Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1. Buenos dias, Barcelona

"Neo!"

Liberty Manhattan menyambut Neo yang baru saja memasuki pintu gerbang kampusnya. Mata gadis itu berbinar. Selalu begitu tiap kali bertemu Neo. Sejak awal kuliah, gadis energik itu selalu menempel ketat pada Neo. Seolah dia tidak berminat berteman dengan mahasiswa lain di kampus ini.

"Hai, Lib." Neo menjawab singkat. Kemudian dia hanya diam mendengarkan Liberty bicara sepanjang mereka melangkah menuju ruang kelas kuliah mereka.

Sudah dua minggu kuliah semester pertama dimulai. Neo semakin antusias dengan kuliahnya ini. Dosen-dosen yang cerdas, diskusi-diskusi yang menarik. Teman-teman baru dari berbagai negara. Dia memilih kelas Internasional. Karenanya, teman sekelasnya berasal dari berbagai negara dan bahasa pengantar menggunakan bahasa Inggris. Tetapi Neo cukup fasih berbahasa Spanyol. Itu membuatnya mudah bergaul dengan mahasiswa dan warga setempat.

"Aku mau minta tolong, boleh?" tanya Liberty langsung menghampiri Neo setelah kuliah hari itu berakhir.

"Minta tolong apa?" Neo balik bertanya tanpa menoleh ke Liberty. Dia berjalan santai keluar kelas diikuti Liberty yang melangkah di sampingnya.

"Ajari aku bahasa Spanyol. Kamu lancar sekali ngomong dengan bahasa Spanyol."

"Aku belajar bahasa ini sudah lama. Sejak SMA kelas sepuluh. Itu salah satu poin yang mendapat nilai lebih saat aku mengajukan beasiswa di sini."

"Jadi, kamu mau mengajari aku, kan? Aku akan membayarmu tentu saja. Lumayan, bisa buat tambahan uang sakumu."

Neo berhenti melangkah. Memandangi Liberty. Tawaran itu cukup menarik. Walau biaya kuliah serta buku-bukunya di sini telah dibiayai dan dia juga mendapat uang saku, tapi jika dia masih bisa mendapat tambahan, dia tak boleh menyia-nyiakannya. Neo sudah bertekad akan menabung. Supaya saat liburan panjang, dia bisa pulang ke Jakarta.

Bukan keharusan baginya untuk pulang di masa liburan setelah setahun kuliahnya di sini, tapi Neo merasa harus pulang. Banyak yang ingin dia temui. Terutama ibunya yang kini tinggal sendiri ditemani Estela, gadis blasteran Spanyol yang menjadi saudaranya karena mama Estela menikah dengan ayahnya. Neo yang sejak ayahnya bercerai dengan ibunya sudah merasakan pedih, semakin sakit hati ketika ayahnya menikah lagi dengan mama Estela yang seorang janda beranak satu kemudian pindah ke Barcelona meninggalkan Neo. Rasa kecewa itu yang membentuk Neo menjadi karakter dingin dan tak mudah percaya pada orang lain.

Seolah cobaan yang dideranya tak cukup sampai di situ, setelah bertahun-tahun putus hubungan dengan ayahnya, tahun lalu Estela, anak tiri ayahnya, muncul ke rumahnya membawa kabar duka. Ayah Neo dan mama Estela meninggal bersamaan dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Estela yang telah menjadi yatim piatu memaksa tinggal bersama Neo dan ibu Neo. Neo ingat bagaimana ketika itu dia tak bisa menerima kehadiran Estela. Melihat Estela membuat rasa sakit hati ditinggal ayahnya muncul lagi. 

Namun seiring berjalannya waktu, Neo tak bisa lagi mengelak. Estela telah menjadi bagian keluarganya. Bahkan kini dia berterima kasih pada Estela, karena keberadaan Estela di rumahnya, telah membuat ibunya tak sendirian selama dia kuliah di Barcelona. (Kisah lengkapnya bisa dibaca di novel "Listen to My Heartbeat")

"Kamu serius menawariku mengajarimu privat bahasa Spanyol secara profesional?" tanyanya.

"Iya, aku serius," jawab Liberty.

"Kamu mau belajar di mana?"

"Di apartemenku?"

Neo terdiam sebentar, menimbang-nimbang. Apakah pantas jika dia hanya berdua Liberty di apartemen gadis itu?

"Ada tempat yang lebih umum?" tanyanya.

Liberty memandangi Neo, lalu tergelak pelan. "Kamu cowok yang sopan banget ya. Kamu khawatir kita bakal cuma berdua di apartemenku? Tenang aja, aku nggak tinggal sendirian kok. Ada teman sekamarku."

"Oh, oke," sahut Neo singkat.

"Bisa mulai sekarang? Kamu nggak ada rencana ke mana-mana, kan? Sekarang masih sore. Mumpung aku masih punya semangat belajar," kata Liberty.

Neo tersenyum. "Kamu nggak mau buang-buang waktu ya," katanya.

"Lebih cepat aku bisa lebih baik."

"Baiklah, kalau memang kamu masih semangat belajar hari ini."

Tak lama keduanya sudah berada dalam taksi yang meluncur ke apartemen Liberty. Neo tercengang saat mereka sampai di gedung apartemen Liberty. Jauh lebih megah dari apartemen sederhana yang ditinggalinya.

Membuat dia semakin penasaran, apa pekerjaan ayah Liberty hingga bisa menyewakan tempat tinggal di apartemen sebagus ini. Liberty bukan penerima beasiswa seperti Neo. Orang tuanya harus membayar mahal untuk biaya kuliahnya. Tentunya, orang tua Liberty cukup berada.

"Kenapa kamu nggak tinggal bersama orang tuamu?" tanya Neo. Bersama Liberty dia melangkah masuk ke gedung itu.

"Karena aku pengin kuliah di kota ini."

"Di Madrid juga ada jurusan arsitektur. Bukannya lebih enak tinggal dekat dengan orang tua?"

"Kamu sendiri, kenapa jauh-jauh kuliah di Barcelona? Kenapa nggak di Indonesia saja supaya dekat dengan keluargamu?" sahut Liberty, muncul seringai tipis dari bibirnya.

Neo hampir membuka mulut, tapi kemudian mengurungkan niatnya bicara, karena dia memang tak tahu harus menjawab kick balik Liberty itu dengan apa.

"Kamu tahu, menurutku ini memang sudah takdir. Kita berdua memilih kuliah di sini dan ini cara Tuhan mempertemukan kita." Liberty tersenyum lebar.

Neo hanya diam, ekspresinya datar. Dia masih belum menemukan kata-kata yang tepat untuk membantah pernyataan Liberty itu.

Liberty berhenti di depan pintu kamarnya diikuti Neo. Dia menekan bel. Tak lama muncul seorang perempuan membukakan pintu.

"Kenalkan, ini Nana, teman sekamarku. Kampusnya beda dengan kita," kata Liberty.

Neo heran melihat perempuan itu tidak bersikap selayaknya teman sekamar yang akrab. Sikapnya terlalu formal, sekilas tampak menaruh hormat pada Liberty. Neo memandangi perempuan bernama Nana itu, tersenyum tipis dan mengangguk. Samar Neo melihat ekspresi terkejut di wajah Nana saat mendengar cara Liberty memperkenalkannya.

Ruang apartemen itu cukup luas. Ada ruang tamu, ruang makan, pantry, dua kamar tidur, kamar mandi dan balkon dengan pemandangan kota Barcelona. Luar biasa.

"Luas apartemenku hanya seperlima dari ini," kata Neo.

"Aku patungan sama Nana kok. Kami sama-sama nggak suka tinggal di ruang sempit. Jadi, kami sewa kamar yang agak luas seperti ini."

"Ini bukan agak luas, tapi memang luas."

"Sudahlah, nggak usah bahas soal ruang ini. Kita langsung belajar aja yuk." Liberty mengalihkan pembicaraan. Neo tak membantah.

Tak lama, mereka sudah memulai pelajaran. Neo langsung mengajarkan percakapan dasar sehari-hari dalam bahasa Spanyol. Dia kembali berkernyit heran saat Nana meletakkan dua gelas minuman dingin dan kue-kue di atas meja ruang tamu.

Neo memberi waktu dua jam mengajari Liberty. Mereka akan belajar seminggu tiga kali. Jamnya disesuaikan dengan jadwal kuliah mereka.

"Lib, aku rasa kamu bohong," kata Neo saat dia hendak pulang dan diantar Liberty sampai depan pintu.

"Bohong apa?" tanya Liberty.

"Nana bukan teman sekamarmu."

"Kenapa kamu bilang begitu?"

"Karena sikapnya nggak seperti teman sekamar. Dia lebih mirip seorang asisten yang bertugas menyiapkan semua keperluanmu."

"Bukan salahnya kalau sikapnya seperti itu."

Neo memandangi Liberty. "Terserah kamu. Aku cuma ngasih saran, sebaiknya kamu jujur saja jadi dirimu sendiri. Nggak perlu berpura-pura jadi orang lain."

"Aku nggak pura-pura. Aku juga nggak tahu siapa kamu sebenarnya."

"Aku sudah cerita, kan? Aku di sini mendapat beasiswa, bukan karena banyak uang bisa kuliah di luar negeri. Aku cuma orang biasa. Kamu sudah tahu itu. Permisi, Lib. Adios!" kata Neo, lalu dia berbalik dan melangkah menuju lift.

Liberty hanya memandangi Neo hingga cowok itu lenyap masuk ke dalam lift. Dia menghela napas. Diam-diam, dia senang bisa mengenal Neo. Cowok itu punya banyak kualitas. Tapi dia belum siap berterus terang menceritakan siapa dia sebenarnya pada Neo.

Dia memandangi ruang apartemennya yang luas. Lalu melirik Nana yang sedang sibuk di pantry. Dia menyadari kesalahannya. Pantas saja Neo mencurigainya. Seharusnya dia tidak tinggal di ruang apartemen seluas ini dan seharusnya tidak ada Nana yang membereskan segala hal untuknya.

Semua ini membuatnya terlihat jelas sebagai bukan gadis biasa.

NOTE :

Buenos dias = Selamat pagi, bahasa Spanyol.
Adios = Selamat tinggal, bahasa Spanyol

**=============================**

Hai teman-teman. Ketemu lagi dengan lanjutan cerita ini. Selamat baca ya.

Salam,

Arumi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro