Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Just The Two of Us

Ketika di rumah hanya ada mereka berdua, apa yang akan terjadi? Meski usia sudah 40an, lovey dovey masih kan terus berlanjut.

.
.
.

"Aku lupa hari ini ada janji acara reuni."

Bokuto cengengesan, Akaashi hanya diam dengan wajah datar.

"Ermm.. apa kami mengganggu?" Konoha menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Tentu tidak, Konoha-san."

BokuAka yang berencana untuk makan di luar berpapasan dengan teman-teman alumni di sebuah rumah makan, secara kebetulan mereka menuju tempat yang sama

Saat berpapasan, Bokuto baru ingat kalau kemarin ia diberi tahu Konoha bahwa malam ini akan ada acara reuni.

Sekarang mereka berkumpul setelah beberapa waktu tidak berjumpa.

"Keiji-kun, kamu makin cantik aja." Celetuk Suzumeda.

Jika dulu Akaashi terkesan manis dan imut, sekarang auranya terkesan cantik dan anggun.

"Benaar~ Keiji-kun, kamu ngapain aja jadi awet cantiknya?"

Di sini Akaashi kebingungan, apa rahasia awet mudanya?

"Ah!" Akaashi teringat satu hal.

Sering menelan sperma Bokuto.

Akaashi reflek menahan bibirnya untuk bicara.

Mana mungkin ia mengatakan itu bukan?

Meski saat ini kesadarannya sedikit bergoyang karena aroma bir, Akaashi memang lemah dengan alkohol.

"Skin care rutin aja sih, lagi pula beberapa tahun ini aku juga tidak tidur larut lagi."

"Hu'um pola makan juga berpengaruh." Tambah Shirofuku mengiyakan.

Di sisi lain, para pria juga mengobrol.

"Ahh, pinggangku sakit." Keluh Konoha.

"Yah, 2 tahun ini pinggangku juga mulai sakit." Celetuk Bokuto.

Akaashi yang duduk di samping Bokuto menoleh, ikut berbincang.

"Semenjak bersama Koutarou pinggangku selalu sakit."

Semua orang terdiam dan menatap Akaashi yang meraih gelas bir.

"Setiap pulang ke rumah aku selalu minta dipijat... Hee~ mungkin karena aku terlalu lama duduk depan laptop--gulp gulp~"

Kekeh Akaashi lalu menegak bir hingga separuh, membuat kumis putih menempel di atas bibir.

"Sebentar, kamu ga mesan bir--"

Yang diminum Akaashi itu gelas Bokuto.

Akaashi melirik gelas yang ia genggam, menjilat busa putih dari bibirnya.

"Ini bukan teh oolong? Pantas agak pahit~ nyahahaha~" Akaashi mabuk.

"Yup, ku rasa kami akan pulang lebih dulu." Bokuto merebut gelas bir itu dari Akaashi.

Setelah berpamitan dan membayar tagihan, sepasang burung hantu itu pulang ke sarang tercinta.

Dan selama diperjalanan, tangan Akaashi tidak mau diam.

Kalau tidak memeluk tangan Bokuto, tangan Akaashi akan menjamah selangkangan Bokuto.

"Ji, jangan sekarang."

"Kamu ga sayang aku?"

Bokuto melongo, dari mana pemikiran itu datang?

"Engga, bukan gitu~"

"Kalau begitu gak masalah dong." Akaashi membuka resliting celana Bokuto.

Untungnya saat ini mereka memakai mobil pribadi, jadi tidak akan ada paparazi dadakan.

"Ji, aku mau nyetir."

Bokuto mendorong Akaashi kembali ke kursinya, memasangkan safe belt.

"Mhuu, Kou~" Akaashi terisak karena tidak bisa menyentuh Bokuto.

Bokuto mau tidak mau menguatkan diri, jika ia tidak bisa mengendalikan diri, yang ada nanti akan muncul berita mengenai mobil bergoyang.

Setelah mengancingkan celananya, Bokuto mulai menyalakan Mobil.

Selama perjalanan Akaashi terus menangis, meracau kalau dirinya jelek dan Bokuto sudah tidak mau bersamanya lagi.

Bokuto sebenarnya gatal ingin menenangkan Akaashi, tapi ia harus fokus dengan jalanan dulu.

Mobil mereka melaju dengan kecepatan tinggi menembus dinginnya malam Tokyo.

Ckiiit! Tak perlu memakan waktu lama, mobil mereka pun berhenti di dalam pekarangan rumah.

"Huuu... hiks.. hiks..." Akaashi masih terisak di kursi penumpang.

Cklek. Pintu di samping Akaashi terbuka, Bokuto sudah berada di sana dan membantu Akaashi melepas safe belt.

Plak!

Akaashi menepis tangan Bokuto yang mencoba membantunya keluar.

"Hiks... Huuu... Uughh..."

Bokuto menghela nafas, Akaashi kalau mabuk parahnya bukan main.

"Sayang, mau maafin aku?"

Bokuto berlutut di atas tanah yang dingin, mengucup jari manis dengan cincin yang tersemat.

Akaashi segugukan dengan wajah kusut, air mata dengan deras mengalir. Hidungnya memerah dan berair. Bibir dan alisnya juga mengkerut tidak karuan.

"Kamu masih sayang sama aku?"

"Selamanya Ji."

Akaashi berhambur ke dalam dekapan Bokuto, membuat Bokuto oleng dan terduduk karena serangan bobot tubuh.

"Huuu... Kou.. Kou..." Akaashi mengecupi setiap jengkal wajah Bokuto.

Bokuto balas mendekap dan mengecup pipi Akaashi, mengusap bulir basah dari mata yang memerah.

Setelah mengunci mobil, Bokuto membawa Akaashi ke dalam rumah.

"Mmh~♡ Nnh~♡"

Bibir keduanya saling mencumbu, dengan tangan yang bergerak melepas pakaian masing-masing.

Kini Bokuto berbaring di atas kasur, ditindih oleh Akaashi.

"Di laci..." Akaashi mengecup permukaan kulit Bokuto.

Bokuto meraih lube di dalam laci dekat kasur, setelah menuangkan cairan beraroma sensual ke tangannya, jari jemari Bokuto menyentuh area bawah Akaashi.

"Ahh~❤️" Jari Bokuto melesak masuk.

Akaashi meremas helai kelabu Bokuto, merasa nikmat saat holenya dilebarkan.

Ditambah Bokuto sedang menyerang puting Akaashi dengan mulutnya.

"K-Kou cukup--" Akaashi mencoba menjauhkan Kepala Bokuto dari dadanya.

"Naahh❤️" Puting Akaashi digigit.

Bersamaan dengan jari yang semakin cepat mengocok hole, Akaashi menyemburkan hasratnya mengenai perut Bokuto.

"Ahh~♡ hahh~♡"

Akaashi tersengal, berbaring di atas tubuh Bokuto dengan gemetar.

"Not yet, Ji." Bokuto mengecup pipi Akaashi dan tersenyum.

Sambil mengarahkan penis pada hole Akaashi.

"N-no! Kou, sto--mmngh~❤️" keluhan Akaashi dibungkam dengan ciuman.

Akaashi bisa merasakan penis Bokuto perlahan-lahan memasukinya, mengisi setiap inci dirinya.

"Ngh~♡ Nnnh~♡"

Bokuto terus melumat bibir Akaashi.

Meremas pipi bokong Akaashi.

Menyentakkan pinggulnya dan mengocok hole Akaashi.

"Funyaa~ aah~❤️"

Ciuman itu terputus, meninggalkan jejak saliva pada sudut bibir Akaashi.

"Come on, Ji~ move your hips~"

Akaashi menggigit bibir dan menegakkan tubuhnya, membuat penis Bokuto masuk begitu dalam.

Akaashi bisa merasakan ujung penis Bokuto menekan prostatnya.

"Ngh~♡"

Sambil bertumpu pada perut Bokuto, Akaashi menggerakkan pinggulnya naik turun.

"Ahh~♡ Ji~♡"

"Mmh~♡ Kou~♡ Ah~♡ Ah~♡"

Desahan Akaashi meninggi, Bokuto ikut menggerakkan pinggulnya.

Membuat keduanya semakin mengerang nikmat.

"Uuuaaah~❤️"

Akaashi tersentak, menyemburkan hasratnya dan mengenai wajah Bokuto.

Bokuto menjilat bibirnya yang kotor, dan menarik pinggul Akaashi ke bawah.

Membuat Akaashi tidak bisa bernafas, karena rasa nikmat yang dua kali lipat.

"Ooh~♡ Ahhh~♡"

Akaashi meremas perutnya yang terasa hangat, Bokuto mengeluarkan benihnya di dalam.

"Haaa~ah~♡"

Bokuto juga meleleh dengan rasa nikmat yang membungkus penisnya.

Keduanya beradu pandang, masing-masing mengatur nafas akan rasa nikmat.

"Hhh... hhh..."

Bokuto menegakkan tubuhnya dan mendekap Akaashi yang kini juga memeluk lehernya.

"Ronde kedua?" Bokuto tersenyum menampilkan deretan giginya.

Akaashi hanya tersenyum malu-malu.

Malam itu mereka habiskan dengan bergumul di atas kasur hingga tertidur.

Lebih tepatnya Bokuto yang tertidur.

"Grooook~" Bokuto mendengkur.

"Eh? Tunggu--" Akaashi mati kutu.

Masalahnya posisi mereka saat ini masih dengan daerah selatan yang menegang.

Entah karena rasa nyaman yang memabukkan, Bokuto sampai ketiduran.

Sedangkan Akaashi yang menggenggam kejantanan Bokuto masih... horny.

"Uugh~ yang mabuk kan aku!" Protes Akaashi.

Melihat Bokuto yang sepertinya tidur karena kelelahan, Akaashi menuntaskan hasratnya sendirian.

Akaashi melanjutkan fellatio yang tadinya sempat terhenti.

Mengulum pucuk penis Bokuto sambil mengocok batangnya.

Lalu melirik Bokuto yang masih tidur dengan damai, perempatan imajiner muncul di kening Akaashi.

Dengan gemas Akaashi meremas buah zakar yang menggantung, semakin kuat mengocok batang penis Bokuto.

"Ghu--" Tubuh Bokuto berkedut.

SPUUU~UUURT!!!

"Ah." Wajah Akaashi disemprot dengan sperma.

"....." Akaashi menatap penis yang ia genggam dan masih berkedut mengeluarkan sperma.

Lick~❤️ Lidah Akaashi terjulur.

Dengan senang hati Akaashi menjilat habis cairan kental Bokuto.

Akaashi juga mengurut penis Bokuto, mengeluarkan sperma yang tersisa.

Setelah benar-benar bersih, Akaashi masih memandang penis Bokuto yang tegak berdiri.

"......" Akaashi menutup mulutnya dengan tangan, akal sehat sedikit menyadarkannya.

Bokuto masih mengeras meski ia tidur?

Akaashi tidak mungkin melanjutkan lebih dari ini karena sudah kelelahan.

Pada akhirnya Akaashi ikut berbaring di samping Bokuto, lalu menutupi tubuh mereka berdua dengan selimut.

Tapi, setelah 5 menit berlalu... penis Bokuto masih berdiri tegak.

Menyembul dari balik selimut.

Sraaak!!! Akaashi yang merasa kesal membuka selimut itu lagi.

"Kou tidurlah!" Maki Akaashi sambil menunjuk penis Bokuto.

Twi~tch

Tapi penis yang diomeli hanya berkedut.

Akaashi menghela nafas, merasa tidak punya pilihan lagi.

Merayap ke atas tubuh Bokuto.

Mengarahkan penis itu ke hole yang basah.

"Ku mohon setelah ini tidurlah--"

Perlahan sambil memegangi penis Bokuto, Akaashi bergerak turun dan membuat daging yang mengeras itu masuk.

"Zzzzzz~"

Bokuto masih tidur dengan nyenyak.

"Ngh~aaa~ah~♡"

Sedangkan Akaashi tersengal rasa nikmat.

Dengan pelan Akaashi menggerakkan pinggulnya, membuat penis Bokuto untuk kesekian kali mengocoknya.

Namun karena tubuh yang masih sensitif, Akaashi mengejang.

"Hii--ah~♡" Akaashi lagi-lagi menyemburkan hasratnya.

Mengenai wajah Bokuto yang terlelap.

Melihat wajah tidur sang kekasih kotor, Akaashi menunduk.

Membersihkan sperma yang mengotori wajah Bokuto dengan lidahnya.

Ia melirik ke arah bawah di mana selangkangan keduanya menyatu, Bokuto masih mengeras meski Akaashi sudah layu.

"Kuatkan dirimu Keiji!"

Akaashi menyemangati dirinya sendiri dan mulai menggerakkan pinggulnya lagi.

Tapi setelah waktu berlalu, tidak ada tanda-tanda Bokuto akan muncrat.

"Nhhh~♡" Akaashi menitikkan air matanya, kesal karena Bokuto belum juga mencapai puncak hasratnya.

Sedangkan ia sudah sangat lelah!

Bagaimana tidak? Meski Akaashi terangsang, penisnya sudah tidak sanggup untuk mengeras lagi.

Bahkan yang keluar dari pucuk penisnya hanya sperma seperti air transparan.

Kadang Akaashi tidak mengerti apakah dirinya yang terlalu sensitif atau Bokuto yang terlalu kuat di atas ranjang.

"Mmh~ Ji~ Nyemnyem~"

Tiba-tiba Bokuto mendekap pinggul Akaashi.

"Angh~❤️" Akaashi melotot.

Bokuto menggerakkan pinggulnya sambil tidur.

"T-tunggu, ga mungkin--" Wajah Akaashi pucat pasi.

Bokuto memang memiliki nafsu yang tinggi, namun ini pertama kalinya Bokuto melakukan seks saat tidak sadarkan diri.

Gerakan Bokuto juga sama seperti saat ia sadar, penuh tenaga dan dengan tepat menyodok prostat Akaashi.

Pikiran Akaashi berkabut, bagaimana menghentikannya??

"AhAhKouAhhAah--hiks♡"

Iris zamrud Akaashi memutih, tidak tahan dengan rasa nikmat yang menyerang.

"Ugh--♡"

Spu~uurt!!!

".......~❤️" Akaashi mengejang, ia kehabisan suara. Hanya bisa membuka mulut dengan gemetar, perutnya terasa penuh dan panas.

"Stop--ah❤️ Ahh❤️"

Akaashi terkulai lemas di atas Bokuto yang masih menggerakkan penisnya.

Diiringi dengan suara dengkuran Bokuto, dan rasa nikmat yang menyerang bokongnya
masih tidak berhenti.

Akaashi kehilangan kesadarannya.

.
.
.

Chirp. Chirp. Chirp.

Senandung kicauan burung menandakan waktu telah pagi.

Kesadaran yang hilang karena alkohol perlahan kembali dengan kepingan memori seperti teka teki.

"Mmh~"

Akaashi yang baru terbangun menggigil kedinginan.

Tubuhnya reflek mencari titik hangat dalam selimut.

Gyuuu~t!

Sebuah tangan mendekap tubuh Akaashi, membuatnya semakin merapat pada orang yang memeluknya.

Membuat wajah Akaashi menempel pada dada telanjang.

Akaashi tersenyum, merasa sangat bahagia meski pinggulnya menjerit sakit setelah tadi malam terlalu bersemangat.

Sesaat mencari kehangatan...

PREEE~T!!!

Alis Akaashi mengerut, tercium aroma busuk yang tercampur dengan udara segar pagi hari.

"Kou..." Geram Akaashi dengan mata masih terpejam.

"Eh? Ketahuan?"

"Memangnya siapa lagi kalau bukan kamu."

Bokuto hanya tertawa dan seperkian detik kemudian Akaashi menggulung diri ke arah yang berlawan.

Melihat istrinya merajuk, Bokuto menarik selimut yang menutupi tubuhnya.

Mengibaskan aroma busuk yang terkurung.

"Dah ga bau nih!"

Bokuto menepuk sisi kasur yang tadinya Akaashi tempati, meminta Akaashi kembali.

"Masa?" Akaashi membuka selimut yang menutupi wajahnya, menatap Bokuto dengan tatapan menyelidik.

"Iyaah beneran."

Hidung Akaashi mengendus.

"......."

Akaashi pun kembali merapat ke dalam dekapan Bokuto.

Melihat istrinya mendekat Bokuto mendekap erat gumpalan selimut itu dengan gemas.

"Hehe~ bau banget yah?"

"Banget."

Akaashi merasakan lagi sensasi hangat dari tubuh Bokuto, membuat dirinya seakan meleleh dalam kasih sayang.

"Ututu~ sayang biniku~"

Bokuto mengusap helai rambut Akaashi dan mengecup keningnya.

Smooo~ch!

Tidak mau kalah, Akaashi mendongak dan balas mengecup Bokuto di bibir.

"Mmh~♡"

Iris emas dan zamrud itu saling pandang, dengan rona merah tipis yang menghiasi senyum.

*****

Author Note :

Akaashi yang mabuk itu sesuatu... Kenapa?

Daging nikmat diajak bicara🗿

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro