Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Misteri Liberty

Barcelona terasa hangat sore ini. Neo baru selesai menghadiri mata kuliah terakhir yang membahas sejarah arsitektur kota ini. Dia bangkit dari duduknya. Mengobrol sebentar dengan teman Spanyolnya sebelum keluar kelas.

Liberty menatap bergantian Neo dan temannya berbicara bahasa Spanyol. Dia menghela napas lega setelah tak lama kemudian Neo selesai berbincang-bincang.

"Kapan aku bisa bisa ngomong bahasa Spanyol selancar kamu?" tanyanya sambil berjalan di sisi Neo.

"Tergantung. Seberapa cepat kamu sanggup belajar bahasa asing," jawab Neo tanpa menoleh ke Liberty.

"Hei, kamu lupa ya? Aku biasa tinggal di luar negeri. Aku pernah tinggal di Jerman dan itu bikin aku bisa ngomong bahasanya. Walau, yah, memang butuh waktu lama sampai aku lancar ngomong bahasa Jerman."

Neo melirik sekilas. "Hebat, bisa bahasa Jerman. Kamu sudah pernah tinggal di negara mana saja sih?"

"Lima tahun di Manhattan, enam tahun di Indonesia, tiga tahun di Jerman, lima tahun di New Zealand, dan ini tahun pertamaku tinggal di Barcelona."

Neo berdecak. "Jadi, selama delapan belas tahun, hanya enam tahun kamu tinggal di Indonesia."

"Dan itu ketika aku masih SD."

"Boleh tahu, apa sih pekerjaan ayahmu? Kenapa tugasnya berpindah-pindah ke berbagai negara?"

Liberty terdiam sejenak. "Oh, ayahku bekerja di perusahaan yang punya cabang di berbagai negara," jawabnya.

Neo memandangi Liberty hingga matanya menyipit. Jawaban Liberty itu tidak jelas, tapi dia enggan mengorek lebih jauh. Dia tidak terlalu peduli apa pekerjaan ayah Liberty.

"Aku minta tambah jam belajar bahasa Spanyol supaya aku cepat bisa," kata Liberty setelah menunggu agak lama Neo tidak bicara lagi.

"Maaf, aku nggak bisa. Waktuku sudah padat banget."

"Kamu ini, sok sibuk deh!"

"Bukannya sok sibuk. Tapi tugas kuliah kan memang banyak. Lagipula, tadi kamu bilang, kamu bisa mahir satu bahasa setelah agak lama. Santai saja, kamu punya waktu lima tahun buat belajar bahasa Spanyol pelan-pelan. Sekarang, aku mau mengerjakan tugas dari Profesor Manuel."

Liberty menoleh. "Kamu mau bikin sketsa bangunan apa?" tanyanya.

"La Sagrada Familia," jawab Neo.

"Bangunan itu rumit banget lho."

"Nggak masalah, justru itu tantangan menarik. Kamu pilih gedung apa?" Neo balik bertanya.

"Rancangan Gaudi juga. Casa Batllo'," jawab Liberty. Dia melirik Neo.

"Tapi kita nggak harus ngerjain sekarang. Profesor Manu ngasih waktu sampai minggu depan. Jadi, sekarang kita bisa jalan-jalan. Iya, nggak?" lanjutnya.

Sekilas Neo menoleh ke Liberty yang masih berjalan di sampingnya. Usul gadis itu ada benarnya juga. Setelah sibuk kuliah sejak pagi, tak ada salahnya sekarang mereka bersantai sejenak.

"Ayo!" ajak Liberty, dia menarik tangan Neo, lalu berjalan cepat, membuat Neo terpaksa harus berjalan cepat juga.

"Hei! Mau ke mana? Jangan pergi!"

Teriakan itu membuat Neo menoleh. Dua lelaki tinggi besar memandanginya dan Liberty.

Neo terperenyak, Liberty bukannya berhenti, malah melangkah makin cepat masih sambil menarik tangannya, membuat Neo terseret-seret.

"Lari, Neo! Cepat!" perintah Liberty.

"Lepaskan tanganku, Lib! Aku bisa lari sendiri," sahut Neo.

Liberty melepaskan tangan Neo, lalu melesat lebih cepat lagi. Neo tak menyangka gadis itu gesit sekali. Dia menoleh sekilas. Dua lelaki itu masih mengejar mereka. Neo ikut berlari cepat.

Dengan cekatan gadis itu melompat ke bus yang berhenti di halte depan kampus. Dia masih sempat menarik tangan Neo. Pintu bus menutup, lalu bus melaju meninggalkan dua lelaki yang mengejar mereka tadi.

"Siapa mereka?" tanya Neo setelah mereka duduk.

Liberty hanya mengangkat bahu. Lalu ketika bus melewati jalan di depan Plaza Catalunya, Liberty mengajak Neo turun. Di sore yang cerah ini, plaza itu dipenuhi banyak orang. Burung merpati berdatangan tiap kali ada orang yang menaburkan makanan.

Membaur di keramaian sepertinya cukup ampuh untuk melarikan diri. Tapi bukan itu rencana Liberty. Dia menarik tangan Neo sebelum cowok itu melangkah ke plaza. Hingga mereka berdua tersembunyi di balik dinding. Liberty meletakkan jari telunjuknya di bibir, sebagai tanda mereka harus diam. Ternyata kedua lelaki tadi masih mengejar mereka dan turun di depan Plaza Catalunya. Lalu keduanya ke tengah-tengah plaza, memperhatikan pengunjung satu per satu.

"Siapa kamu sebenarnya, Lib? Kenapa mereka mengejarmu?" tanya Neo, yang masih bersembunyi bersama Liberty.

"Aku bukan siapa-siapa," sahut Liberty, masih enggan menjawab pertanyaan Neo.

"Kamu punya utang sama mereka? Jangan-jangan mereka tukang tagih utang," tebak Neo.

"Hei, memangnya tampangku seperti orang banyak utang?" bantah Liberty.

"Kalau memang kamu nggak punya masalah dengan mereka, kenapa mereka mengejarmu?"

Liberty tak menjawab.

"Atau kamu mata-mata yang sedang menyamar," tebak Neo lagi sambil memandangi Liberty. Gadis itu tersenyum.

"Kamu lucu. Daya imajinasimu tinggi banget," kata Liberty.

"Jelaskan saja siapa kamu sebenarnya, dan aku akan berhenti menebak."

"Nanti kujelaskan, tapi nggak sekarang."

Neo menghela napas menahan kesal. Dia mengintip lagi ke tengah-tengah plaza. Dua lelaki tinggi besar itu masih mencari-cari

"Kamu tahu, otakku yang genius ini menyadari, dua orang itu mengejarmu. Bukan mengejarku. Jadi, kenapa aku harus ikut sembunyi denganmu di sini?" tanya Neo

"Karena kamu harus setia kawan," jawab Liberty.

Neo tak peduli, dia melangkah keluar.

"Hei, Neo!"

Neo tak menggubris panggilan Liberty. Dia terus berjalan menuju tengah-tengah plaza. Liberty masih bersembunyi di balik dinding, menahan geram.

Dua lelaki yang masih mencari Liberty langsung mengenali Neo yang tadi mereka lihat berlari bersama Liberty.

"Hei, kamu!" teriak salah satu laki-laki itu sambil berjalan cepat mendekati Neo.

Alis Neo terangkat. Dia tak mengira orang yang mengejarnya meneriakkan kata "kamu".

Mereka orang Indonesia? pikirnya.

Neo tidak menghindar. Dia malah menunggu kedua lelaki itu. Setelah mereka berada tepat di depannya, Neo mengamati mereka dengan saksama. Wajah mereka memang wajah Indonesia, hanya tubuh mereka tinggi besar membuatnya sekilas mengira mereka orang Spanyol.

"Mana cewek yang tadi sama kamu?" tanya salah satu lelaki itu.

"Kalian orang Indonesia?" Neo malah balik bertanya.

"Katakan saja, dia di mana?" Lelaki itu tak menjawab pertanyaan Neo.

"Aku nggak tahu apa masalah kalian dengan gadis tadi. Padahal kalian sama-sama orang Indonesia. Tadinya kukira dia dikejar-kejar mafia Spanyol."

"Kami nggak ada masalah. Kami cuma bertugas menjaganya." Kali ini lelaki satunya lagi yang menjawab dengan suara lebih pelan dibanding rekannya yang sok galak.

Kening Neo berkernyit. "Menjaganya? Memangnya dia siapa perlu dijaga?" tanyanya mulai curiga.

"Neo!" Teriakan itu membuat mereka menoleh serentak. Liberty berjalan cepat mendekati mereka.

"Non Atta, kita harus pergi sekarang. Sudah ditunggu Bapak," kata salah satu lelaki itu.

Neo melirik, lalu kembali memandangi Liberty dengan wajah heran.

"Atta? Kamu bilang namamu Liberty," kata Neo.

"Atta itu diambil dari Manhattan. See? Kamu bilang kamu genius," sahut Liberty.

Kemudian dia beralih kepada dua orang yang tadi mengejarnya.

"Oke, aku akan ikut kalian. Tapi aku ingatkan, jangan ganggu temanku ini," katanya.

"Kami nggak ganggu, kami cuma bertanya," sahut salah satu dari mereka.

"Mereka bodyguard-mu, Lib? Kamu pasti anak orang penting," kata Neo mulai menyadari sesuatu.

"Aku akan menjelaskan nanti. Oke?" kata Liberty.

"Kamu nggak perlu menjelaskan apa-apa. Aku nggak pengin tahu. Aku cuma minta, tolong jangan lagi libatkan aku dengan masalahmu. Di kota ini aku mau fokus belajar. Aku nggak datang jauh-jauh ke sini meninggalkan orang yang kukasihi cuma buat terlibat dengan masalahmu. Permisi." Dengan cepat Neo berbalik setelah selesai bicara.

Liberty terdiam. Orang yang kukasihi? batinnya.

Dari sekian panjang ocehan Neo, kalimat itu yang paling menarik perhatiannya. Benarkah dugaannya, Neo meninggalkan seorang kekasih di Jakarta?

Neo melangkah masih dengan perasaan gusar. Dia kesal sekali dengan sikap sok misterius Liberty.

"Sekalinya ada sesama orang Indonesia, kenapa sok penuh rahasia seperti dia?" gumamnya.

**==============================**

Halo ... 

Penasaran nggak sih, siapa sebenarnya Liberty. Kayaknya orang penting banget gitu, hehehe.

Selamat baca ya. 

Salam,

Arumi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro