Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Extra Part 3 : Seseorang Bernama Alex

Lanjut lagi ya ekstra partnya. Masih tentang Zaki dan Trinity. Sebenarnya ini adalah part 9.

Selamat baca.

**============**

Trin, sori ya, hari ini aku nggak bisa pulang sama kamu. Aku dan Alex harus ngerjain tugas sampai sore di kampus. Kamu pulang sendiri dulu nggak apa-apa, kan?

Trinity enggan menjawab pesan Zaki itu. Untuk yang ke sekian kali Zaki tidak bisa pulang bersamanya. Lagi-lagi dengan alasan harus mengerjakan tugas bersama Alex.

Akhir-akhir sering sekali Zaki menyebut nama itu. Seolah semua kegiatannya selalu dilakukan bersama Alex.

"Kayak apa sih yang namanya Alex? Masa Zaki lebih betah ke mana-mana bareng temannya itu dibanding pacarnya sendiri," gumam Trinity sambil memberengut saat akhirnya untuk yang ke sekian kali dia pulang ke tempat kos sendirian.

Hari berikutnya, Trinity memutuskan untuk menghampiri Zaki. Walau kekasihnya itu lagi-lagi mengatakan akan pulang terlambat karena ada tugas kuliah yang harus dikerjakan. Trinity tak peduli. Dia mendatangi gedung kuliah Zaki. Menyusup di antara para mahasiswa dan mahasiswi kedokteran.

Zak, kamu beneran lagi di gedung kuliahmu?

Trinity mengirim pesan itu. Agak lama baru Zaki menjawab.

Zaki : Iya, maaf ya, masih ada tugas nih. Dan lebih cepat kalo dikerjain di kampus.

Trinity : Tugas tim lagi?

Zaki : Sebenarnya bukan tugas tim. Tapi ngerjain bareng lebih enak. Bisa sambil diskusi sama teman.

Trinity : Sama Alex lagi?

Zaki : Iya. Sori ya, Trin. Ga bisa pulang bareng kamu.

Trinity : Kamu di ruang apa?

Pertanyaan Trinity semakin spesifik. Zaki menjawab lebih lama dari sebelumnya.

Zaki : Kenapa nanyain ruang segala?

Trinity : Aku udah di gedung kuliah kamu.

Zaki : What? Ngapain?

Trinity : Aku mau nungguin kamu selesai. Jam berapa pun itu. Zak, udah seminggu lho kita ga ketemu. Aneh, kan? Kuliah sekampus, tempat kos deketan tapi saking sibuknya kamu, kita ga sempet ketemu. Sebenarnya kamu masih nganggep aku pacar ga?

Trinity mengirim pesannya yang cukup panjang itu dengan tangan gemetar. Dia terpaksa berkata tegas.

Zaki : Kok kamu bilang gitu sih?

Trinity : Kamu udah jarang manggil aku sayang.

Zaki : Kamu di mana? Biar aku yang jemput kamu.

Trinity : Di lobi gedung kuliah kamu.

Zaki : Oke, tunggu di situ. Aku datang beberapa menit lagi.

Trinity menghela napas. Dia memandang sekeliling. Masih banyak mahasiswa yang lalu lalang. Fakultas kedokteran sepertinya memang selalu sibuk.

Sepuluh menit kemudian terlihat Zaki berjalan ke arahnya. Trinity belum bisa menyambutnya dengan senyum. Keningnya mengernyit ketika menyadari Zaki tidak datang sendiri. Dia bersama seorang gadis lumayan manis.

"Trin, nanti kamu kelamaan kalo nunggu aku lho," ucap Zaki setelah dekat dan Trinity tidak menyukai kata-kata Zaki itu. Sikap Zaki sangat berbeda dengan dulu yang terasa sangat menyayanginya.

"Nggak masalah. Asal bisa ketemu kamu. Aku kangen banget sama kamu. Emang kamu nggak kangen ya?" sahut Trinity.

Zaki melirik gadis yang berdiri di sebelahnya sebelum menjawab.

"Pastinya aku juga kangen kamu, Trin. Tapi menjelang ujian tengah semester gini, tugas makin banyak. Aku nggak bisa berkutik, Trin," jawab Zaki.

Trinity mengalihkan pandangan ke gadis yang berdiri di samping Zaki.

"Ini teman kamu ngerjain tugas?" tanya Trinity mengandung sindiran.

"Oh, iya. Ini ..." Belum selesai Zaki bicara, gadis di sebelahnya sudah mendului.

"Hai. Aku Alexandra. Tapi panggil saja Alex. Iya, aku teman satu jurusan dan satu angkatan dengan Zaki. Kami sedang mengerjakan tugas yang harus diserahkan besok," kata gadis itu.

Trinity melongo, memandangi gadis itu hampir tak berkedip. Dia sungguh-sungguh terkejut. Mungkin nyaris shock. Perasaannya semakin tak keruan. Hatinya serasa ngilu. Dia melirik Zaki yang diam saja memandanginya.

"Trin, iya, ini Alex. Dia tadi maksa ikut menemui kamu. Katanya pengin kenal kamu," ucap Zaki, terdengar biasa tanpa rasa bersalah.

"Hei, kenapa kamu ngeliatin aku sampai kayak gitu? Namaku aneh ya? Nama panggilanku memang nggak biasa, cewek tapi dipanggil Alex. Aku memang lebih suka dipanggil Alex daripada Sandra. Rasanya terdengar lebih sensasional," kata Alex yang mulai merasa jengah sejak tadi dipandangi serius oleh Trinity.

"Ooh ..." Hanya itu reaksi Trinity, lalu dia beralih pada Zaki. Kekasihnya itu hanya diam memandanginya sambil tersenyum.

"Oke, kalo gitu aku pulang aja. Maaf ganggu kesibukan kalian," kata Trinity, dia buru-buru berbalik menahan gemuruh kesal di dadanya.

"Trin!" teriak Zaki memanggil kekasihnya. "Sebentar ya, Lex," katanya pada Alex yang hanya bisa termangu melihat sikap Trinity. Bergegas Zaki mengejar Trinity.

"Sayang, tunggu dong," kata Zaki sambil meraih tangan Trinity dan menggengamnya setelah berada di samping kekasihnya itu.

"Buat apa nunggu?" tolak Trinity.

"Kamu marah, Trin? Aku juga kangen kamu. Swear. Aku minta maaf kalo ngecewain kamu. Oke, kita pulang bareng sekarang. Kamu benar, udah seminggu kita nggak pulang bareng, nggak dinner bareng juga," sahut Zaki.

"Itu salah siapa? Kamu yang sibuk banget sampai nggak punya waktu buat aku," kata Trinity ketus. Mendadak dia berhenti. Lalu berbalik ke samping menghadap Zaki.

"Kamu lebih sering bersama Alex. Tiap kali aku ajak ketemu kamu selalu bilang, lagi ngerjain tugas bareng Alex, lagi kunjungan ke rumah sakit bareng Alex, lagi latihan otopsi bareng Alex, semua bareng Alex. Dan kamu nggak bilang kalau Alex itu perempuan!" lanjut Trinity dengan tatapan kesal.

"Kamu nggak nanya," sahut Zaki santai.

"What? Harusnya kamu ngasih tahu tanpa ditanya!"

"Aku nggak pernah membeda-bedakan orang. Buatku nggak masalah teman ngerjain tugas bareng cewek atau cowok."

Trinity tersenyum sinis.

"Kamu sengaja nggak ngasih tahu, kan? Kamu nggak mau aku tahu kamu sering bersama teman kuliahmu yang perempuan," sahut Trinity terdengar nada kesal.

"Kamu cemburu?" tanya Zaki

"Pake nanya lagi!" Trinity memberengut.

Zaki malah tersenyum lebar.

"Aku senang kamu cemburu. Itu tandanya kamu sayang aku, kamu pengin aku cuma peduli sama kamu, kamu pengin aku jadi milikmu sendiri."

Mata Trinity membelalak. "Ih!" umpatnya singkat, dia menarik tangannya dari genggaman Zaki, lalu dengan cepat berbalik dan kembali berjalan.

"Sayang, udah dong ngambeknya. Aku dan Alex cuma teman kuliah. Nggak lebih. Aku cuma cinta kamu, nggak ada yang lain," kata Zaki, dia mengejar Trinity dan berhasil melangkah sejajar dengan kekasihnya itu.

"Kamu tahu cinta lokasi? Perasaan suka yang bisa muncul karena sering bersama. Dulu kita mengalami itu. Kamu deketin aku terus, kita sering satu tim bareng, sampai akhirnya aku jadi suka kamu. Itu bisa terjadi juga antara kamu dan Alex," kata Trinity tanpa menoleh ke Zaki.

"Trin, please, percaya sama aku. Aku cuma sayang kamu." Zaki berusaha meyakinkan Trinity.

Trinity terus melangkah.

"Oke, aku pulang sekarang sama kamu," kata Zaki, dia meraih satu tangan Trinity dan menggenggamnya semakin erat saat Trinity berusaha menarik tangannya.

"Nggak jadi ngerjain tugas bareng Alex?" sindir Trinity, dia berhenti berusaha menarik tangannya. Dia biarkan tangannya dalam genggaman Zaki.

"Nggaklah. Aku tahu diri. Kalau pacar udah protes keras, berarti ya aku memang harus ngalah. Aku usahain nanti ngerjain di kosan," jawab Zaki. Dia tersenyum, walau Trinity masih enggan tersenyum.

"Aku cuma pengin kamu memahami perasaanku, Zak. Coba kalo kebalikannya. Aku sibuk nggak punya waktu buat kamu. Aku ke mana-mana selalu sama satu teman cowok ganteng. Pasti kamu cemburu, kan?" kata Trinity.

"Kenapa cowoknya ganteng? Yang biasa-biasa aja nggak ada?" sanggah Zaki.

Trinity menghela napas menahan gemas.

"Alex juga manis. Kenapa kamu nggak milih teman ngerjain tugas cewek yang biasa-biasa aja?" katanya.

"Jadi, kamu mau aku nggak akrab lagi sama Alex?" tanya Zaki.

"Emang nggak ada teman cowok yang bisa kamu ajak ngerjain tugas bareng? Kayak dulu waktu SMA kamu punya sahabat-sahabat cowok," jawab Trinity.

"Teman dekat itu munculnya nggak bisa dipaksain, Trin. Dia muncul begitu aja. Tiba-tiba merasa cocok ngerjain tugas bareng."

"Tuh, kan? Jadi, di antara sekian banyak teman seangkatan di jurusan kamu, kamu cuma cocok sama Alex? Awalnya cuma ngerjain tugas bareng, lama-lama ..."

Mendadak Zaki menarik tangan Trinity, hingga tubuh gadis itu berbalik menghadap Zaki, lalu dia melingkarkan tangannya ke pinggang Trinity, kemudian menarik lembut tubuh kekasihnya itu hingga jarak mereka begitu dekat.

"Zaki!" pekik Trinity tertahan.

"Jangan ngomongin soal Alex lagi, oke? Aku udah ngerti maksud kamu. Aku akan jaga diri. Aku akan nyari teman lain untuk ngerjain tugas bareng," ucap Zaki lembut, sambil matanya menatap lekat mata Trinity.

Perlahan raut kesal di wajah Trinity menghilang, berganti wajah sendu.

"Kamu janji?" tanyanya meminta kepastian sekali lagi.

"Iya, Sayang, aku janji. Dapetin kamu itu susah banget, aku nggak mau jadi kehilangan kamu cuma gara-gara soal ini."

Ujung bibir Trinity bergetar, dia masih ragu untuk tersenyum. Tapi melihat Zaki tersenyum lebar, akhirnya muncul juga seulas senyum Trinity setelah sejak tadi dia memberengut.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro