Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Episode 11

Freza memasang senyum lebarnya saat keluarga mereka tengah makan bersama pagi ini. melihat itu, Frega menaikkan sebelah alisnya bingung, karena walaupun anak itu selalu terlihat bersinar, Freza tidak pernah menunjukkan senyum lebarnya sampai seperti saat ini, rasanya jika di ibaratkan di balik tubuh Freza terlihat sinar yang siap meledak kapan pun karena terlalu kuat energi positif yang di keluarkan oleh Freza.

"Ayah... ketinggalan sesuatu ya?" tanya Frega penasaran.

"Bunda juga nggak tau, tapi si Adek hari ini kelihatan bahagia banget, apalagi semalam tuh, malah nempel banget sama Kiandra."

Azgar memakan melon yang sudah di potong dadu dengan mendengarkan perbincangan kedua orang tua nya, tidak berniat ikut campur, dan hanya berfokus dengan pemikiran nya sendiri, perbincangan antara dirinya dan ketiga Kakaknya itu.

"Freza cuma senang kok Yah, Bun, karena semalam kita full team! Apalagi Kiandra nunna 'kan orang yang paling sulit buat ikut acara keluarga Fregilmadra." Jawab Freza dengan pembelaan.

"Ah yang benar, biasanya kalau yang begini tuh lagi jatuh cinta, iya gak sih Bun?"

Azzahra mengangguk dengan senyum hangat, membuat wajah Freza memerah di buatnya. Melihat wajah Freza memerah seperti itu membuat Frega tergelak di tempatnya, menatap lurus pada Freza yang saat ini menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangan. Terpekik gemas, Azzahra mendekati anaknya kemudian memeluk Freza dari samping, membuat Azgar yang sejak tadi diam memperhatikan dibuat terkekeh.

Jadi kamu suka sama Ayunda ya, za? Tanya Azgar dalam hati. Tapi maaf, kamu nggak bisa milikin dia dalam waktu dekat. Lanjutnya kemudian menyelesaikan acara sarapan paginya.

"Ayah, Bunda, Mas berangkat duluan ya, ada janji sama Faris buat isi bazar beberapa hari lagi." Ujar Azgar.

Frega dan Azzahra menoleh cepat, menatap Azgar dengan pandangan tak percaya, begitu juga Freza yang seolah melupakan jika saat ini ia tengah malu karena di goda oleh kedua orang tua nya sepagi ini.

"Mas ikutan bazar itu?" tanya Freza tak percaya.

"Iya Nak, kamu nggak di paksa oleh teman-teman atau gurumu 'kan?" tanya Azzahra.

"Kalau kamu dipaksa untuk mengikuti sesuatu yang nggak kamu suka, lebih baik jangan Mas, kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau, Ayah, Bunda, dan Adik kamu nggak pernah membandingkan kamu dengan orang lain di belakangmu." Kini giliran Frega yang angkat bicara saat melihat anak nya mengambil keputusan baru untuk mengikuti sesuatu yang melelahkan.

Berusaha menarik segaris senyum, Azgar tersenyum cerah dengan kedua mata yang terbentuk seperti bulan sabit, tangan kanan nya berada di belakang kepala menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal, membuat Frega, Azzahra, dan Freza melongo di tempat, bahkan Azzahra dibuat mimisan karena melihat anak pertamanya sangat tampan saat tersenyum dan dikelilingi cahaya yang sangat menenangkan hati.

"Nggak ada yang maksa Mas, Yah, Bun, Za." Kata Azgar mantap.

Menoleh ke samping, Frega menarik beberapa lembar tisu yang ada di tengah meja makan, kemudian mengelap dari bawah hidung sampai dagu Azzahra yang terkena darah. Freza yang melihat Ayahnya panik pun ikutan panik, membuat Azgar terdiam seperti orang bingung, kepalanya dimiringkan sedikit ke kanan, membuat Azzahra berlari ke arah Azgar dan memeluk anak pertamanya itu kuat.

"Jangan senyum lebar-lebar, jangan tebar pesona, jangan, pokoknya jangan!" ujar Azzahra ribut. "Bunda nggak rela ya, senyumnya di bagi-bagi keorang lain! nanti kalau mereka suka sama kamu, nanti kamu malah nikah cepat, terus nanti Bunda harus lihat muka asam nya Eza, Bunda nggak mau, kamu banyak-banyak senyum dirumah, biar Bunda capeknya ilang."

"Bun... maksudnya apa?" tanya Freza seolah tersedot ke dalam black hole karena mendengar Azzahra mengatakan hal itu.

Azagr tertawa renyah, membuat suasana ruang makan semakin hangat, bahkan salah satu bibi yang bekerja ikut tersenyum bahagia karean melihat Azgar mampu mengekspresikan perasaan nya saat ini.

"Nak... kamu nggak kerasukkan kan?" tanya Frega ngawur.

"Ayah nih, nggak lah Yah, mana mungkin Mas Azgar begitu!" sangkal Freza. "Tapi rasanya ketemu sama Mas Azgar yang lain."

"Yeu, kamu juga sama aja!" kesal Frega dengan menjitak kepala Freza.

"Hahahaha, yasudah, Azgar berangkat sekarang ya Yah, Bun," ujar Azgar dengan berpamitan dan bersalaman pada kedua orang tua nya. "Kamu mau berangkat sekarang atau nanti?"

"Nanti deh Mas, Freza mau di sayang-sayang dulu sama Ayah, mau minta uang saku lebih, habis dari Banjarmasin nggak bawa apa-apa soalnya."

"Hahaha, kamu ini, yasudah, Mas berangkat duluan. Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaiku salam..."

***

Randu, Faris, dan Vilza duduk di dalam ruangan musik dengan masing-masing memegang stik drum, gitar, dan seperangkat alat rekaman milik Randu. Vilza lebih memilih memainkan gitar di bandingkan memainkan alat musik yang lain, sedangkan Randu lebih mahir mengaransemen lagu dan bernyanyi, jika Faris lebih berkonsentrasi memainkan drum karena sudah biasa saat ikut latihan sepupunya yang memiliki band di sekolah lain.

"Nanti mau nampilin apa memangnya?" tanya Faris.

"Maunya sih kita buat pertunjukkan bakat, mumpung ada panggung." Jawab Randu.

"Cewek lo pasti senang lihat cowoknya naik ke atas panggung."

"Nggak," jawab Randu mengalihkan pandangan kearah lain. "dia nggak suka, karena gue naik panggung bareng cewek lain." menghembuskan napas panjang, Randu tersenyum tipis. "Nggak usah di pikirin lah, tuman mereka mah, mending kita pikirin ini, gue punya lagu, lirik gue yang buat, sebetulnya gue juga udah buat musik nya, cuma itu buat plan B kalau kita semua nggak ke kejar bikin musiknya."

"Keren banget lo!"

"Jangan terlalu di puji, nanti dia besar kepala," protes Vilza. "kamu juga, Kayla nggak usah di dengar, dia begitu karena ketahuan dekat sama yang lain, makanya dia mencari pembelaan."

"Eh?" Faris mendekat sedikit pada Randu. "Jadi lo pacarnya si Kayla?"

"Iya, kenapa emang?"

"Kemarin gue lihat dia sama teman sekelas lo di mall sama cewek satu lagi, mereka bertiga gitu kalau nggak salah, si Kayla juga nempel banget sama cowok itu, gue kira mereka pacaran, ternyata nggak ya," jelas Faris dengan tangan mengusap dagu.

Randu terdiam cukup lama, begitupun dengan Vilza yang terkejut saat mendengar penjelasan Faris, lelaki yang baru di kenalnya. "Kamu ada buktinya? Nanti kamu salah orang lagi," ujar Vilza berusaha menenangkan hati Randu. "kamu kalau nggak ada bukti jangan dikasih tau Randu-"

"Ada kok, nih!" ujar Faris menunjukkan ponselnya. "Itu cowok gebet sepupu gue, makanya gue kaget kemarin pas lagi pergi sama Mama gue kok bisa-bisanya itu cowok pergi sama si Kayla."

"Terus... sepupu lo gimana?"

"Sepupu gue langsung block kontak nya sih, katanya sampah."

Terkekeh geli, Randu mengembalikkan ponsel Faris setelah mengirimkan foto itu pada akun whatsappnya.

"Assalamu'alaikum," ujar seseorang yang baru saja masuk.

"Wa'alaikum salam..."

"Lama banget Azgar!" protes Faris yang langsung menghampiri Azgar yang saat ini terkekeh geli melihat Faris yang marah-marah kepadanya. "Gue disini sampai pegal banget nungguin lo, mana megang stick drum doang dari tadi."

"Ya maaf, di jalan macet."

"Eh?" kepalanya di miringkan, "Emang nya nggak naik sepeda?" tanya Faris.

"Nggak, lagi mau naik mobil aja," menoleh ke depan, Azgar tersenyum hangat, membuat Vilza membulatkan mata, namun kedua matanya sudah terlebih dahulu ditutup oleh Randu dari belakang. "Hey, sorry terlambat. Kalian lagi bahas apa?"

"Bahas rekaman, gue udah buat lagu buat kita nanti, udah buat musiknya juga, tapi itu buat cadangan, kita bisa buat musiknya cepat kalau kita mulai dari sekarang."

"A.... begitu," ujar Azgar yang kini memilih duduk di sebelah Vilza dengan Faris di sebelahnya. "boleh dicoba, mau mulai sekarang aja atau gimana?"

"Sekarang aja mending, gue sama mau minta tolong ke kalian, tolong bantu gue, iringin gue nyanyiin lagu The Rose, Sorry."

"Kayak tau lagu itu," ujar Faris dan Azgar bersamaan.

"Ini kan ya Ris, Jicheobeorin Tonight, icheojiji anneun mal doriki su eopseo Sorry, igijeogin nan I'm Sorry ?" tanya Azgar dengan menyanyikan bagian reff lagu tersebut.

"Iya yang itu," jawab Faris.

"Itu kan artinya sedih, memangnya mau kamu berikan untuk siapa? Vilza?" tanya Azgar.

"Untuk kekasihku." Tertawa terbahak-bahak, Randu menepuk tangan riuh. "Ayo! Kita mulai sekarang, tinggal beberapa hari lagi, jadi ayo selesaikan dengan cepat!" seru Randu dengan nada bicara yang berubah.

***

Freza mencari Ayunda ke dalam kelasnya, membuat ia menjadi pusat perhatian siswi dan siswa yang ada di dalam kelas. Tersenyum hangat, Freza bertanya kemana Ayunda pada teman sekelasnya, namun tidak ada jawaban, hanya tatapan iri dan benci yang terpancar. Namun, ada satu orang lelaki yang mendekat dan tersenyum ramah.

"Cari Ayunda ya?" tanya lelaki itu.

"Ah itu, iya!" jawab Freza. "Ayunda nggak masuk sekolah kah?" sambung Freza balik bertanya.

Seringai terbentuk di sudut bibir, lelaki itu kembali tersenyum ramah sampai kedua matanya membentuk bulan sabit. "Mungkin dia terlambat, nanti gue kabarin deh, soalnya biasanya si Ayunda kasih tau kalau nggak masuk sekolah ke gue."

"Makasih ya Kak,"

"Sama-sama, oh iya, nama gue Aldo Rayaes Agung, lo boleh panggil gue Raya."

"Oke Kak Raya, kapan-kapan ikut nongki sama gue, Ayunda ya. gue Septra Ardinanto."

"Oke, Septra!" Melihat ke belakang, Raya menunjuk Ayunda yang baru saja datang. "Nah, itu si Ayunda, kalau gitu, gue ke kantin dulu ya Sep, mau beli makanan lapar hehehe." Pamit Raya dengan senyum hangat dan menepuk kecil bahu Freza.

Ayunda yang melihat interaksi antara Raya dan Freza dibuat terkejut. Menundukkan kepala, Raya berhenti sesaat di depan Ayunda. Kepalanya di miringkan dengan seringai di wajah.

"Aku mendapatkan yang aku mau, ingin bertaruh apa yang akan terjadi dengan anak itu jika kamu tidak menurut?" berbalik badan, Raya tersenyum lebar. "Nih Ayunda nih! Di jagain biar nggak hilang Sep! Haahaha,"

"Hahaha, Kak Raya bisa aja, siap Kak, gue jagain itu anak kecil satu!"

"Oke hahaha, duluan ya!"

Berbalik badan, menatap Ayunda, Raya tersenyum cerah. "Lihat semangat anak itu, bagiamana kalau aku buat berantakan? Dengarkan perkataanku, jangan menentangku."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro