangnya Sasuke ini apa? Obat nyamuk?

Sasuke memilih memperhatikan keadaan jalanan melalui jendela di sebelahnya daripada pemandangan norak di depannya, meski lehernya mulai terasa sakit. Kenapa juga perjalanan ini begitu lambat?

"Sasuke-san."

Sasuke --terpaksa-- menoleh pada suara lembut tersebut. Mendapati Kaouro tengah menatapnya dengan senyuman ramah di bibir tipisnya. Tidak bisa dipungkiri, Kaouro memang tampan. Sasuke membalas dengan senyum tipis sebagai bentuk kesopanan, tapi ia tidak berniat sama sekali menyahuti dengan kata.

"Bagaimana rasanya akan menikah?" tanya Kaouro antusias.

Sebelumnya, saat perkenalan tadi, Naruto menjelaskan bahwa Sasuke adalah sepupu sekaligus teman semasa kecilnya. Menceritakan pula bahwa Sasuke akan menikah dan Naruto diminta menemaninya mencari cincin pernikahan, karena calon Sasuke tengah sibuk. Pembohong profesional, menurut Sasuke. Menyusun skenario kebohongan, juga berbicara dengan begitu lancarnya. Keahlian lain Uzumaki Naruto yang baru Sasuke ketahui.

"Biasa saja," jawab Sasuke santai.

Kaouro melebarkan matanya yang bulat menjadi semakin bulat, itu terlihat lucu bagi Sasuke.

"Seharusnya kau merasa bahagia, gugup atau semacamnya. Mengapa biasa saja?" Kaouro bertanya heran.

Sasuke tertawa kecil, selain karena ekspresi Kaouro yang lucu, pertanyaannya juga lucu bagi Sasuke. Mengapa ia harus bahagia dengan pernikahannya dengan seseorang yang sudah memiliki kekasih? Gugup? Ya, mungkin ia merasa gugup.

"Gugup tentu saja," ucap Sasuke. "Tapi, untuk bahagia... Rasanya tidak," lanjut Sasuke di ikuti senyum geli. Karena lagi-lagi wajah Kaouro terlihat lucu, wajah terkejutnya itu menggemaskan. Lihat saja, hingga membuat Naruto yang sedari tadi sesekali memperhatikan mencubit pipinya gemas.

"Aw! Naruto! Apa yang kau lakukan?" teriak Kaouro sebal. Bibirnya ia majukan sedikit dengan tangan yang mengelus pipi putihnya yang memerah. Oke, itu cukup imut dan... Kekanakan.

"Kau menggemaskan," kata Naruto mengacak rambut cokelat Kaouro.

Kaouro memerah malu.

Untuk kali ini Sasuke tidak merasa jijik, namun perasaan bersalah merasuk ke dirinya. Ia menduduk, memainkan jemarinya. Naruto terlihat menyayangi Kaouro, begitu pun sebaliknya. Dan ia, Sasuke, hadir di tengah kebahagian hubungan keduanya, yang pasti akan menghancurkan segalanya. Sasuke merasa jahat, tapi ekonomi keluarganya jauh lebih penting.

"Kita sudah sampai!" kata Naruto ceria.

Sasuke belum pernah melihat sisi Naruto yang tersenyum bahagia seperti sekarang, atau wajah jahilnya ketika menggoda Kaouro, apalagi senyum lembutnya. Naruto selalu cemberut dan sinis padanya. Sasuke merasa itu wajar saja, karena Naruto tidak menyukai kehadiran dirinya yang pasti dianggap pengganggu.

Sasuke keluar lebih dulu yang disusul Kaouro, kemudian Naruto. Sasuke bisa melihat dari samping dengan jelas wajah terkejut Naruto ketika melihat toko perhiasan yang berdiri di depan mereka. Seperti ada suatu emosi lain di wajah itu yang baru pertama kali Sasuke lihat dari Naruto.

"Naruto."

Suara lembut Kaouro akhirnya menyadarkan Naruto yang hanya berdiri memandangi nama toko tersebut.

"Ah, ayo kita masuk," ajak Naruto menggandeng Kaouro.

Sasuke mengikutinya di belakang. Ia bingung, siapa yang akan menikah sebenarnya? Mengapa ia yang berjalan di belakang. Bukan berarti ia berharap bergandengan dengan Naruto, tapi ini terasa aneh saja.

Sesampai di dalam mereka di sambut seorang wanita cantik yang menjelaskan perihal tokonya, kemudian mempersilahkan untuk memilih.

"Kaouro, kau melihat-lihatlah. Aku mememani Sasuke dulu."

Kaouro tersenyum dan mengangguk. Setelahnya ia berlalu setalah memberikan sebuah kecupan di pipi bergaris unik Naruto.

Naruto hanya membalas dengan senyum kecil. Ia menjadi sedikit berbeda semenjak tiba di toko ini. Setidaknya itu yang Sasuke rasakan.

Sasuke pikir Naruto akan mengajaknya, tapi ternyata salah, Naruto berjalan meninggalkannya menuju seorang pelayan yang menyambut mereka tadi. Sasuke tidak peduli, ia hanya bingung harus melakukan apa. Pada akhirnya ia memilih mengikuti Naruto saja.

Naruto tidak mengerti pada dirinya. Ia bahkan tidak tahu mengapa ia memilih toko perhiasan ini, padahal masih banyak toko lain yang lebih mewah dan dekat.

Naruto menoleh sekilas merasakan keberadaan Sasuke yang baru tiba di dekatnya. "Kau mau yang seperti apa?" tanyanya tanpa memandang Sasuke, matanya sibuk menelusuri berbagai macam cincin di etalase.

"Terserah," jawab Sasuke singkat. Sasuke memang tidak tahu harus memilih yang bagaimana, ia pasrah saja. Toh, pernikahan ini hanya bentuk formalitas.

Naruto tidak merespon. Matanya berbinar senang menangkap hal yang sedari tadi ia cari, sebuah cincin pernikahan sederhana yang dilapisi emas putih. Ia meminta sang pelayan toko untuk mengambilkannya, senyuman lebar hadir di wajahnya kala ia menyentuh cincin tersebut.

Sasuke hanya diam memperhatian Naruto. Senyum yang Naruto tampilkan begitu berbeda dengan yang ia lihat sejak di mobil tadi. Hal itu membuat Sasuke penasaran dengan sosok Naruto, seperti ada sebuah rahasia yang Naruto simpan sendiri.

Masih terasa sama seperti dulu. Permukaan cincin itu masih sama, tidak ada yang berubah. Naruto kira cincin di genggamannya ini sudah tidak ada, mengingat terakhir kala ia berkunjung ke toko ini adalah ketika ia masih bersekolah, saat itu ia pergi bersama dengan

Dia.

Hanya sebuah cincin. Namun, mengingatkan Naruto pada semuanya, masa lalu dan. Dia.

Kembali tercetak jelas wajah'nya', Teringat kembali suara'nya', segala tentang'nya' yang telah berusaha Naruto kubur dalam-dalam.

Hal yang Naruto tidak mengerti, mengapa ia menarik dirinya sendiri ke tempat ini. Tempat yang berusaha ia hindari. Namun, sebuah kalimat 'cincin pernikahan' membuatnya tanpa sadar membawanya pada masa lalu yang telah terkubur kembali ke permukaan.

Masih teringat jelas kala itu.

Janji yang 'mereka' buat di toko ini ketika mendapatkan cincin keinginan mereka. Cincin yang 'mereka' harapkan akan tersemat di jari manis masing-masing dengan ikatan suci di altar gereja. Namun, itu semua hanyalah angan-angan masa muda 'mereka'. Nyatanya, hanya ada perpisahan dan rasa sakit, bukan kebahagian yang Naruto dambakan.

"Naruto," panggil Sasuke menepuk bahu pemuda pirang di sampingnya yang tampak melamun.

Naruto tersentak kaget merasakan sentuhan di bahunya yang menariknya kembali ke dunia nyata. Ia menoleh pada Sasuke dengan wajah bingung.

"Kau baik-baik saja?" tanya Sasuke memandang wajah Naruto. Bisa ia lihat rasa sedih di mata itu.

Naruto mengangguk dan kembali beralih pada cincin di tangannya.

"Kami pilih cincin ini. Tolong ukirkan nama kami."

"Silakan tulis nama kalian," pinta wanita tersebut dengan memberikan sebuah kertas dan bolpoin pada Naruto.

Naruto menerima kertas dan bolpoin tersebut, menuliskan namanya dan Sasuke. Setelahnya ia kembalikan dua benda tersebut pada sang pelayan.

Kemudian Naruto bernegosiasi dengan sang pelayan, soal harga dan pengambilan.

Sasuke hanya memperhatikan, ia hanya berbicara ketika pengukuran jarinya. Ia tidak menyangka Naruto akan memilihkan cincin pernikahan mereka, bahkan mengukir nama? Sasuke tidak mengira pemuda itu akan memilih cincin yang sederhana namun indah dan terkesan romantis dengan nama mereka.

"Aku sangat menyukai cincin itu," Naruto berujar pelan dengan senyum tulus, ia juga menatap Sasuke lembut. "Ku harap kau juga menyukainya," lanjut Naruto.

Sasuke diam membalas tatapan Naruto. Mencari sebuah pandangan jahil yang sering Naruto tujukan padanya. Namun, tak ada. Hanya ketulusan dan keseriusan.

Sasuke tidak mengerti. Mengapa? Bukankah Naruto tidak suka dengan pernikahan ini? Mengapa ia repot-repot mencari cincin sesuai keinginan mereka berdua? Mengapa harus ada ukiran nama? Bagaimana jika Kaouro melihatnya?

Ah. Itu hanya sebuah cincin. Bukan berarti apa pun. Ya, hanya cincin pernikahan. Mungkin, Naruto hanya ingin membuat Ayahnya senang.

***

Seharusnya dirinya sudah tiba di rumah. Tetapi, ketika pamit, Kaouro memintanya untuk bergabung bersama mereka untuk sekadar mengobrol dan mengakrabkan diri. Kaouro ingin akrab dengannya. Sehingga di sinilah Sasuke berakhir, sebuah Caffe sederhana kesukaan Kaouro. Sasuke semakin merasa dirinya sebagai orang jahat.

Beberapa jam ia habiskan dengan pasangan Naruto-Kaouro membuatnya sedikit memahami sifat keduanya; Naruto yang suka menggoda, ceria dan cerewet. Kaouro yang lembut, manis dan sabar menghadapi Naruto. Mereka terlihat serasi di mata Sasuke.

"Sasuke, kau bilang, kau tidak bahagia dengan pernikahanmu, kan?" tanya Kaouro mengembalikan topik yang sempat terpotong di mobil tadi.

Sasuke mengangguk. Mendadak ia merasa tidak nyaman dengan obrolan kali ini.

"Mengapa?"

Sasuke tahu, pasti Kaouro akan bertanya seperti itu. Ia menoleh pada Naruto yang sok sibuk dengan ponselnya, tidak berniat membantunya untuk menghentikan kekasihnya ini.

Sasuke menarik napas sebelum berkata, "bagaimana aku bahagia jika pernikahan ini didasarkan perjodohan." Ia tidak ingin berbohong. Setidaknya, bukan pada orangtuanya. Jika ia berkata jujur pada kedua orangtunya dengan mengatakan ia tidak bahagia, tentu saja pernikahan akan dibatalkan. Lalu, ia akan melihat keluarganya kesusahan. Sasuke tidak sampai hati untuk melihat itu.

Lagi. Wajah terkejut Kaouro nampak menggelikan. "Aku tidak tahu harus berkata apa, aku tidak tahu pasti perasaanmu saat ini."

Kaouro mengukurkan tangannya untuk menggenggan tangan Sasuke yang berada di atas meja.

"Tapi, Sasuke, yang aku tahu hanya satu cara untukmu bahagia--" Kaouro tersenyum begitu tampan. "--cinta. Belajarlah mencintainya dan buatlah ia mencintaimu. Kalian akan bahagia bersama. Sepertiku dan Naruto."

Sasuke tertegun mendengar perkataan Kaouro. Belajar mencintai Naruto? Membuat Naruto mencintainya? Bagaimana bisa ia mengatakan itu jika ia tahu kekasihnya lah yang akan di jodohkan dengannya?

"Jika kau butuh teman curhat atau apapun itu. Kau bisa bercerita padaku, minta saja nomor ponselku pada Naruto. Aku tahu, pasti rasanya berat dijodohkan seperti itu."

Kaouro itu baik, Sasuke dapat menyimpulkan itu. Pemuda itu juga terlihat polos dan begitu jujur. Senyumannya pun membuat tenang. Ia seperti malaikat yang selalu didambakan setiap manusia.

Tidak berbeda jauh dengan Sasuke. Naruto pun terdiam, ia tidak peduli pada layar ponselnya yang menampilkan 'game over' ia hanya memandang benda persegi panjang tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan.

***

"Pulang lebih cepat dari dugaanku."

Begitu sampai di rumah, Naruto di sambut oleh Karin yang tengah menonton di ruang tengah. Ia tersenyum sekilas menyahuti ucapan Karin. Ia mengurungkan niat untuk ke kamarnya, memilih mendudukkan diri bersama Karin.

"Terlihat tidak bersemangat, Naruto-sama." Karin memusatkan perhatiannya pada Naruto yang kini duduk bersandar pada sofa, mendongak, menatap langit-langit rumah.

"Aku akan menikah sebentar lagi," ucap Naruto hampir menyerupai sebuah igauan.

Karin mematikan televisi. Ia tahu setelah ini pemuda yang terlihat selalu ceria ini akan mengeluarkan 'unek-unek'

"Aku tidak pernah berpikir untuk menjalin sebuah hubungan yang sangat serius. Kau tahu, luka itu masih ada," Naruto berkata tanpa menatap Karin. Tapi, ia tahu gadis itu pasti mendengarkannya.

"Aku tidak pernah benar-benar mencintai seseorang selain dia--" Naruto menegakkan tubuhnya menghadap pada Karin. "--aku selalu berusaha. Namun, tidak ada yang mampu menggantikannya--"

"Itulah mengapa kau sering berganti pacar?" tanya Karin sekaligus memotong ucapan Naruto.

Naruto mengangguk, namun setelahnya langsung menggeleng. "Tidak juga. Aku memacari setiap orang yang aku suka. Dan akan ku tinggalkan ketika bosan atau bertemu dengan yang lebih aku suka. Ini hanya untuk kesenangan."

Sebatas kesenangan. Untuk melupakannya sejenak.

"Kau berbicara apa sih? Intinya kau dikenal sebagai player."

Naruto tertawa. "Bagiku tidak. Aku selalu mempunyai satu pacar. Ya, meski masa berpacarannya hanya sehari-dua hari. Kalau playboy itu punya pacar yang banyaaaaakkk."

"Terserah kau sajalah. Jadi, apa kau mencintai kekasihmu yang sekarang?" Karin memulai interogasinya.

"Tentu saja tidak. Bukankah sudah jelas ucapanku di awal?" Naruto sedikit kesal. Ia beranjak dari duduknya. Mood berceritanya seketika hilang karena Karin.

Karin mengangguk. Dengan cepat ia mengeluarkan suaranya ketika Naruto bersiap melangkah.

"Kalau begitu, cobalah mencintai Sasuke."

Naruto berhenti. Ia menatap Karin. "Kenapa harus Sasuke? Kenapa bukan Kaouro?" Ia mengangkat sebelah alisnya.

"Kau sama-sama tidak mencintai keduanya. Aku hanya memberi saran. Jika kau memilih Sasuke itu lebih mudah, karena touchan mu pasti akan setuju. Lagipula kau sudah tidak bisa menolak kenyataan akan menikah dengan Sasuke."

Naruto kembali duduk, ia merangkul Karin dan merekas bahunya pelan. "Kau benar. Tapi, Karin, belajar mencintai katamu? Itu tidak mudah, Sayang."

"Tidak mudah karena kau masih mencintai 'dia' kan? Oh, ayolah, Naruto. Dia itu masa lalu, mengapa kau masih saja memikirkannya?" Karin memutar bola mata malas.

"Kau tidak mengerti, Karin. Aku sudah berusaha keras melupakannya, tapi ada saja yang membuatku teringat padanya."

Naruto selalu berusaha melupakan dia. Bergonta-ganti pasangan, berharap akan ada yang dapat menggantikannya. Namun, nihil. Tidak ada yang seperti dirinya. Naruto akan cepat bosan, terlebih setelah melakukan sex. Naruto sadar, itu sangat brengsek.

"Selain itu, aku takut akan tersakiti--" ia menundukkan kepalanya. Kembali kejadian menyakitkan itu hadir di pikirannya.

"--lagi."





TBC

Jadi, Naruto itu punya orang yang ia cintaaaaa banget, tapi dia disakitin. Naruto ganti2 pcr, tpi tetep aja gamon. Dan naruto takut klo dia cinta sama orang lgi, dia bakal disakitin lgi. So, naruto takut jatuh cinta wkwk kecuali sama orang 'itu'  ---> si mantan
APAANSIH GUE INI.

060218

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro