Special Chapter : Adore You
Sudah sejak dari SMA Bokuto menyukai Akaashi, menyukai sifatnya yang manis namun terkadang menyeramkan. Tubuh berisi yang tidak begitu montok dan padat.
Lalu bagian favorit Bokuto dari tubuh Akaashi adalah mata yang selalu tertuju padanya.
Itu rahasia umum.
*****
(1) Inverted Nipple
Semenjak mengenal seniornya, Akaashi selalu bersabar dengan tingkah Bokuto yang menguji batas kesabaran.
Dan semenjak hubungan mereka menjadi lebih spesial, sikap Bokuto yang sulit dimengerti semakin menjadi.
Contohnya, Bokuto tanpa alasan akan menyentuh tubuh Akaashi.
Ketika di ruang ganti, Bokuto akan mendekat dan mencubit puting Akaashi lalu pergi begitu saja--entah saat mereka hanya berdua atau ada yang lain.
Atau Bokuto tiba-tiba akan memeluk dan menggesek-gesekkan wajah nya di dada Akaashi meski ia sedang bahagia ataupun moodnya jelek.
Akaashi memang tidak bereaksi dengan sentuhan Bokuto, meski sejujurnya Akaashi merasa geli menggelitik.
Karena semakin hari sikap Bokuto semakin kurang ajar, pada akhirnya Akaashi bicara.
"Bokuto-san, kamu ngapain?"
Orang yang ditanya pun menghentikan aktivitasnya dari memencet pucuk bukit kembar si omega.
Saat ini keduanya masih melakukan kegiatan ekskul di sekolah, menikmati waktu istirahat di pojok lapangan sambil mengatur nafas.
Karena cuaca yang cukup dingin, Bokuto menyuruh Akaashi yang kedinginan untuk duduk di pangkuannya--noteben dia mesin penghangat pribadi milik Akaashi.
Awalnya tidak ada yang aneh, Bokuto mendekap Akaashi yang memakai jaket serta celana training putih dengan duduk bersandar di dadanya.
Hingga semilir angin menerpa dan Bokuto yang merengek kedinginan memasukkan tangannya ke dalam jaket Akaashi.
Akaashi sama sekali tidak berpikir yang aneh-aneh hingga tangan Bokuto yang tadinya diam mulai bergerak, meremas-remas perutnya.
Lambat laun merambat ke atas, meremas dada krempeng Akaashi...
Dan menusuk-nusuk puting Akaashi yang tenggelam dengan jari telunjuk.
Karena takut dipergoki berbuat aneh di tempat umum, Akaashi yang merasa terganggu menegur Bokuto yang matanya sedari tadi tertuju pada pemain lain di lapangan.
Dan bagaimana respon si mesum?
"Ga papa, gemes aja."
Perempatan imajiner muncul di kening Akaashi.
Dengan kesal Akaashi mencoba menarik tangan Bokuto keluar, sialnya tidak berhasil karena kalah tenaga.
"Mhh~" 😣
Tangan Bokuto malah semakin kuat mencengkram dada Akaashi, tidak mau lepas.
Merasa tidak ada pilihan lain, Akaashi mengeluarkan jurus andalannya.
Akaashi mendongak, menunjukkan kekuatannya yang paling dahsyat.
Kitten eyes yang berair, bibir mengerucut maju, dengan wajah yang merona tipis.
"Bokuto-sa~n."
Dan sikap manja yang selalu membuat Bokuto meleleh, air liurnya bahkan menetes hanya melihat bibir Akaashi manyun.
"Iya Kaashi~?? Kenapa? Dingin yah?"
Akaashi menggeleng, bukan itu yang dia maksud.
"Hmm?"
Bokuto baru menyadari Akaashi mencoba menarik tangannya keluar dari dalam jaket, tapi tetap saja.
Bokuto tidak bergeming, yang ada ia malah tersenyum dan menunggu Akaashi bicara sambil memainkan areola Akaashi.
"J-jangan di sini, nanti ada yang liat~" Akaashi mengalihkan pandangannya dengan malu-malu.
Bokuto ikut mengedarkan pandangannya, posisi mereka cukup jauh dari yang lain.
"Engga~ engga bakal ko~"
Bokuto masih tersenyum sambil mencubit-cubit puting Akaashi dengan gemas.
"Tapi--mhh~"
Sebenarnya Akaashi hanya merasa aneh ketika tubuhnya disentuh seperti itu, mengingat ia tidak pernah memainkan putingnya selama ini.
Karena mendapat stimulus berulang kali, suhu tubuh Akaashi mulai memanas.
Rasanya seperti ada yang membakar dari dalam, sensasi itu juga menggelitik perut Akaashi.
Pandangan Akaashi mulai berkabut,
bibirnya terkatup rapat, menahan suaranya sendiri agar tidak keluar.
"Sebentar, mereka di dalam ya?"
Bokuto mencoba mencubit puting Akaashi tapi hanya bagian areolanya saja yang berhasil ia cubit.
Akaashi yang kesal mendelik.
"Dari tadi kamu sentuh masa ga sadar?"
"Hehe, aku terlalu fokus sama permainan mereka--"
Endus. Endus.
Iris emas Bokuto memicing, aroma manis menguar dari Akaashi.
Bokuto segera menarik tangannya keluar dan mencengkram pundak Akaashi, memutar tubuh si Kouhai hingga membuat wajah mereka berhadapan.
"Bokuto-san?"
Wajah cantik yang bersemu, matanya berair, nafasnya memburu, dan Akaashi tidak menyadari aroma feromonnya menguat.
Karena posisi mereka cukup jauh dari yang lain, tentu hanya Bokuto yang menyadari perubahan Akaashi.
Bokuto segera berdiri dan mengangkat Akaashi di antara ketiak seperti seekor kucing.
"Kita perlu pergi dari sini."
"Huh? Ehh?" Akaashi dibuat kebingungan saat tubuhnya tiba-tiba digendong ala bridal style dan dibawa pergi keluar gym.
"Kenap-- Bokuto-saa--"
"HEI!? KALIAN MAU BOLOS YA?" Teriak Shirofuku yang tengah mencatat skor, menyadari jika Bokuto tiba-tiba berlari sambil membawa Akaashi.
"UKS!!!" Dengan langkah yang lebar, Bokuto meninggalkan gym sambil menggendong Akaashi.
Melihat Kapten dan Wakil Kapten mereka tiba-tiba pergi, anak kelas 3 dan kelas 2 segera paham dengan situasi yang sebenarnya terjadi.
"Kunci gym tinggal saja di pintu, kalau sudah selesai kita langsung pulang."
"Eh? Konoha-senpai, lalu bagaimana dengan Bokuto senpai dan Akaashi senpai?"
Konoha mengerutkan alisnya, ia menatap teman-temannya dan mereka pura-pura sibuk.
'Awas ya kalian.' Kesal Konoha.
"Kalau mereka berdua anggap saja angin lalu, tidak perlu diambil pusing."
Dan penjelasan Konoha membuat anak kelas 1 semakin kebingungan.
.
.
.
Di UKS hanya ada mereka berdua tanpa adanya perawat.
Mengingat waktu sudah sore, tidak akan ada orang yang lagi bertugas.
Begitu memasuki ruangan, bibir Akaashi dicium dengan buas hingga tubuhnya dibuat berbaring di atas kasur.
"Ummh~"
Bibir Akaashi dicumbu, disesap, dan digigit hingga bengkak dan meninggalkan rasa besi.
"Akh!"
Akaashi meringis sakit, Bokuto dengan sengaja menggigit bibirnya hingga berdarah.
"Bokuto-san--hh♡ mmh♡"
Akaashi ditindih, perpotongan lehernya disesap. Kedua tangan Bokuto juga tidak tinggal diam, membuka resleting jaket Akaashi.
Menyingkap kaos biru malam yang Akaashi kenakan, meraba kulit sawo matang di bawahnya dengan seduktif.
"O-obatnya--nnh~❤️" Bibir Akaashi lagi-lagi dibungkam.
Lidah Bokuto menelusup masuk, membuat erangan Akaashi menjadi.
"Mmh~ nhh~"
Bokuto mendekap punggung Akaashi, membuat torso Akaashi membusung naik.
Fuah~ tautan bibir terputus, Akaashi tersengal meraup oksigen dengan rakus.
"Bokuto-sa~n, berhenti~"
Bokuto tidak mendengarkan, bibirnya bergerak turun dari garis rahang.
Meninggalkan jejak keunguan di leher jenjang Akaashi. Bibir Bokuto semakin bergerak turun menuju bukit kembar yang selalu ia serang.
Sepasang pucuk dada kemerahan yang menegak dengan puting di dalam tersaji di depan Bokuto. Perlahan bibir Bokuto terbuka, lidahnya terjulur dengan saliva yang menetes.
"Uumh~❤️" Akaashi berjengit, pucuk dadanya dicumbu.
Sensasi hangat nun lembab dari mulut Bokuto membuat Akaashi semakin mengerang, apa lagi lidah Bokuto juga menusuk-nusuk bagian tengah pucuk dadanya.
Melihat respon Akaashi yang meremas kepalanya, Bokuto semakin memainkan puting Akaashi.
Hisap dan gigit.
"Mmmgh~❤️" Akaashi gemetar, tubuhnya mengejang dalam dekapan Bokuto.
"Hm? Kaashi?" Bokuto menghentikan aktivitasnya, menatap Akaashi yang meleleh dan tersengat rasa nikmat.
"N-no! Don't touch--ah❤️"
Bokuto meremas selangkangan Akaashi dari luar, terasa sangat basah.
"Kamu cum karena putingmu..."
Wajah Bokuto ikut memerah, tidak menduga Akaashi akan begitu menggemaskan hanya karena putingnya diserang.
"Jangan--" Rengek Akaashi saat celana dalamnya ditarik lepas.
Bokuto terpana dengan pemandangan yang ia lihat.
Selangkangan Akaashi sangat basah, terlihat sangat menggiurkan untuk disantap.
Penisnya menegak, dengan cairan beraroma manis yang menetes dari pucuk penis dan hole kecil yang berkedut lapar.
Throb.
Bokuto menjilat bibirnya, miliknya mulai mengeras dan membuat celananya terasa sesak.
Krrr~ terdengar suara resliting dan kejantanan Bokuto yang sudah mengeras menunjukkan dirinya.
Akaashi meneguk ludah, Bokuto menegak dengan precum yang menetes.
"Bokuto-san please, not here~"
Bokuto juga cemberut, wajahnya sendu.
Sambil membuka kedua kaki Akaashi di udara, Bokuto menggesekkan selangkangannya pada selangkangan Akaashi yang terekspos.
"Kaashii~ pweaase~??"
Akaashi menggigit bibir, meremas sprei dengan gelisah.
"I-i said noo~mmh~".
Bokuto masih menggesekkan kejantanannya, bahkan dengan sengaja menekan kepala penisnya pada hole Akaashi.
"Can we~?"
"Uugh~ no!"
Bokuto semakin menggerakkan pinggulnya, kali ini mendorong pucuk penisnya pada bibir hole Akaashi.
"Ah~ no~❤️" Akaashi menggeliat, Bokuto mendorong kepala penisnya masuk.
Mengocok hole Akaashi dengan pucuk penis, membuat dinding di dalamnya terasa gatal ingin diisi.
"Kaashi~"
Bokuto memelas dengan telinga anjing imajiner, meski pinggulnya masih bergerak menggoda Akaashi.
"B-Bokuto-san--hh p-please--mmh no--augh inside--"
"You wanna inside?"
"N-no! Bo--AAAaah❤️"
Pinggul Akaashi tersentak naik, Bokuto mendorong kejantanannya masuk.
Tanpa memberi waktu untuk Akaashi terbiasa dengan kehadirannya, Bokuto langsung menggerakkan pinggul dan mengocok hole Akaashi.
Akaashi menggigit lengan jaketnya, mencoba menahan jeritannya yang semakin menjadi.
Air mata Akaashi menggenang, perutnya terasa penuh, lubangnya ngilu karena dipaksa melebar, kejantanannya bergoyang karena momentum Bokuto.
Meski gerakan Bokuto cukup kasar, Akaashi masih bisa mendesah dari sentuhan yang ia terima.
Saat bergerak, Bokuto kembali mengecup puting Akaashi.
Spurt!
"Aaah❤️" Akaashi meremas sprei hingga kusut, tubuhnya meliuk seperti udang.
Bergetar menyemburkan hasratnya dan mengenai perut Bokuto.
"Uughh--" Hole yang mengetat menjepit Bokuto, membuat penisnya membesar.
Beberapa tusukan yang kuat dan Bokuto menarik dirinya keluar sebelum mengeluarkan hasrat kentalnya.
Mengocok batang penisnya yang diarahkan ke perut Akaashi, Bokuto menumpahkan sperma segar.
Spuuurt! Spuurt! Spurt!
Akaashi tersengal mengatur nafas, melihat perut dan selangkangannya yang terasa kotor dan becek.
Bokuto juga sedang mengatur nafas, keringat membasahi tubuh atletisnya tercetak pada kaos yang ia kenakan.
Membuat helai kelabu jabrik itu juga jatuh di sisi wajahnya.
"Bokuto-san...." Akaashi menatap horor.
Bokuto meneguk ludah, Akaashi yang tengah gemetar tersengat rasa nikmat menatap marah padanya.
Twitch.
Membuat adik kecilnya kembali menegak dengan sempurna.
Akaashi memucat, dan kedua pahanya kembali digenggam Bokuto.
"Bokuto-san! Nooo!!"
Chu❤️ Pucuk penis Bokuto mencium bibir hole Akaashi.
"Bokuto-san! Yes!!" Jerit Bokuto sambil mendorong penisnya masuk, membuat jeritan Akaashi memekik nyaring.
Dan tanpa memberi waktu jeda, Bokuto langsung mengocok hole Akaashi yang sensitif.
"---!!!" Suara Akaashi tercekat, rasa nikmat berkali lipat menyerangnya.
Prostat Akaashi ditumbuk penis Bokuto berulang kali.
"Ooh~ your hole so tigh~"
Bokuto menjilat bibirnya, menikmati setiap inci dirinya diremas.
Akaashi yang kehabisan suara hanya mengap-mengap keenakan, tidak bisa berpikir jernih.
.
.
.
"Maafkan aku..." Mata Bokuto bonyok, hasil dari tendangan Akaashi.
Setelah membuat Akaashi lemas, Bokuto yang lupa daratan ingin melakukannya lagi dan lagi meski hari sudah gelap.
Sekuat tenaga Akaashi mengumpulkan tenaganya untuk menyadarkan Bokuto. Tendangan itu berhasil membuat Bokuto menghentikan aktivitasnya.
Tersadar ia sudah kelewatan, Bokuto berhenti dan mulai membersihkan kekacauan yang ia buat dengan tisu.
"Maafin aku ya??"
Ugh, puppy eyes... Akaashi lemah kalau Bokuto memelas.
"Kaashi--"
Chu♡ Ciuman dikening dari Akaashi yang bersemu, meski wajahnya masih cemberut.
"A-antar aku pulang..."
"Kaashi~" Ekor dan telinga anjing imajiner bergoyang di belakang Bokuto.
Wajah cantik yang cemberut, Akaashi sangat menggemaskan!
Sayangnya Bokuto harus menahan diri agar tidak menyantap Kouhainya lagi, kalau tidak ia akan digampar.
.
.
.
Bokuto Pov 🦉
Akaashi kedinginan, wajahnya merah, badannya menggigil.
Haaa~ gemes~ mana waktu ditawarin duduk dipangkuan dia mau aja.
Hehe, mayan modus dikit.
Masukin tangan... Dia masih liat orang tanding, oke berarti ga papa.
Tapi... Perut Akaashi ko lembut banget yah?
Dadanya gimana?
Ohh~ krempeng banget--bentar ini yang rada menonjol apaan?
Ahh, puting! Aduh, gemes banget! Ini dipencet pas banget di jari!
Hmm? Dibagian dalamnya rada keras? Ah iya, puting Akaashi kan di dalam.
Hehe, putingnya mengeras, gemes~
Opss--jangan senyum Koutarou, fokus ke lapangan aja.
"Bokuto-san, kamu ngapain?"
Aku nunduk, muka Akaashi datar banget.
Ish, cemberut dikit dong.
"Ga papa, gemes aja."
Akaashi menggigit bibirnya! Ga nahan! Sumpah!
P-pencet lagi gimana?
"Mmh~" 😣
Imut banget! Jantungku masih ada di tempatnya kan? Kan??
Akaashi nikah yuk!
Aaah, dia nyoba narik tanganku keluar?
Fufufu, ga bakalan ku lepas!
Cengkraman maut! Jepitan puting!
Hmm...? Akaashi makin gelisah ya duduknya?
Mana dia rada cemberut gini? Jadi pengen ku telan!
Bibirnya kaya minta dicipok!
Bibir ranum itu milikku!
Aduh, tahan jangan ngeres! Mana si titid pas banget di pantat dia, tahan-tahan!
Eh? Bau manis... Akaashi??
Sial, dia horny.
Yang punya badan ga sadar dong?? Kaashiii~ manis-manis memabukkan tau ga?
Dahlah, cari tempat dulu baru santap ni anak.
(End Pov)
.
.
.
Namun seiring waktu, Akaashi mulai kesusahan dengan puting yang selalu Bokuto puja ketika ia sudah dewasa.
"Ukh... menyusahkan."
Akaashi menyeka keringat seperti biji jagung di pelipisnya. Padahal hari sudah malam namun masih saja terasa panas.
"Andaikan aku bisa memakai selembar kaos ataupun kemeja dengan bebas di depan umum..."
Sayangnya tubuhnya tidak mendukung. Bagian privasinya akan menonjol, puting kembar yang seiring waktu semakin menonjol dan tercetak jelas di balik pakaiannya.
Dari dulu hingga SMA Akaashi tidak masalah jika memakai baju tipis, meski pun putingnya sedikit berbeda dengan kebanyakan orang.
Puting di dalam, dimana benda itu seakan tenggelam di antara kulit, membuat ilusi sepasang bibir merah muda sebagai pucuk dada.
Puting favorit Bokuto.
Semenjak lulus SMA, Akaashi mulai memakai pakaian yang cukup tebal bahkan di musim panas sekali pun.
Hal ini dikarenakan intensitas kehidupan seksual yang jarang, membuat Bokuto sekali bertemu akan menyantap Akaashi hingga ia kewalahan di atas ranjang.
Kecupan dan cubitan membuat dada Akaashi bengkak, memerah, dan mencuat dengan erotis.
Hanya saja ia tidak menduga tubuhnya akan berubah (permanen) karena sentuhan Bokuto. Selain karena ia jarang berolahraga dan menjadi empuk.
Puting yang dulunya tenggelam kini selalu mencuat keluar, menonjol dibalik pakaian, menegak ketika ia terangsang. Tak jarang ia harus membabat dadanya yang menjadi lembut dengan perban agar tidak terlihat dari luar.
Memakai nipple pad dan berharap tidak ada orang yang menyadarinya. Meski terkadang ia merasa malu, Akaashi senang ini dikarenakan orang yang ia cintai hingga hari ini dan nanti.
"Tadaima~" Akaashi dengan lesu masuk ke dalam rumah.
"Okaeri, Ji." Sahut Bokuto, terlihat ingin pergi ke kamar mandi dengan handuk di pundaknya.
"Harinya cukup panas ya?"
Akaashi mengangguk, "Iya... aku ingin mandi."
Keluhnya sambil menarik kerah sweaternya, membuat leher jenjang yang lebih muda menarik perhatian.
Mendapat ide yang bagus, Bokuto mendekat dan membantu Akaashi membawa ranselnya.
"Mau mandi bareng?"
Akaashi pikir itu bukan ide yang buruk, "Tent--ah~"
Desahannya lolos, Bokuto mencolek putingnya dengan tepat.
"Mereka sensitif seperti biasanya ya?"
Akaashi yang merah cemberut, "Kamu pikir karena siapa? Aku sampai membeli beberapa nipple pad karena tidak nyaman saat bergesekan dengan pakaian."
"Masih sakit? Maaf ya (sorry, not sorry), soalnya imut~ nanti ku bantu untuk mengoleskan salep yang baru ku beli."
Akaashi menatap penuh curiga, menutupi dadanya dari luar sweater.
"Aku tidak bohong, aku janji takkan menyentuh mereka hingga benar-benar sembuh."
Akaashi menghela nafas, tersenyum lega. "Baiklah Kou."
Kenyataan... baru 10 menit Bokuto bicara begitu, ia terus memainkan puting Akaashi ketika mereka mandi.
Membuat Akaashi yang tengah bersandar di dadanya merengek dan terisak karena rasa nikmat dan sakit yang menjadi satu.
Belum lagi setiap kali masa ovulasi dadanya ngilu ketika disentuh. Karena mereka akan sedikit berkembang dan memproduksi ASI. Menjadi semakin montok, agak padat dan kenyal dalam genggaman Bokuto.
"Uugh~ uhh~💕" Iris zamrud itu semakin berair saat melihat putingnya tengah dipermainkan.
Dada kananya diremas, dengan jari telunjuk Bokuto terus menjentik putingnya yang basah. Sementara dada kirinya tengah dipijat dengan gerakan memutar dengan ibu jari dan telunjuk tengah menjepit puting yang tak kalah merahnya.
Tubuh Akaashi gemetar, kedua kakinya bergerak gelisah saling menggesek lutut. Ini menyakitkan, namun aroma alpha yang menenangkan sedikit mengobati pikirannya.
"Sayang, mereka menggemaskan ya?" Bisik sang alpha sambil menyesap aroma manis di antara perpotongan leher, memberikan kecupan kupu-kupu pada sisi wajah yang merona.
"Anh~💕 ahh~ Kou~💕" Dada Akaashi membusung naik ketika jepitan di dadanya semakin kencang.
Tubuh omega kecil itu berkedut, terangsang akan sentuhan si alpha hingga penisnya yang sudah basah kuyup siap meledak.
Hanya karena putingnya di manja.
Ya, Bokuto takkan pernah bosan dengan apa yang Akaashi punya, selamanya.
*****
(2) Black Curl
Saat SMA Bokuto pikir rambut cepak Akaashi akan kasar jika disentuh, nyatanya tidak. Mereka sangat lembut walau terkadang sedikit kering hingga membuatnya dengan mudah berantakan karena angin.
Ketika ia lulus dan semakin jarang bertemu si adik kelas, Bokuto sadar Akaashi mulai memanjangkan rambutnya, memakai kacamata, dan pakaian hangat yang terlihat tebal.
Bahkan rambut hitam kesukaan Bokuto sekarang menjadi semakin terlihat lembut dan mengembang seperti permen kapas.
Membuat Bokuto semakin dimabuk cinta dengan apa yang Akaashi punya--meski dari dulu dia juga sudah ada rasa pada si junior.
Benar, bagian kesukaan Bokuto selanjutnya adalah rambut ikal Akaashi.
Setiap kali ia mengusap helai raven yang bersandar di pundaknya, menyesap aroma sampo yang sama ketika si pemilik surai raven berada di atas pangkuannya.
Hanya saja Bokuto tidak menduga... jika ketiak Akaashi juga begitu menggemaskan.
Ketika si junior terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga rambut di tubuhnya tumbuh subur. Tiada janggut dan kumis, tapi di beberapa bagian tubuh Akaashi cukup lebat.
Saat itu Akaashi yang ingin mandi melepas baju tepat di depan Bokuto. Dia tidak sadar sedang diperhatikan, hingga kedua tangan yang masih tersangkut dalam baju digenggam, dan ditarik ke atas.
Membuat ketiak dengan hutan mininya terlihat, Akaashi tentu salah tingkah karena sikap Bokuto.
"K-Kou, aku akan mencukur mereka j-jadi jangan melihat--ah!! Jangan disentuh!!"
Akaashi menggeliat ketika Bokuto menusukkan telunjuknya di tengah ketiak. Geli dan rasanya aneh ketika rambutnya dimainkan.
Belum berhenti di sana, Akaashi bisa melihat senyum sarkastik yang hanya muncul ketika mereka di atas kasur.
Oh, tidak--
"Ji, apa di bawah sana juga?" Bokuto menarik ujung celana Akaashi dan mengintip ke dalamnya.
Akaashi mencoba menjauhkan pinggulnya dari Bokuto.
"E-entah! Aku tidak tahu--"
"Tidak apa! Aku akan mencukurnya untukmu!"
Sejujurnya, semenjak mereka tinggal satu atap... Bokuto suka mencukur Akaashi, dia selalu marah jika Akaashi melakukannya sendiri.
Apa lagi ketika si raven mencukur area privatnya. Karena rambut di bawah sana... lebih lembut.
*****
(3) Plump Body
Jika membahas perubahan fisik, keduanya benar-benar berbeda dibandingkan yang dulu. Hanya saja bagi Akaashi... ia merasa kurang percaya diri dengan tubuhnya sekarang.
Gaya hidup tidak sehat dengan tidur larut dan makan tidak teratur, selalu meneguk beberapa cangkir kopi hingga gelasnya direbut oleh sang kekasih.
Akaashi sadar ia kehilangan tubuhnya yang padat dan kencang, semuanya menjadi begitu lembut dan goyangan sedikit saja membuat gelambirnya bergetar.
Setiap kali ia duduk perutnya menjadi tiga lipatan. Menunduk membuat lehernya juga berlipat. Pahanya mengisi celah celana yang ia kenakan hingga ketepian. Bahkan kaos kaki yang ia kenakan menjadi melar dibandingkan saat awal dibeli.
Dia... benar-benar menjadi montok.
Berbeda dengan Bokuto yang menjadi semakin berotot, tubuh kencang dan terkesan kuat. Akaashi terlihat seperti sebuah squishy hidup.
"Kou, kamu ingin cerai?"
"Hah? Kamu mau? KENAPA? Apa aku melakukan sesuatu yang salah??"
Akaashi menggigit bibir, "Tidak... pikiranku terlalu berisik."
"Apa ini karena perutmu lagi? Sekarang lipatannya menjadi empat?"
Bokuto dengan penasaran meremas perut kekasihnya dari balik sweater.
"B-bukan, uhh... mungkin..."
"Keiji, kamu punya stretch mark pun aku tidak peduli. Kamu tetap kamu."
Akaashi memanyunkan bibir, "Kou, aku tidak semenarik yang dulu... aku seperti kue lembek yang tidak enak."
Bokuto tersenyum, ia merangkul pinggul Akaashi agar yang lebih muda menempel padanya.
"Kue lembek juga enak Ji, rasanya tetap manis."
Akaashi tidak bisa menahan rona merah yang menjalar karena kecupan di pipinya.
"Kamu seriusan? Bahkan jika kamu kesusahan mencari di mana pinggangku?"
"Shhh, kamu tidak tahu betapa enaknya meremas tubuhmu dari belakang. Tubuhmu menggemaskan!"
Akaashi kehabisan argumen, mungkin Bokuto benar. Seharusnya ia menerima dirinya apa adanya.
"Kalau mau kita bisa melakukan diet."
"Nah, aku lebih tertarik menghabiskan minggu pagi di atas kasur."
Kali ini Bokuto yang cemberut.
Akaashi paham jika dewasa ini Bokuto semakin menyukai setiap inci bagian tubuhnya.
Kaki jenjang yang dulunya padat kini lembut, penisnya yang selalu menjadi mainan Bokuto di atas ranjang, perut rata yang kini berlipat. Dada padat yang menjadi montok, bibir huruf m yang menggoda. Iris zamrud dengan bulu mata lentik yang masih cantik meski memiliki kantong hitam, dan ikal hitam yang halus.
Tak jarang Akaashi menggoda Bokuto dengan tubuhnya, mengirimkan foto kakinya yang dibalut stocking, torso dengan puting mengintip di antara celah kemeja.
Membuat si atlit voli harus menahan penisnya yang membengkak hingga ia bisa pulang dan menerkam Akaashi.
Dan ketika Akaashi hamil, ia berpikir Bokuto akan kehilangan nafsu padanya.
Nyatahya ia salah, Bokuto menjadi semakin lapar untuk menelannya bulat-bulat bahkan dengan jabang bayi yang masih berada dalam perut.
Karena bagi Bokuto, itu adalah bagian dari kekasihnya jadi apa yang salah?
*****
(4) Pikirannya
Seperti yang kita tahu jika sedari dulu Akaashi adalah anak yang pintar, ia rajin belajar dan mendapat nilai yang bagus dalam setiap mata pelajaran.
Hanya saja tiada yang tahu jika otak kecil si omega dipenuhi pilihan dan konsekuensi. Menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran apa bila yang ia rencanakan tidak sesuai dengan apa yang ada dalam benaknya.
Terkadang jika Akaashi merasakan awan hitam dalam pikirannya begitu berisik, Bokuto akan memberikan ruang agar ia merasa lebih tenang.
Dan ketika Akaashi yang sudah merasa lebih baik atau malah semakin lebih buruk, dengan suara kecil lirih bergetar memanggil nama matahari yang akan mengusir awan gelap.
"Kouta..."
Secepat kilat Bokuto akan berada di sisinya, memberikan pelukan hangat dan kecupan sayang. Memberikan perhatian yang Akaashi inginkan, seakan menunjukkan betapa berharganya Akaashi karena telah hadir di dunia, di hidupnya.
Bokuto dengan senang hati akan melakukan apapun agar membuat Akaashi merasa nyaman.
Memandikan tubuh si omega agar rileks dari penatnya bekerja. Menggosok setiap inci kulit lembut itu, membasuh helai raven dengan sampo khusus yang sengaja ia beli untuk Akaashi.
Berendam bersama dalam bathup air panas yang menenangkan, membiarkan Akaashi yang terkadang terisak karena pikirannya menjadi begitu lengket padanya. Bersandar di dadanya dengan kelopak mata bengkak yang berair.
Memberikan dekapan erat pada pinggulnya seakan memberi tahu bahwa Bokuto akan selalu ada untuk Akaashi. Dan tak jarang sesi mandi intim untuk melepas ketegangan berakhir dengan comfort sex.
Entah karena sentuhan Bokuto atau aroma alpha yang begitu maskulin, membuat Akaashi juga ingin dimanja di atas kasur.
"Berbaring saja Ji, biar aku yang melakukannya."
Bokuto tidak membiarkan Akaashi untuk melayani, kali ini dirinyalah yang akan memberikan begitu banyak perhatian dan kasih sayang.
Tanpa tergesa-gesa ataupun dipenuhi nafsu belaka, Bokuto akan mengecup setiap sisi wajah Akaashi. Kecupan di kening, hidung, dan bibir. Dengan tangan kasarnya mengusap pipi merona yang basah akan air mata.
Meninggalkan kecupan kupu-kupu pada leher jenjang beraroman menggoda. Membelai tubuh montok yang semakin bergairah akan sentuhannya.
Rengekan Akaashi lolos ketika putingnya dibelai, diremas dan dicubit. Bokuto tak tinggal diam untuk memberikan kehangatan dengan mulutnya, memanjakan salah satu puting dengan lidah basahnya.
Sentuhan lembut itu membuat penis Akaashi yang basah kuyup akan precum berkedut, bagian dalam tubuhnya juga seakan gatal untuk disentuh.
Tubuhnya semakin bergetar ketika Bokuto meremas penisnya, mengumpulkan cairan bening itu dalam tangannya.
"Angh~💕" Akaashi memekik ketika jari berlumur precumnya meraba cincin keriput yang juga tak kalah basah.
Menekan dan perlahan masuk untuk melebarkan Akaashi.
"Basah banget yang." Komentar Bokuto sambil terus menggerakkan jarinya di bawah sana, melebarkan dinding rektum yang panas.
Bahkan suara kecipak basah di bawah sana begitu keras terdengar, cukup memalukan tapi Akaashi tidak masalah selama itu dengan kekasihnya.
Bokuto dapat merasakan Akaashi kini membelai helai rambutnya, sesekali mencengkram ketika jari Bokuto menemukan sweet spotnya.
"Kou, aku mau merasakanmu di dalam..💕"
Jika Akaashi memohon, Bokuto akan menuruti. Ia mengeluarkan jarinya, menarik kedua paha Akaashi agar terbuka lebar untuknya. Memposisikan penisnya yang sudah begitu basah sedari tadi.
"Ahh💕" Akaashi terisak ketika Bokuto perlahan memasukinya.
Inci demi inci hingga tenggelam sampai pangkal, membuat bulu kemaluan Bokuto menggesek biji kembar Akaashi.
Akaashi melingkarkan kakinya di belakang Bokuto, seakan menghapus jarak di antara keduanya.
"You're so hot baby, so tight around me." Tubuh Akaashi berkedut merespon pujian yang ia terima.
Bokuto mengatakan kalimat manis yang sekiranya membuat Akaashi senang ia telah hadir di dunia, membuat dirinya begitu spesial dan penting.
Perlahan, Bokuto menggerakkan pinggulnya untuk mengocok Akaashi. Mendekap tubuh yang lebih kecil, mengecup bibir basah yang terus memanggil namanya.
Telapak tangan kasar itu juga tidak tinggal diam untuk membelai tubuh Akaashi, memberikan sengatan geli pada kulitnya yang sensitif.
"Kou~💕" Tangis Akaashi pecah, Bokuto meremas penisnya, memberikan pijatan nakal yang membuat batasannya semakin cepat.
Kuku-kukunya dengan kuat menancap di punggung Bokuto, mulutnya terbuka dengan lidah menggantung tanpa suara. Tubuhnya berkedut dalam dekapan Bokuto, dan dinding rektumnya mengetat meremas penis si alpha.
Akaashi mencapai puncak hasratnya, mengotori perut keduanya yang saling menempel.
Bokuto segera menghentikan pinggulnya, membiarkan momen ini hanya untuk Akaashi. Menenangkan sang kekasih yang tengah dimabuk euforia akan pelepasan hasrat.
Dan ketika Akaashi terlihat lebih tenang, Bokuto yang ingin menarik dirinya keluar ditahan.
"J-jangan dikeluarin..."
Akaashi mengunci pinggang Bokuto dengan kedua kakinya, seakan tak membiarkan sang alpha pergi.
Bokuto sebenarnya tahu ini akan terjadi, betapa Akaashi menyukai stimulasi berlebih ketika di atas ranjang. Begitu intim dan saling merasakan satu sama lain.
"Kou, please... fill me, i want it..."
Kecupan di kening, dan Bokuto tersenyum padanya.
"Keiji, babe, can i?"
Akaash tersenyum dan mengangguk, memberikan izin untuk Bokuto melakukan apapun pada tubuhnya. Lengan kurus itu dikaitkan di bawah kakinya, membiarkan dirinya terbuka begitu lebar untuk Bokuto.
Tanpa aba-aba Bokuto mulai bergerak untuk mencapai puncak hasratnya sendiri. Menyaksikan Akaashi yang terisak dengan alis berkerut. Iris zamrudnya terkatup rapat, meneteskan air mata bahagia.
Bukan karena kesakitan, melainkan karena dirinya tengah merasakan Bokuto begitu dalam menumbuk.
Menggesek setiap jengkal dinding rektumnya yang becek, menekan prostatnya yang berkedut.
Bibirnya terbuka memperlihatkan rongga mulutnya yang basah, mendesahkan nama sang kekasih dengan suara serak parau.
Ini pemandangan terindah bagi Bokuto.
"Keiji...💕"
Bokuto menunduk dan memeluk kepala Akaashi, memberikan ciuman dalam yang menahan erangan si omega.
Semakin gencar menggenjot, membuat tubuh Akaashi semakin berkedut.
Dan bersamaan melepas hasrat kental.
SPUUURT!!!
Akaashi mengotori perut keduanya untuk kesekian kali, sementara Bokuto mengisi rahimnya sambil terus menggenjot.
Membuat benih yang tak tertampung terciprat keluar di antara bibir lubang Akaashi yang bengkak dan merah.
Hingga spermanya berhenti keluar, Bokuto menurunkan momentum untuk mengocok menjadi lebih pelan dan lembut. Lalu benar-benar berhenti, mengistirahatkan penisnya di dalam Akaashi tanpa dikeluarkan.
Bokuto melepas bibir Akaashi, membuat benang saliva tercipta.
Sambil menyisir helai raven yang lepek, Bokuto memperhatikan wajah rileks Akaashi yang merah dan cantik. Sesi bercinta mereka begitu intim, seakan dunia hanya milik berdua.
Karena mereka berdua bukan tipikal yang begitu terburu-buru untuk berpisah, masih menikmati sisa euforia dengan saling merasakan.
Tangan kanan Akaashi terangkat, dengan lemas menyeka peluh di wajah Bokuto.
"Kou, apakah rasanya enak?"
Bokuto meraih tangan Akaashi, mengecup telapak tangannya. "Selalu sayang, kamu yang terbaik."
Intim, tanpa kain penghalang ataupun lainnya. Hanya romantisme dan erotika yang manis.
Setelah sesi bercinta yang begitu panas, Bokuto akan membersihkan sisa kekacauan yang mereka buat sementara Akaashi beristirahat.
"I adore you, my love."
*****
Author note :
Ya gitu deh, ehe🗿
Happy 4.5 day!!! Owl day! BokuAka day!
25 Agustus 2021
23 Maret 2022
26 Maret 2022
01 April 2022
Revisi : 5 April 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro