Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1

Aku hampir terjungkal menubruk mobil sedanku ketika membaca pesan dari Ashley. Dia memberondongku dengan sekian banyak pesan. Terakhir itu yang hampir membuatku terjungkal.

Astaga, Amme! Akan kupukul pantatmu kalau kau tak kunjung membalas pesanku! Ini danger! Aku menabrak orang! Kau baca, orang, Amme.

Jadi ini yang membuatnya panik luar biasa? Seluruh pesan yang isinya sama menyuruhku untuk menelponnya dan berakhir dengan pesan penjelasannya. Aku menarik napasku dan masuk ke mobil. Aku mencoba menelpon gadis berambut coklat itu.

"Ash,"

"Astaga, kau baru menelponku sekarang? Kemana saja? Aku di rumah sakit sekarang. Pria itu kritis. Dan aku tidak menemukan apapun mengenai kerabatnya. Sial sekali sore ini!"

"Lalu kenapa kau menelponku?"

"Apa?! Kau bertanya seperti itu padaku? Lalu aku harus menelpon siapa? Kendrick? Kau tentu paham bagaimana dia. Apa aku harus menambah masalah baru dengan menelpon dia?!" Gadis itu menjerit penuh emosi.

Aku mengusap wajahku kasar. Setelah seharian penat dengan segudang berkas, sungguh yang kuinginkan adalah bermalas-malasan di ranjang. Bukan mendengar berita seperti ini. Bisa kutebak akhirnya, aku yang harus menyelesaikan masalah ini. Kalau saja Ashley bukan teman yang kukenal luar dalam sejak kecil, aku tidak akan pernah bersedia membantunya.

"Amme!"

"Aku masih di sini. Kau tidak perlu menghabiskan suara cemprengmu itu!" dengusku.

"Kuminta kau ke sini. Kendrick sudah mulai bertanya-tanya aku sedang di mana!"

Kendrick, kekasihnya berkulit gelap, memang sangat possesif pada Ashley. Ini yang aku pikirkan, kenapa Ashley bisa bepergian tanpa Kendrick ataupun tanpaku.

"Hey! Aku tidak tahu kenapa kau bisa lolos bepergian sendiri dengan mobil bututmu itu. Dan sekarang kau berkata seperti ini adalah salahku?" Aku mengembuskan napas kasar. Gadis itu sukses memancing emosiku yang sebenarnya sudah ingin meluap sejak tadi. Beberapa file yang hilang membuatku mengerang kesal dan Ashley memberikan penutup yang luar biasa. Aku bahkan sampai mencengkeram bulatan kemudi yang terbungkus kulit itu.

"Kumohon, aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa. Keadaannya kritis. Kau kemarilah. Kumohon," ucapnya nyaris tersedak tangis. Dia mulai menangis. Kupikir karena dia tidak sanggup menghadapi kepanikannya sendirian.

Aku menarik napas dalam-dalam. Terdiam sejenak, mengatur emosiku di antara mata yang tertutup rapat.

"Baiklah. Aku akan datang dalam 30 menit. Tunggulah. Kau kirimkan alamat rumah sakit itu. Aku akan menemanimu, ingat, hanya menemani," ujarku akhirnya.

"Thanks, Amme," sahutnya terdengar lega.

Entah bagaimana bisa seorang Ashley bisa menjadi seceroboh ini. Aku menggelengkan kepala kemudian melajukan mobilku meninggalkan pelataran parkir gedung majalah ini. Tidak berapa lama aku mendapatkan alamat rumah sakit itu dan aku segera melajukan mobilku ke arah sana. Kuharap lalu lintas mendukungku untuk segera sampai. Aku ingin mendengar kejelasan dari Ashley bagaimana bisa mobil bututnya membuat seseorang terpental hingga kritis.

Aku menciptakan langkah lebar-lebar hingga menimbulkan bunyi nyaring dari sepatu hak tinggiku di sepanjang lorong rumah sakit. Sampai pada akhirnya aku menemukan Ashley duduk termenung di bangku panjang.

"Ash!" panggilku seraya menghampirinya.

Dia menoleh. Dan aku mendapati wajah kacaunya. Dia berdiri langsung memelukku, menumpahkan tangisnya. Bahkan hingga tersedak isakannya sendiri.

"Aku di sini," bisiku menepuk-nepuk punggungnya. Aku merasakan tangannya mencengkeram punggungku.

"Ini menakutkan. Aku melihat darah di sepanjang kakinya. Aku menabraknya. Aku tidak tahu kenapa mobil sialan itu menjadi sulit kukendalikan tadi. Aku membuatnya terbaring di sini. Di antara hidup dan mati."

"Kau bisa menceritakannya nanti. Sekarang apa yang kau butuhkan?"

"Aku harus pulang sekarang. Bisa kau membantuku? Menunggunya di sini? Aku sudah mengurus semuanya. Kau hanya perlu menunggunya. Kumohon."

"Ya. Kau pulanglah. Aku sarankan kau untuk naik taksi. Kabari Kendrick. Bilang padanya kalau kau baru saja menemaniku. Bilang saja kecelakaan ini adalah aku. Kau hanya menemaniku."

"Kau luar biasa baik. Kau temanku. Sampai kapanpun. Terima kasih, Amme."

Aku mengerti apa yang dia takutkan. Kendrick akan mendatangi pria itu dan menghajarnya. Dia tipe pria pencemburu. Aku hanya tidak ingin hubungan keduanya mengalami perselisihan setelah sempat beberapa bulan lalu terjadi pertengkaran hebat yang menjadikan Ashley mengurung diri. Dia sangat mencintai kekasihnya. Pun sama dengan Kendrick sendiri. Hanya saja pria itu mengalami kesulitan untuk meredam emosinya.

"Aku akan datang kembali nanti malam. Kau bisa pulang untuk istirahat."

"Apa kau tidak menemukan satu orangpun untuk dihubungi?" tanyaku mengernyit.

Ashley menggeleng. Tangannya meraup kasar wajahnya.

"Di ponselnya? Atau apapun yang ada padanya?"

"Bagaimana aku bisa melakukan itu? Ponselnya remuk."

"Tapi kau bisa mengambil simcardnya kan?"

"Aku tidak berpikir sejauh itu. Tapi nanti akan kulakukan. Aku butuh pulang saat ini. Nanti malam kupastikan aku ada di sini."

"Okay," sahutku mengangguk-angguk. Aku membiarkan dia pergi lalu mendekati pintu. Pada satu lubang kaca kecil, aku melihat seseorang terbaring di sana penuh selang juga alat indikator. Bisa kutebak kecelakaan ini cukup keras. Entah bagaimana Ashley mengemudikan mobilnya. Dan entah kenapa dia bepergian ke Berkshires sendirian.

"Apa kau bagian dari keluarga korban?"

Aku terlonjak dan membalikkan badan seketika. Seorang pria berseragam dokter tersenyum menyapaku. Sejenak aku terdiam bingung. Hingga kemudian aku membalas senyumannya dengan senyuman tipis.

"Tidak. Aku teman dari orang yang sudah menabraknya."

"Tidak ada indentitas darinya. Tapi apa kau mewakili temanmu itu?"

Aku mengangguk. "Apa ada keadaan yang mengkhawatirkan dari pasien?" tanyaku pelan.

"Kau bisa ikut denganku? Akan kujelaskan di ruanganku. Kau bisa menjelaskan keadaannya pada temanmu nanti."

Aku mengikuti kemana dokter muda itu melangkah. Hingga sampai di ruangannya, aku menarik kursi di hadapannya ketika dokter itu mempersilakan aku untuk duduk.

"Ada hal yang perlu kau ketahui. Menurut keterangan, pasien adalah korban kecelakaan. Dia tertabrak saat hendak menyeberang. Tubuhnya terlempar cukup jauh. Itu menyebabkan benturan keras dan beberapa cidera pada tulang. Bahkan syaraf."

Aku menyimak baik-baik apa yang sedang dokter itu jelaskan. Terkadang aku menangkap dan terkadang tidak sama sekali. Kelelahanku menyebabkan aku tidak mampu memahami ucapannya dengan baik. Hanya pada intinya aku mengerti bahwa kecelakaan itu menyebabkan pasien itu lumpuh. Dan itu permanent.

Sekali lagi aku ingin terjerembab. Lumpuh permanent pada kedua kakinya. Aku tidak bisa membayangkan masalah apa lagi yang akan menghampiri Ashley. Entah bagaimana aku harus memberitahunya nanti. Tapi bisa kupastikan gadis itu bukan lagi terkejut. Mungkin dia akan pingsan.

"Kau tidak salah mendiagnosa?" tanyaku terbata.

"Apa yang kujelaskan adalah berdasarkan serangkaian test, Nona."

"Jadi... Dia tidak akan bisa berjalan lagi?"

"Kuharap diagnosaku akan salah. Tapi ini serius. Ada masalah pada syaraf kakinya yang menyebabkan dia lumpuh permanen. Beruntung kecelakaan itu tidak menciderai kepalanya. Dia masih memiliki memory-nya sepenuhnya. Kau bisa berbicara dengannya saat dia siuman nanti. Kau atau temanmu."

"Ya, baik. Terima kasih," ucapku lirih seraya mencoba meyakini bahwa apa yang kudengar baru saja hanya hayalanku saja. Tapi kemudian aku tersenyum kecut ketika merasakan aroma rumah sakit begitu kental. Ini nyata. Dan entah kurasa ini adalah hari yang berat bagiku. Tidak, terutama pria yang terbaring di sana. Entah bagaimana reaksinya jika dia mengetahui kebenaran ini mengenai hidupnya. Siapapun pasti tidak menginginkan ini terjadi pada hidupnya. Sama denganku.

***

Tbc
Nggak tau ini lumayan apa kacau. Haha.

14 juni 2017
S Andi

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: #romance