9. Drama Kereta.
Badan semua penumpang bergoyang-goyang mengikuti irama gerbong, tentunya mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ada yang terus fokus pada layar ponsel menghanyutkan diri dalam dunia maya, ada yang sedang bergulat di alam mimpi, ada yang hanya bergeming menatap ke jendela kereta, dan pastinya ada juga yang dengan tanpa dosa sedang menyantap bekal masing-masing. Ya, memang di saat perjalanan jauh tidak diwajibkan berpuasa, tapi setidaknya mereka mampu menghargai orang lain di sekitarnya yang sedang berusaha menahan dahaga.
Seperti Lucy dan Taeyang, kedua manusia itu sedari tadi terus menyantap snack sembari asyik menonton YouTube bersama. Sebelumnya gadis bule itu sengaja berpindah tempat duduk ke samping Taeyang, padahal sudah sangat jelas kursi tersebut diberikan tanda silang. Ia tidak memikirkan petugas medis yang sedang berjaga, toh para pemakai APD itu juga jauh di ujung gerbong sana.
Sesekali tawa keduanya pecah akibat video lucu yang ditontonnya. Seolah di sana hanya ada mereka berdua.
"Gosh, this is too funny. Aku sampe sakit perut, Yang. Haha ...." Lagi-lagi Lucy tidak bisa menahan tawa, video funny yang random itu benar-benar membuat Lucy terlampau bahagia.
Taeyang mengangguk takzim dibuntuti tawa yang lebih pelan dari gadis bule di sampingnya. Tak sadar, tatapan dari beberapa pasang mata terus mengintimidasi mereka. Namun, tetap saja keduanya larut dalam tawa.
Bang Sat yang duduk di bangku seberang seketika membuka mata perlahan. Kedua tangannya langsung bergerak mengucek mata untuk memperjelas penglihatan. Ia memberi tatapan tajam tepat ke arah dua manusia yang sibuk dengan ponsel. Bagaimana tidak, mimpi indah Bang Sat dengan Nissa terganggu oleh suara tawa mereka.
Bang Sat mengembuskan napas, ia berdiri dan melangkah pelan menghampiri dua temannya itu. Berharap langkahnya tersebut tidak menimbulkan suara karena ia juga tidak mau mengganggu Setan yang tengah tertidur pulas dengan ngoroknya.
Tetap saja, Lucy dan Taeyang tidak sadar akan kehadiran Bang Sat. Mereka masih terbuai dengan video murahan tersebut.
Seketika ide brilian melintas di otak Bang Sat, kini senyum miringnya tercetak. Ia mengangkat tangan kiri bermaksud memperlihatkan batu akik yang tertaut di jari manisnya. Tangan yang satunya sejenak mengelus benda itu penuh sayang. Kemudian mulut Bang Sat menganga memberi embusan keras tepat ke arah benda jadul tersebut. Bunyi 'hah' pun terdengar walau sangat pelan, Bang Sat sengaja memelankan suara, takut kedua teman laknat itu menyadari keberadaannya.
Pletak!
Pletak!
"Aw!"
Sebuah jitakan berhasil mendarat di kepala Lucy dan Taeyang. Keduanya meringis sekaligus terkejut sampai ponsel Taeyang terjatuh begitu saja.
"Gimana jitakan jurus batu akikku? Wenak toh?" ledek Bang Sat sembari menggerakan jari-jarinya agar batu akik itu mampu terlihat jelas oleh Lucy dan Taeyang.
"Omo!" kejut Taeyang, tetapi keterkejutannya itu bukanlah mengarah pada Bang Sat, melainkan pada benda metalik canggih yang tergeletak di bawah dengan cassing dan baterai terpisah. "Ponselku ...."
"What are you doing? Sshh ... my head sampe sakit," pekik Lucy dengan terus mengelus puncak kepalanya.
"Berisik tenan kalian iki!" seru Bang Sat melipat kedua tangan. "Suara kalian ganggu tau! Mimpi indahku bareng Dek Nissa jadi udahan gara-gara kalian! Padahal tadi Dek Nissa sedang peluk aku. Duh, yen pancen bener, uripku bakal bahagia tujuh turunan delapan tanjakan sepuluh belokan!"
Lucy memutar bola mata, ia sama sekali tidak mengerti dengan ucapan panjang lebar di akhir kalimat Bang Sat. Berbeda dengan Taeyang, cowok sipit tersebut kini memungut ponselnya yang sudah berantakan. Raut sedih tak bisa ia sembunyikan, tetapi Bang Sat tetap saja berlagak santai.
Sementara sosok cewek di kursi seberang masih tetap saja tidak terusik, sepertinya mimpi Setan begitu indah sampai suara ngoroknya semakin kencang. Jangan lupa, iler yang sesekali ia sedot kembali kini sudah menghiasi sebagian pipi kirinya. Setan tertidur dengan posisi kepala miring ke kiri, otomatis iler yang tampak menjijikan itu sudah lumer dan berjatuhan melintasi area pipi.
"Udahlah, Tayang. Beli yang baru lagi aja. Gampang, kan?" ucap Bang Sat seraya kembali ke kursinya.
Sontak mata Taeyang berbinar sambil menyengir lebar. "Daebak! Ide bagus, Satria. Tapi kamu yang beliin, ya? Ini, 'kan gara-gara kamu. Jadi kamu yang harus tanggung jawab." Taeyang memainkan kedua alis, berharap mendapat respons positif dari temannya itu.
"Ora sudi! Salah sendiri tadi kalian berisik."
"Kamu gak kasihan apa, Sat? Kalo aku gak punya Hape, mana bisa aku kasih kabar sama keluargaku di Korea," ujar Taeyang memainkan alibinya. Ia sungguh berharap Bang Sat membelikannya ponsel baru.
Bang Sat menoleh, lalu bertanya, "Hape Nit-nit mau?"
Sontak kedua manusia asal luar negeri itu saling menatap. "Hape Nit-nit? Hape kaya gimana tuh?" tanya Taeyang.
Bang Sat tersenyum semringah. "Yang jelas itu Hape bagus, keluaran anyar. Hanya orang-orang tertentu yang punya, Tay."
Tanpa mendengar penjelasan Bang Sat, Lucy langsung menyandangi pacarnya alias Mbah Google. Ia sungguh bergerak cepat mencari tahu perihal Hape Nit-nit yang dikatakan Bang Sat.
HP Nit-nit terbaru, barang klasik harga tidak melejit.
Judul dari artikel paling atas segera Lucy buka. Layar ponselnya langsung menampilkan gambar sebuah benda yang membuat kening Lucy mengerut. "This is Hape Nit-nit?"
Pertanyaan Lucy membuat Taeyang langsung merebut ponselnya, seketika mata cowok itu membelalak tidak percaya. "Masa kamu malah mau beliin aku remote Tv sih, Sat. Aku, 'kan mintanya Hape!"
"Bang Sat! Bang Sat! Lo di mana, sih? Bang Sat! Jangan tinggalin adekmu ini, dong!"
Bang Sat yang hendak menimpali ucapan Taeyang malah dikejutkan dengan teriakan Setan. Semua orang yang ada di sana langsung menggelengkan kepala karena mendengar umpatan tidak berakhlak itu. Bahkan, beberapa orang mengucap Istighfar demi menahan sabar.
"What happened to Tantia?" Lucy memasang wajah panik sekaligus takut. Pasalnya kedua mata Setan masih tertutup, tetapi mulut cewek itu terus berkoar tidak karuan.
"Si Setan ngigonya kebangetan!" Bang Sat mendekati Setan, berniat membangunkan cewek itu. Akan tetapi, tendangan yang tiba-tiba meluncur dari kaki Setan membuat Bang Sat tersungkur. Tawa Lucy dan Taeyang pun kembali pecah.
"Awas aja lo Bang Sat! Gue akan beri pelajaran sama lo karena udah ninggalin gue. Dasar Abang gak tahu diri!"
"Kamu adek durhaka, Setan!" geram Bang Sat. Emosinya mulai naik walaupun ia tahu bahwa ucapan Setan berada di bawah alam sadar cewek itu.
Seorang pramugari kereta seketika datang dengan sedikit membungkukkan badannya sebentar. "Dimohon untuk tidak berkata kasar demi kenyamanan penumpang lain," ujarnya, "silakan nikmati kembali perjalanan kalian."
Bang Sat segera bangkit seraya mengangguk kikuk. Pramugari itu pun berlalu. Setan yang berulah dirinya yang kena getahnya, Bang Sat hanya bisa ngelus dada.
Tiba-tiba dua orang berpakaian APD melintas, tetapi langkah keduanya terhenti tepat di antara kursi Lucy dan Bang Sat. Sontak gadis bule itu langsung berpindah tempat. Pun dengan Bang Sat dan Taeyang yang langsung memakai kembali maskernya.
"Hoamm ... udah sampe di stasiun lanjutan, ya?" Setan menguap seraya meregangkan badan, cewek itu langsung melontarkan pertanyaan tanpa memerhatikan keadaan sekitar.
Setelah matanya menangkap dua orang berpakaian APD, sontak Setan menegakkan tubuh sembari mengelap iler yang berceceran di pipi kirinya. "Petugas medis kenapa ada di sini? Ada yang terpapar corona, ya? Siapa? Bang Sat? Lucy? Atau lo Taeyang?"
"Ingat, patuhi protokol kesehatan."
Hanya itu yang diucapkan dari salah satu petugas medis tersebut. Mereka kembali berjalan bermaksud melanjutkan memantau keadaan.
"Bang Sat, lo kenapa liatin gue gitu amat, sih?" Setan menyadari tatapan tidak bersahabat dari kakaknya itu.
"Wes cukup, aku jijik ndeleng iler kowe, Setan," ujar Bang Sat sembari bangkit.
Setan menelan saliva, kedua kalinya ia mengelapi pipi bekas iler tersebut. "Mau ke mana lo Bang?"
"Toilet."
"Sat, aku pinjem Hape, ya?" sambung Taeyang yang langsung mengambil tas Bang Sat di kabinet bagasi sebelum sang empu menimpali.
Taeyang mulai mengorek isi tas yang cukup besar itu, tetapi benda persegi panjang yang ia cari belum juga ditemukan. Sampai-sampai semua isi tas termasuk pakaian Bang Sat ia keluarkan tanpa dosa. "Eh, apa ini?" tanya Taeyang membeberkan sebuah kain persegi bermotif kotak-kotak.
"Itu sarung," sahut Setan.
"What is sarung?" tanya Lucy penasaran.
"Tanya aja sama pacar lo, Cy."
Taeyang terus meneliti sarung di genggamannya, sesekali ia mencoba memakai benda tersebut dengan sengaja memasukkan diri ke dalamnya. "Ini buat apa, sih? Cara makenya gimana, Tan?"
Setan memutar bola mata malas. Bangun dari tidur bukannya makin segar, Setan malah disuguhkan dengan hal yang membuatnya mendengkus kesal. "Buat —"
"Sarung merupakan busana yang biasa digunakan untuk kegiatan beribadah salat, khususnya kaum pria muslim. Di beberapa kalangan masyarakat, fungsi sarung tidak hanya digunakan untuk kegiatan beribadah, tetapi juga untuk acara adat, bersantai, bahkan acara sakral dalam pernikahan." Suara Lucy yang tengah membaca deretan kalimat dari google itu berhasil mencegat ucapan Setan.
"Nah, itu lebih tepatnya," tambah Setan.
Taeyang hanya mengangguk seraya melipat kembali sarung tersebut. Namun, matanya kini malah menangkap seorang bapak yang duduk di kursi belakang mereka, orang itu tertidur pulas dengan sarung yang tersampir dari pundak ke pinggang, seolah-olah gerbong itu adalah kediaman pribadinya.
"Kalau sarungnya dipake kaya gitu, termasuk fungsi yang mana?" tanya Taeyang, lagi. Matanya mengarah pada si bapak tadi.
Sontak Setan berdiri sejenak demi melihat apa yang dimaksud Taeyang. "Itu mah namanya si kabayan lagi tidur."
to be continue ....
best regards, itsmeqia mssana7 DRestiPertiwi xxtnaruwlsy RanEsta13 onederfulonly Ren-san22 wishasaaa yuniizhy_ Kokokruunch
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro