Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

⭐🌏

"Keiji."

Iris zamrud itu terbuka dengan sempurna.

Tidak ada siapapun yang tidur bersamanya, ia sendirian.

"Mgghh~"

Sambil menegakkan punggung, ia merenggangkan kedua tangannya ke atas.

Meraih ponsel yang masih berbunyi 'Keiji' dari suara sang kekasih, alarm paling manjur untuknya yang terkadang sulit bangun pagi.

Waktu menandakan pukul 6 pagi, waktu yang masih terlalu dini untuknya bangun.

Namun, tidak untuk hari ini.

Sebelum jarinya menekan tombol hijau, layar telfonnya lebih dulu berubah dan menampilkan sang kekasih yang menelfonnya.

Begitu sambungan telfon diangkat, terdengar suara berat yang masih mengantuk.

"Jii... Kamu sudah bangun?"

"Iyaa, baru saja."

Akaashi kembali menggulung dirinya dalam selimut, mendekap nitotan raksasa dengan bentuk yang mirip seperti sang kekasih.

Membayangkan dirinya seakan tengah berduaan di kasur.

"Tidurlah lagi, aku ingin mandi."

"Tidak, aku tidak mau."

Bokuto yang ingin beranjak dari kasurnya kembali duduk.

"Ji, jika kau perlu sesuatu
telfon kakaku ya?"

Suara Bokuto terdengar khawatir, Akaashi entah kenapa merengut kesal. Ia hanya ingin Bokuto, bukan yang lain.

"Hal pertama yang ingin
ku lihat ketika aku
bangun adalah wajahmu."

Akaashi pun demikian.

"Nanti aku akan pulang,
jadi bersabarlah dan
lihat pertandinganku?"

Akaashi menghembuskan nafasnya pelan, tidak bagus juga jika ia terus menerus bersikap keras kepala.

"Tentu Kou, aku akan menunggumu pulang."

"Aku mencintaimu, Ji."

"Aku juga mencintaimu, Kou."

Sambungan telfon diputuskan oleh Akaashi, jika diteruskan Akaashi takut ia akan berubah pikiran dan berakhir dengan Bokuto yang pulang ke rumah tanpa mengikuti pertandingan.

"Aku lapar."

Akaashi pun beranjak dari kamar menuju dapur mereka.

Sedangkan di tempat Bokuto, ia masih memandangi telfonnya sejenak.

Membuat Hinata yang terbangun karena suaranya kebingungan.

"Bokuto-san?"

Bokuto menoleh dengan ekspresi sendu.

Hinata yang melihat Bokuto seperti itu tentu khawatir, ia dengan cepat mendatangi Bokuto.

"Kenapa?"

"Ji menutup telfonku sebelum aku memberikan kecupan selamat pagi."

Hinata hanya tersenyum, ia tidak tahu harus berbuat apa pada Bokuto.

.
.
.

"Astaga! Apa yang orang hamil seperti kau lakukan di pagi hari?!"

Omel seorang wanita dengan surai putih kelabu yang dicepol.

Akaashi mengangkat salah satu alisnya, ia hanya membuang sampah ke depan rumah, apa yang salah?

Iris zamrudnya melihat ke arah dua orang wanita yang berdiri di depan rumahnya.

Wanita yang terlihat kesal itu membawa sebuah tas besar berisi peralatan medis. Sedangkan yang satunya dengan rambut coklat kemerahan panjang yang digerai, tengah membawa kantong belanjaan yang cukup banyak.

"Jangan banyak alasan! Masuk sekarang!"

Akaashi bahkan belum bicara, tapi ia sudah diseret masuk ke dalam.

Bokuto Nee-chan merupakan seorang perawat, di pagi hari ia akan mendatangi Akaashi untuk mengecek kondisinya. Ia akan berangkat kerja setelahnya, mengingat ia sengaja mengambil shift siang.

Sedangkan Shirofuku hanya di hari tertentu saja mendatangi Akaashi untuk mengecek pola makannya, sesekali ia berkunjung sambil membawa makanan.

Dan kebetulan saja kedua orang itu berpapasan di jalan, lalu memergoki Akaashi yang berada di depan rumah.

Sekarang ketiga orang itu berada di dalam rumah.

"Loh? Kau sudah sarapan?"

Ada bekas kupasan kulit pisang, pecahan kulit telur, dan sisa tepung yang belum dibersihkan.

"Tidak Nee-chan itu--"

"Cemilan sebelum sarapan? Aku juga sering begitu, apa yang kau buat sebelum kami datang? Pancake?" Potong wanita dengan rambut digerai itu seraya berjalan memasuki dapur.

"Shirofuku-san, sekalian saja kita buat sarapan di sini, aku juga belum makan." Pinta orang yang dipanggil Akaashi dengan Nee-chan.

Shirofuku hanya mengangguk mengiyakan dan mulai mengeluarkan sayuran segar yang baru ia beli.

Akaashi hanya melihat, mengabaikan televisi yang menyala untuk menonton pertandingan Bokuto nanti.

Ia sedang diperiksa oleh kakaknya Bokuto, mengecek kondisi tubuhnya.

"Shirofuku-san." Panggil Akaashi.

"Iya, iya sebentar."

Setelah mencuci beberapa sayuran, ia membawanya ke depan Akaashi.

Ada timun dan tomat.

Akaashi segera mengunyah sayuran itu dengan lahap.

Pipi yang menggembung itu diusap oleh kakanya Bokuto, membuat Akaashi kembali menatapnya.

"Semenjak hamil, kulitmu semakin cantik dan tubuhmu menjadi semakin sehat."

Sebenarnya Akaashi sama sekali tidak menyadari perubahan selain berat badannya yang bertambah.

Tubuhnya menjadi lebih berisi, lemak ditubuhnya membuat ia sangat empuk untuk disentuh (dan Bokuto sangat menyukainya).

Lalu wajah Akaashi yang dulu selalu terlihat kusut walau tetap cantik, sekarang berseri-seri dan bercahaya.

"Keinginanmu untuk memakan sayuran ini mengingatkan ku dulu saat Kaa-san mengandung Koutarou."

Akaashi bersemu, ia reflek menyentuh perutnya yang sudah agak membesar. Ia tidak pernah tahu kalau mengandung itu akan sangat membahagiakan.

Tenggelam dalam pikirannya, Shirofuku dan Bokuto Nee-chan sibuk di dapur.

"Onee-chan, bantu aku mengupas ini dong!"

"Tentu--oh! Udang di pagi hari?"

"Kemarin dia selalu membicarakan udang saat memakan cumi yang suaminya dapat dari Nishinoya, padahal sebelumnya ia merengek minta cumi."

Akaashi yang mendengar itu hanya mengunyah timun dalam diam, kadang ia tidak sadar bersikap seperti itu.

Sejenak ia menatap timun yang ia makan, setelah memakan itu hingga habis, Akaashi beranjak dari tempatnya menuju dapur.

"Aku mau bantu..."

Kedua wanita itu saling pandang, lalu menoleh ke arah Akaashi.

"Tentu, tapi lakukan sambil duduk. Kau tidak boleh terlalu lama berdiri, itu akan membuatmu kelelahan."

Bokuto Nee-chan segera mengambil kursi dan menyeret Akaashi untuk duduk.

"Akaashi yang memotong ya? Tapi bagian bawang, nanti aku saja."

Shirofuku menyodorkan pisau dan sayuran yang akan dimasak.

Akaashi hanya mengangguk patuh.

.
.
.
"Di mana Bokuto-san?"

Hinata celingukan mencari si Burung Hantu, saat ini mereka sedang berkumpul di lapangan untuk melakukan pemanasan.

"Ritual sebelum bertanding."

Jawab Sakusa yang tengah melakukan pemanasan di lantai.

Seakan sudah menjadi pengetahuan umum apabila Bokuto akan menelfon Akaashi sebelum mulai bertanding.

"Oh, dia sudah kembali." Atsumu yang pertama melihatnya muncul memasuki lapangan.

Bokuto muncul dengan wajah berseri-seri.

Hinata bernafas lega, setidaknya Bokuto tidak terlihat kusut seperti saat setelah bangun tidur tadi.

"Ohh! Apakah ini saatnya aku mengeluarkan Bokuto Beam?!"

Bokuto melihat ke atas, ada banyak penonton. Namun, dengan cepat ia kembali terdiam.

"Di mana kamerannya?"

Tidak biasanya Bokuto mencari kru kamera, Meian yang melihat Bokuto menuju ke arah para jurnalis segera mencegatnya.

"Apa yang kau coba lakukan?"

"Melakukan Bokuto Beam untuk Duniaku."

?????

.
.
.

"Jiiiiii!!!"

Akaashi hampir tersedak saat mendengar namanya dari televisi.

Ia sedang sarapan dengan Shirofuku dan Bokuto Nee-chan.

Di layar televisi, dipenuhi wajah Bokuto yang tersenyum lebar.

"BOKUTOOOOOOO BEAAAAAM!!!"

Teriak Bokuto nyaring.

Akaashi terdiam, lalu tertawa melihat itu.

"Hey hey hey! Bokutoooo~!!!"

Sembari berteriak, Bokuto diseret menjauh dari kamera yang tadinya menyorot seisi lapangan.

"Kami tidak menduga kamera kami akan disabotase oleh pemain MSBY Black Jackals dengan nomor punggung 12."

Jelas si Reporter.

Di belakangnya, Bokuto terlihat berontak dari Meian yang menahan kedua tangannya, Hinata yang memeluk pinggangnya.

Atsumu yang mencoba membekap mulut Bokuto, dengan epala yang ditutupi oleh bajunya sendiri, agar tidak ketahuan dia si Miya Atsumu.

Sakusa yang tadinya pemanasan di lantai bergerak menjauh karena hampir terinjak oleh gerombolan itu.

Akaashi mengerti kenapa Bokuto melakukan itu.

Ia mengangkat kedua tangannya di udara, dengan senyum lebar ia menatap Bokuto yang masih terlihat di kamera.

"Beaam~"

Bokuto hanya ingin bersorak untuk dunia tempat hatiya berpijak.

Akaashi seoranglah dunianya.

Dunia yang terkadang tenggelam dalam overthinking ini juga hanya ingin disinari oleh cahaya hangat yang mencintainya, dari bintang besar yang sejak dulu ia idolakan.

Bokuto seoranglah bintangnya.

*****

Author Note :

Buat lebih enak kakanya Bokuto sengaja ga ku kasih nama, soalnya ya bingung aja.

Btw...

Pasti kalian nungguin konten NSFW kan?

Wkkk 😂 bengek

Ukey, see you on another chapter~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro