Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tambah lagi?

Author Note :

Ingat author suka bikin cerita gimana?

Yup, maju mundur.

Jadi jangan kaget kalau alur waktu kadang suka berubah ya?

Tak perlu berlama-lama, ha'i douzo~

*****

Hal yang pertama Bokuto lihat ketika bangun adalah kasur di bagian Akaashi biasanya berbaring sudah kosong.

Lalu perasaan nikmat di daerah selangkangannya yang ditutupi selimut.

Masih dengan mata setengah terpejam, ia melihat gundukan yang cukup besar di dalam selimut.

"Ji?" Bokuto menarik selimut dan mendapati kepala Akaashi menyembul keluar.

Iris zamrud itu menatap sayu.

Masih dengan mulut yang penuh dengan sebagian batang penis, gumaman Akaashi teredam.

"Aargh~ jangan sambil ngomong, jadi bergetaaar~" Rengek Bokuto yang menggelinjang.

Plop~! Akaashi melepaskan Bokuto dari mulutnya, meninggalkan jejak saliva yang belepotan.

"Maaf Kou, aku... tiba-tiba saja merasa sangat horny."

Mata Akaashi berkilat tajam, entah apa yang merasuki Akaashi.

Bokuto menegakkan tubuhnya, melihat handphonenya.

"Ji, kamu tahu ini jam berapa?"

Akaashi menggeleng.

"Ini jam 4 pagi."

Terlalu dini untuk beraktivitas.

Meski begitu, Akaashi menggenggam erat penis Bokuto, seakan tidak ingin berpisah dengan daging keras yang selalu membuat Akaashi menjerit.

"Shhh, kamu lanjut aja dulu, aku ngumpulin nyawa dulu."

Setelah mengusap pipi Akaashi, Bokuto kembali berbaring.

Dan Akaashi melanjutkan aktivitasnya untuk menyantap lolipop Bokuto.

"Mmph~ mmh~" Ketika mulut Akaashi sibuk dengan pucuk penis, mencumbu bagian lunak yang kemerahan.

Tangan Akaashi bergerak untuk mengocok batang penis Bokuto, meski usia bertambah, telapak tangan Akaashi masih tidak bisa mengenggam benda itu sepenuhnya.

Masih ada sedikit celah dari lingkar batang penis yang tidak bisa Akaashi raih.

Selain itu, tangan Akaashi yang lain juga memijit buah zakar Bokuto.

Meremas biji kembar itu dengan gemas, ukurannya sebesar kacang wallnut yang diletakkan berdempetan.

Sentuhan ringan di bagian sana cukup membuat Bokuto melenguh.

"Ji..." Bokuto meremas surai hitam Akaashi, gemas dengan sensasi nikmat yang menjalar di selangkangannya.

Mau tidak mau membuat kesadaran Bokuto kembali sepenuhnya.

Bibir Akaashi bergerak turun, lidahnya menyusuri batang penis Bokuto, dan bergerak semakin turun ke bagian bawah.

Ketika bibir Akaashi menempel di buah zakar, Bokuto menahan nafasnya.

"Ji-- ahh~"

Dengan tangan yang mengocok batang penis, Akaashi mengecup permukaan kulit buah zakar, sesekali tangannya meremas.

Bibir plum itu menyedot sebelah buah zakar itu ke dalam mulutnya, dan sisi yang lain diremas-remas.

Kepala Bokuto tersentak, sensasi nikmat itu menyengatnya.

Setelah puas memainkan benda itu di dalam mulutnya, bibir Akaashi kembali bergerak ke atas dengan sensual.

Mencium pucuk penis dan kembali mengulumnya, sedangkan dibagian batang Akaashi kocok dengan tangannya.

Bokuto menegakkan tubuhnya, meremas kedua sisi kepala Akaashi dengan bibir yang meracau nikmat.

Ketika Akaashi mencoba memasukkan semakin dalam, ia tidak menduga Bokuto akan menahan kepalanya.

"Uuph~♡ ummh~♡"

Akaashi mengerang, tidak bisa melawan saat kepalanya digerakkan.

Gerakannya cukup brutal, membuat tenggorokan Akaashi terasa sakit karena disodok batang penis Bokuto.

"Guuh-- at my limit--"

Bokuto mendekap erat kepala Akaashi, menahan Akaashi agar tidak kabur, ia mencapai puncak.

"Uuukh~♡♡"

"Mghuuu~❤"

Begitu hasrat tersalur, Bokuto melepaskan Akaashi.

Perlahan Akaashi menegakkan tubuhnya, wajah merona dengan belepotan saliva, dan ingus.

Bibir plumnya terbuka, memperlihatkan rongga mulutnya yang penuh dengan sperma yang perlahan mengalir jatuh.

"Glup." Akaashi menelan cairan Bokuto.

Masih dengan nafas tersengal, Akaashi mengelap bibir dan hidungnya yang basah.

"Tenggorokanku sakit..."

Bokuto hanya tersenyum tanpa dosa, mengambil sebotol air yang biasanya menjadi cadangan minum di tengah malam karena malas ke dapur.

Setelah membawa Akaashi duduk di pangkuannya, Bokuto membantu Akaashi untuk meminum air.

"Lebih baik?" Akaashi mengangguk mengiyakan.

"Lanjut?" Akaashi semakin bersemu, Bokuto masih mengeras.

"Kamu yang mulai lo~"

Bokuto mendekap dan mengelus sekujur tubuh Akaashi dari luar kaos yang ia kenakan.

Meremas bukit kembar dengan puting yang tercetak.

Akaashi melenguh, menggigit bibirnya. Setelah meremas payudara beberapa kali, tangan Bokuto bergerak turun.

Menarik lepas celana dalam yang Akaashi kenakan, menyibak kejantanan Akaashi, dan mencolek hole yang sudah basah.

"Yang dibawah sini juga takkan tersedak~"

Bokuto mengecupi perpotongan leher Akaashi, membuat Akaashi mengerang.

"Hau~!" Jari Bokuto menelusup masuk.

"Kamu selalu menelanku sampai pangkal~"

Perempatan imajiner muncul di kening Akaashi.

"E-engga~ kamunya aja yang maksain masukin semu--angh~ ahh~ ahhh~"

Akaashi mengerang saat bibir holenya dilebarkan.

Di saat yang bersamaan, pucuk penis Bokuto mendekat.

"K-kou kondomny--" Bibir Akaashi dibungkam dengan bibir Bokuto.

Kepala penis itu menempel pada hole Akaashi, Bokuto sedikit menekan masuk, dan perlahan penisnya seakan dihisap ke dalam oleh Akaashi.

Terjepit diantara daging kenyal yang hangat.

Dan selama proses penetrasi, bibir Akaashi dicumbu oleh Bokuto. Membuat Akaashi tidak bisa melayangkan kalimat protes mengenai Bokuto yang tidak memakai kondom.

Bibir plum yang membengkak itu dilepas setelah Bokuto mengisi setiap jengkal Akaashi hingga ketepian.

"Ungh~❤ Kou~❤ Nghhh~❤"

Melihat Akaashi yang begitu menggiurkan, pagi itu Bokuto memilih untuk jogging di ranjang saja.

.
.
.

Setelah beberapa hari Bokuto jogging hanya di kamar...

"Mama, perutnya kenapa?"

Shouhei yang sedang menyantap sarapannya terus menatap Akaashi yang sedari tadi berjalan-jalan di dapur.

Akaashi melirik ke arah perutnya yang menyembul, tercetak pada kaos yang ia kenakan.

"Ini karena melahirkanmu, Shou."

Shouhei terlihat masih tidak puas dengan jawaban yang ia dengar, untuk anak berusia 7 tahun, dia cukup cerdas dan penuh rasa ingin tahu.

"Bukankah itu sedikit membesar dari biasanya?"

Akaashi menyentuh perutnya, lalu menjauhkan tangannya, dan membuat itu bergoyang.

"Mungkin karena mama makan banyak?"

"Atau mungkin..."

Bokuto yang mencuri dengar muncul setelah selesai mandi, ia tersenyum lebar.

Melihat senyum bodoh itu membuat Akaashi berekspresi horor.

Akaashi segera berlari ke dalam kamar mandi melewati Bokuto.

Hening, dan cukup lama Akaashi berada di dalam sana.

Sampai-sampai Shouhei sudah selesai makan dan siap diantarakan ke sekolah.

"Ji, aku ngantar Shou dulu--"

Belum selesai Bokuto berpamitan, Akaashi keluar dari kamar mandi dengan ekspresi yang campur aduk antara senang dan syok.

"Ji?"

Melihat gelagat Akaashi sedikit aneh, Bokuto tentu kebingungan.

Akaashi berjongkok, meremas kedua pundak Shouhei.

"S-shou, apa kamu mau punya adik?"

"Adik?"

Bokuto yang dibelakang Shouhei menganga, jadi Akaashi benar-benar.... Hamil?!

Memiliki satu anak sudah cukup untuk mereka saat ini, dan jika tiba-tiba bertambah satu anggota keluarga lagi, bagaimana respon Shouhei?

"Apa itu bisa dimakan?"

Akaashi membisu, meski anaknya cukup cerdas, ada kalanya pertanyaan yang dia utarakan setingkat Bokuto.

*****

Author note :

Kalian suka adegan ranjang yang panjang dengan alur detail, atau pendek secukupnya?

Misalnih, yang klo panjang detail ya aku jelasin adegan ranjangnya ampe detail banget nyebutin bagian tubuh tertentu. Contohnya kaya di awal cerita Akaashi ngapain aja waktu fellatio.

Kalau pendek secukupnya itu... contoh nih. Setelah cumbuan itu, mereka menghabiskan malam dengan berhubungan badan.

So, which one?

Mengingat alur maju mundur, kayanya ga usah ada part-part kali ya? Gas pol aja di sini, ya ga?

Yup, Akaashi bunting lagi tanpa mereka sadari.

Mungkin sebagian orang rada aneh liat cuowo hamildun. Apa lagi kemarin aku masukin ilus perut Akaashi rada montok, tapi hey hey hey!!!

Ini aboverse, dan sebagai author yang suka nyelipin realita (maksa sih), tidak ada salahnya nunjukin perut sehabis hamildun.

Walau perut roti sobek cukup menggiurkan, seiring waktu berlalu chubby itu wajar.

Cerita dikit, waktu sma aku ingin punya perut kotak-kotak, sengaja olahraga berat lah, walau hasilnya cuma perut rata, tapi sekarang... Duing~ But it's my happiness 🤤 squishy yang penting sehat kan? Ga papa lah

Kalo lapar makan, kalo ngantuk tidur, kalo cape istirahat, jangan nyiksa diri sendiri. Intinya apa-apa jangan berlebihan, karena sesuatu yang berlebihan ga baik juga/self reminder sih ini

Tapi berlebihan ngetik adegan ehem? Boleh lah ya 🌝 /plak

And see you on next chapter~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro