Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Extra Part 6 : Lagi-Lagi Alex

Trinity tersentak saat tiba-tiba ponselnya berbunyi tanda ada telepon masuk. Dari Zaki. Trinity segera menerimanya.

"Halo," sapanya.

"Halo, Sayang. Kamu hari ini nggak ada acara, kan?" sahut Zaki.

"Nggak ada. Mau di kamar aja ngerjain tugas. Ada apa, Zak?"

"Bisa ikut aku keluar sebentar?"

"Ikut ke mana?" tanya Trinity lagi.

"Teman-teman mau pada datang. Kita mau makan siang bareng, ngobrol-ngobrol," jawab Zaki.

"Teman-teman kamu?"

"Teman-temanku kan teman-teman kamu juga. Shania nggak bilang? Devan pasti bakal ngajak Shania. Mereka kan lagi pdkt."

"Shania nggak bilang apa-apa tuh! Ih, tumben banget dia nggak heboh ngasih tau aku."

"Mungkin belum sempat. Bobby juga baru ngasih tahu aku pagi tadi. Please, Trin. Ikut, ya?" kata Zaki.

"Aku tanya Shania dulu. Dia ikut nggak. Kalau dia nggak ikut, aku juga nggak. Masa nanti aku jadi cewek sendirian di antara geng kamu."

"Jorgi juga mau ngajak Maudy kok."

"Aku nggak akrab sama Maudy."

"Shania pasti ikut. Telpon aja dia," kata Zaki.

"Jam setengah 12 aku jemput ya," lanjut Zaki. Setelah itu dia permisi menyudahi telepon.

Trinity segera menghubungi Shania. Benar saja, sahabatnya itu ternyata sedang menunggu Devan menjemputnya.

Kebetulan sekali, sudah lebih dari dua bulan Trinity tidak bertemu Shania. Sahabatnya itu pernah bilang, hubungannya dengan Devan semakin akrab, tapi mereka belum resmi jadian. Devan belum menyatakan apa-apa walau selalu menunjukkan kepeduliannya pada Shania. Sementara Shania tidak akan pernah menyatakan perasaannya pada Devan lebih dulu.

"Apalagi sih yang ditunggu Devan. Awas ya kalau dia php-in lo, Shan," kata Trinity lewat telepon.

"Biarin ajalah, Trin. Gue nggak buru-buru kok. Devan perhatian sama gue aja gue udah seneng," sahut Shania.

Trinity menghela napas. "Ya udah. Kita lanjutin ngobrolnya nanti pas ketemu ya. Biar gue sindir-sindir deh nanti si Devan," kata Trinity, sebelum menyudahi pembicaraan mereka.

Tepat pukul 11:30, Zaki sudah datang ke kosan Trinity. Tak lama mereka berangkat ke lokasi berkumpul. Sebuah tempat makan lesehan. Mereka memilih satu saung terbuka. Sambil makan bisa merasakan semilir angin dan mendengar gemericik air dari kolam di samping saung.

Jorgi dan Maudy sudah datang lebih dulu. Keduanya naik motor berboncengan dari Jakarta ke Depok. Tak lama sesudah Zaki dan Trinity, muncul Bobby, Ilham, Devan dan Shania. Bobby dan Ilham menumpang mobil Devan dari Jakarta, ikut ke Bogor menjemput Shania. Barulah mereka ke sini.

Trinity segera memilih duduk di samping Zaki dan Shania.

"Bob, lo masih single?" tanya Jorgi tiba-tiba.

"Kenapa memangnya? Lo mau ngenalin gue sama cewek manis yang masih single juga?" Bobby balik bertanya.

"Nggak, gue nanya doang," sahut Jorgi.

"Jangan sombong, mentang-mentang udah punya pacar," sindir Bobby.

"Gue nggak sombong kok, cuma ikut prihatin," bantah Jorgi.

"Nggak usah prihatin. Gue happy-happy aja kok walau single. Lagian masih ada Ilham yang singlejuga," kata Bobby sambil melirik Ilham.

"Kalau gue sih memang milih jadi single, Bob. Gue ogah pacaran kalo belum niat nikah. Ini namanya single bermartabat," ucap Ilham tetap tenang.

"Ah, lo belum ketemu aja sama cewek yang bisa bikin lo suka setengah mati. Entar kalo lo ketemu cewek yang bikin lo klepek-klepek, palingan lo bakal melanggar prinsip lo itu," sahut Bobby.

"Gue bakal jaga hati gue, Bob." Ilham masih tak mau kalah.

Bobby hanya mencebik. Sementara Trinity curiga melihat ekspresi Zaki berubah setelah membaca satu pesan yang masuk ponselnya. Lalu Zaki buru-buru mengetik balasannya.

"Eh, buruan pada pesan mau makan apa. Nanti lama lho nunggu masakannya mateng," kata Zaki, setelah mengirim pesan balasan. Sikap Zaki itu tak luput dari perhatian Trinity.

"Kalian tumben pada datang ke sini. Kata Zaki mendadak baru ngasih tau tadi pagi ya?" tanya Trinity sambil menyapu pandangan ke semua temannya.

"Pengin kumpul-kumpul aja, Trin. Udah beberapa bulan kan kita nggak ngumpul. Sebentar lagi ujian akhir semester. Sebelum kita makin sibuk, kumpul-kumpul dulu lah kita, sambil refreshing," jawab Devan.

"Kalau elo sih ada alasan lain kan, Van?" sindir Trinity.

Kening Devan berkerut. "Alasan lain apa, Trin?" tanyanya.

"Sekalian pengin ketemu Shania," kata Trinity.

"Kalau pengin ketemu Shania, gue tinggal datang ke rumah nenek Shania di Bogor. Nggak perlu pakai alasan kumpul-kumpul," bantah Devan.

Shania terkikik pelan melihat Trinity dibalas telak oleh Devan.

Lima belas menit kemudian satu per satu pesanan mereka datang. Trinity baru saja ingin melahap makanan pesanannya ketika sebuah suara mengejutkannya.

"Hai, Zaki, bisa ngomong sebentar?"

Seketika mata Trinity melotot melihat gadis yang bicara itu. Alex. Bagaimana Alex bisa tahu Zaki ada di sini? Dia langsung menoleh pada Zaki, pandangannya menajam.

"Alex! Hai, kamu mau makan siang sekalian?" tanya Zaki disertai senyum mengembang dan sikap kelewat ramah. Membuat Trinity semakin sebal.

"Nggak usah. Aku cuma mau ngasih USB kamu yang baru kutemukan tadi di kamarku. Sori, udah ngerepotin kamu, USB ini sempat hilang. Tadi kamu bilang aku datang aja ke sini," tolak Alex. Dia menyodorkan sebuah USB kepada Zaki. Zaki menerimanya.

"Makasih, Lex, udah nganterin USB ini ke sini. Oya, kenalin, ini teman-temanku," kata Zaki, sambil memperkenalkan temannya satu per satu.

Bobby langsung melongo melihat Alex. Dia menyalami Alex sambil matanya tak lepas memandangi gadis itu.

Sedangkan Trinity tanpa dia sadari bibirnya memberengut. Kecurigaannya tadi ternyata benar, ada sesuatu yang direncanakan Zaki. Kekasihnya itu sudah tahu Trinity tidak suka melihatnya terlalu akrab dengan Alex. Tapi sekarang Zaki malah sengaja mengundang gadis itu. Bahkan diajak ikut bergabung makan siang pula! Keterlaluan!

"Oke, aku balik sekarang. Selamat makan siang semuanya," kata Alex.

"Kamu serius, nggak mau makan siang bareng?" tanya Zaki sekali lagi. Refleks Trinity menyikut pinggang Zaki.

Alex tersenyum dan menggeleng.

"Aku nggak mau ganggu kalian. Udah ya. Bye semuanya," katanya, lalu berbalik dan pergi.

"Zak, lo kok nggak bilang-bilang punya teman satu jurusan secakep itu? Dia masih jomblo?" tanya Bobby pada Zaki yang duduk tepat di sebelahnya, begitu Alex sudah menjauh.

"Masih. Lo suka dia, Bob?" sahut Zaki.

"Gue suka tuh model cewek tangguh kayak gitu. Jadi inget Wonder Woman. Tapi kenapa lo manggil dia Alex, sih? Bagusan juga dipanggil Sandra."

"Coba aja lo panggil dia begitu kalo lo mau ngerasain muka lo dia tonjok," sahut Zaki santai tanpa menoleh ke Bobby.

"Hah?" Reaksi Bobby terkejut mendengar peringatan Zaki.

"Dia nggak suka dipanggil Sandra? Pernah ada yang dia tonjok gara-gara manggil Sandra?" tanya Bobby.

"Dia paling marah kalau ada orang tanpa izin manggil dia Sandra. Menurutnya, nama itu nunjukin kelemahan cewek. Pernah ada cowok yang deketin dia. Sok bersikap manis manggil dia Sandra. Tanpa basa-basi mukanya dia tonjok. Gue lihat sendiri. Beberapa teman juga lihat. Tentu cowok itu marah banget merasa dipermalukan. Tapi dia nggak berkutik melawan Alex," jawab Zaki.

"Wow! Gue suka cewek kayak gitu. Susah ditaklukin," kata Bobby sambil nyengir lebar.

"Lo yakin bisa naklukin dia? Lo bisa ilmu bela diri apa, Bob? Soalnya, Alex jago Thai Boxing. Hati-hati aja kalo jadi pacarnya. Jangan sampe lo bikin dia marah," ucap Zaki.

"Hah?" Bobby melongo lagi. "Lo bercanda kan, Zak? Dia ... jago Thai Boxing?" lanjut Bobby.

"Gue serius. Tadi lo bilang lo suka sama cewek tangguh ala Wonder Woman."

"Tapi kalo jago Thai Boxing gue mikir-mikir juga sih. Ngeri juga ya, kalo ditonjok dan ditendang. Bisa babak belur gue."

Zaki tergelak.

"Bob, masa lo kalah sebelum berperang sih? Coba dulu dong. Siapa tau Alex suka sama cowok kayak lo," ujar Jorgi ikut memanas-manasi.

"Cowok kayak gue gimana maksud lo?" tanya Bobby, kali ini mengalihkan pandangannya ke Jorgi.

"Lo bukan cowok pengecut kan, Bob? Mantan jagoan berantem dari geng kita masa jiper cuma sama cewek kayak Alex?" jawab Jorgi membuat Bobby semakin panas.

"Oke, gue nggak takut, Gi," sahut Bobby mantap sambil menatap Jorgi serius. Lalu dia berpaling ke Zaki.

"Zak, nanti lo kasih gue ya nomor HP Alex ya," katanya lagi.

"Yakin berani nyapa Alex langsung ke nomor HP-nya?" Zaki masih terdengar ragu dengan kesungguhan Bobby.

Bobby mengangguk. "Yakin," jawabnya.

"Oke, nanti gue kasih," sahut Zaki.

Lalu mereka semua melanjutkan menyantap hidangan yang sudah tersaji memenuhi meja.

Setelah menghabiskan makanan sambil mengobrol, lalu dilanjutkan nonton bareng film Spiderman di salah satu mal. Tepat pukul 17:30, geng Zaki berikut Maudy dan Shania permisi pulang.

Kembali tinggal Zaki dan Trinity. Kesempatan bagi Trinity untuk mengungkapkan kekesalannya karena Zaki tadi mengundang Alex datang.

"Zak, kenapa sih tadi kamu nyuruh Alex datang ke tempat kita kumpul-kumpul? Kamu sengaja mau manas-manasin aku?" tanya Trinity dalam perjalanan menuju parkiran motor.

"Trin, kamu masih saja curiga dengan hubunganku dan Alex. Walau udah berkali-kali aku yakinin kamu. Aku nggak punya perasaan apa-apa sama Alex. Tadi Alex kirim pesan, bilang dia mendadak nemuin USB-ku yang dia kira hilang. Dia pinjam dua bulan lalu. Saat dia bersihin kamarnya, dia nemuin USB itu di kolong lemari. Ternyata jatuh sampai sana. Mending mana, aku ketemu Alex berdua aja tanpa kamu tau, atau kuminta Alex ke tempat kita kumpul supaya kamu lihat sendiri Alex cuma balikin USB, dan teman-teman juga bisa tau dia," jawab Zaki.

Trinity terdiam. Setelah dia pikir, benar juga alasan Zaki itu. Tapi dia masih gengsi mengakui kebenaran ucapan Zaki.

"Sekarang, aku boleh nanya, kamu sendiri, apa udah bisa ngelupain Neo?" Zaki balik bertanya.

Kening Trinity berkernyit. "Kenapa kamu tiba-tiba ngomongin Neo?" sahutnya terdengar tak suka dengan pertanyaan Zaki.

"Aku tau, Neo cinta pertama kamu, dan cinta pertama susah buat dilupain. Kayaknya, kamu juga cinta pertama Neo. Apa kalian masih suka saling nanya kabar?" tanya Zaki lagi.

"Jadi, kamu masih curiga sama aku dan Neo cuma gara-gara Neo cinta pertamaku? Kamu sendiri, siapa cinta pertamamu, Zak? Maudy, Ayunda, atau Elektra? Satu sekolah tau, dulu kamu ngejar-ngejar mereka," balas Trinity tak mau kalah.

Zaki menatap Trinity semakin lekat.

"Apa aku belum bilang sama kamu siapa cinta pertamaku? Kamu, Trin. Kamu perempuan pertama yang bikin aku jatuh cinta. Bikin perasaanku nggak keruan. Bikin aku sesak napas tiap kali aku mengira bakal kehilangan kamu."

Jawaban Zaki itu membuat Trinity terkesiap. Ada bias ekspresi terkejut di wajahnya.

"Aku cinta pertama kamu? Masa sih? Sebelum insiden kamu ngajak aku curang di ujian olahraga, sedikit pun kamu nggak pernah peduli sama aku. Kamu selalu tertarik sama cewek-cewek yang dikenal paling cantik di sekolah," sahut Trinity tak percaya.

"Trin, cinta dan sekadar suka itu beda. Cewek-cewek yang kamu sebutin tadi, aku ganggu cuma buat cari perhatian. Dulu aku memang senang nantangin orang. Karena aku tau cewek-cewek itu direbutin banyak cowok. Tapi cewek yang bisa bikin aku jatuh cinta untuk pertama kali, cuma kamu. Tiap kali lihat kamu, aku pengin jagain kamu, melindungi kamu dan bahagiain kamu. Cuma kamu yang bisa bikin aku merasa begitu."

Penjelasan Zaki itu lagi-lagi membuat Trinity terpana. Seingatnya, Zaki memang pernah bilang, dulu dia mengejar gadis-gadis primadona sekolah hanya sekadar iseng. Tapi baru kali ini Trinity mendengar Zaki mengungkapkan rahasia hatinya sambil menatap mata Trinity dalam-dalam.

"Aku yakin banget sama perasaanku. Kamu satu-satunya perempuan yang aku suka, yang aku mau dan aku sayang. Tapi apakah aku satu-satunya cowok yang kamu suka, aku nggak tau," lanjut Zaki.

"Asal kamu tau, sejak sebelum ujian semester pertama aku udah nggak pernah nanya-nanya ke Neo. Neo juga nggak pernah kirim pesan. Aku rasa, dia tau diri. Tapi jujur aja, aku tetap menganggap Neo sebagai teman baik. Dan sebagai teman, kadang aku pengin tau gimana kabarnya." Trinity menjawab keraguan Zaki.

"Kamu yakin, bisa nganggep Neo cuma teman?" tanya Zaki terdengar masih sangsi.

"Zak, buat apa kamu cinta aku kalau nggak percaya aku?" balas Trinity.

"Kamu jawab pertanyaanku dengan pertanyaan juga," sindir Zaki.

"Saat ini cuma kamu cowok yang ada di hatiku dan aku sayang. Selain papa dan Mas Reno," ucap Trinity.

Zaki tersenyum. "Cuma buat saat ini? Gimana kalau nanti Neo balik lagi ke sini dan nemuin kamu? Kamu bisa nganggep dia cuma teman?"

Degg! Pertanyaan Zaki itu benar-benar membuat Trinity tak berkutik. Dia tak tahu harus menjawab apa.

"Aku cuma minta, kamu percaya aku, Zak," jawab Trinity akhirnya.

Zaki menghela napas. "Oke, aku percaya kamu, Trin. Tolong jaga kepercayaanku," katanya.

"Pasti," jawab Trinity yakin.

"Kita pulang sekarang. Udah hampir gelap," kata Zaki. Dia menuntun motornya keluar dari barisan. Mesin dia nyalakan. Tak lama motornya melaju menuju tempat kos Trinity.

Cinta itu tentang percaya, Zak, ucap Trinity dalam hati.

**========**

Hola!

Karena ada beberapa yang bilang pengin baca lagi terusan cerita Zaki dan Trinity, jadinya aku terusin lagi deh ya. Siapa tau nanti nambah yang suka bacanya, hehe.

Oh iya, aku ingetin lagi, ini bab-bab sebelum Neo datang ke Indonesia buat liburan ya. Jadinya Trinity masih kadang-kadang inget Neo. Maklumlah cinta pertama.

Ini dihapus dari versi yang buat novel karena novel WCBIL mau fokus ke kisah Neo dan Liberty.

Selamat baca. Semoga suka. Yang masih pengin lanjutan kisah Zaki dan Trinity, komen di sini ya.


Salam,

Arumi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro