8. Tragedi Roti Buaya.
"Tan, ganti baju atau mau make akik punya Abang?"
Setan memutar bola mata malas. Entah sudah berapa kali Bang Sat bilang demikian. Mana disuruh make akik sebesar biji karet, lagi. Daripada memakai itu, mending Setan memakai APD saja sekalian. Setidaknya lebih baik dibilang petugas medis daripada dukun santet.
"Bang, ini tuh bentuk antisipasi!" Setan berkacak pinggang di depan Bang Sat. Memperlihatkan APD putih yang ia pakai dengan bangga. Setan merasa dirinya memakai baju astronot sekarang.
"Antisipasi gundulmu! Ndang copot po meh tak gunting ...."
"Annyeong, guys!" Taeyang yang datang dengan GoPro di tangannya berhasil membuat ucapan Bang Sat menggantung seketika.
Bagaimana tidak langsung diam, coba? Pasalnya, GoPro yang digunakan cowok itu untuk nge-vlog disodorkan tepat di muka Bang Sat. Hampir saja menambah tanda di muka berjerawat cowok itu kalau tidak segera mundur.
"Heh! Kamu sing sopan!" semprot Bang Sat. Sepertinya jiwa emak-emak dalam diri cowok itu mulai muncul.
"Eh, joesonghabnida, Satria. Aku mau...."
"Udah, minggir-minggir. Jasong-jasong apa coba?" Bang Sat mendorong Taeyang dengan tidak berperasaan. Rupanya melihat adiknya memakai APD membuat dirinya ikut gerah.
"Setan! Cepet copot!"
"Yes, Tantia. Change your clothes. Apa kamu tidak gerah memakai baju itu?"
Nah, kan. Kini nambah satu manusia meresahkan lagi yang membuat Setan harus mendengkus berkali-kali. Memang apa salahnya, sih, memakai APD?
Baru saja Setan hendak kembali melayangkan pembelaan, tetapi ternyata antrean rapid test sudah sampai di dirinya. Sepertinya, Allah memang selalu di pihaknya.
*****
Mood Setan berubah seratus delapan puluh derajat sekarang. Dari yang tadinya tersenyum kemenangan karena Bang Sat mau menuruti permintaannya memakai masker, kini berbalik menjadi dirinya yang harus menekuk wajah dalam-dalam lantaran APD-nya tidak boleh dipakai oleh selain petugas medis kereta.
"Wes, Tan. Makanya nurut sama Abang. 'Kan, nggak boleh, 'kan?" kata Bang Sat sambil tertawa. Tawa mengejek lebih tepatnya.
Setan tidak menggubris ucapan cowok primitif yang menjelma menjadi abangnya itu. Dirinya lebih memilih membuang muka ke samping--ke arah dua manusia tidak tahu malu yang duduk di seberang bangkunya--yang dengan kampretnya memakan roti buaya di dalam kereta.
Ya Tuhaaan! Kenapa hari ini sial banget, sih? Apa karena hari Selasa? Masak apa yang Bang Sat katakan benar, sih?
Untung saja tempat duduk di kereta dibuat zig-zag dengan tanda merah. Jadi walaupun duduk di bagian tengah gerbong, bangku empat hanya bisa diduduki dua orang saja dengan posisi yang saling silang.
Seperti sekarang. Setan duduk bersilangan dengan Bang Sat di depannya. Lalu di bangku seberang mereka, Lucy duduk bersilangan dengan Taeyang.
Entah keberuntungan atau kesialan Setan duduk bersilangan dengan Bang Sat. Jika duduknya dengan Lucy, gadis itu pasti sudah tergoda dengan banyaknya makanan yang Lucy bawa.
"Woy!" Setan melempar botol kosong bekas hand sanitizer di tangannya ke arah Taeyang dan Lucy.
Tepat sasaran! Botol itu mendarat mulus mengenai roti buaya yang tengah Lucy pegang. Membuat roti itu seketika meloncat ke lantai dengan tidak elegannya.
Sontak hal itu membuat Setan dan Bang Sat yang melihatnya menyemburkan tawa seketika. Bahkan saking puasnya tertawa, muka kedua kakak beradik itu memerah di balik masker medis yang mereka kenakan.
Sedangkan di seberang bangku yang Setan dan Bang Sat duduki, Taeyang menganga terheran-heran. Lalu Lucy, gadis Amerika itu tampak tak henti-hentinya mengamati roti buaya yang sudah tergolek tak berdaya di tengah-tengah jalan setelah tak sengaja ketendang oleh orang yang buru-buru mau ke toilet.
Plak!
Setan dan Bang Sat melayangkan tos ria. Kedua kakak beradik itu tampak sama-sama puas melihat Lucy dan Taeyang tidak jadi makan. Terutama Setan. Gadis itu seolah lupa kalau baru saja ngambek sama abangnya.
Sepertinya selain panggilan mereka yang kelewat 'ngatain', sifat keduanya juga seolah memancing orang agar benar-benar 'ngatain' mereka.
"Aduh, duh, duh, Bang. Pe--rut gue mules. Ahaha." Setan memegangi perut di sela-sela tawanya. Entah ini efek tertawa terlalu banyak, atau karena sambal terasi yang tadi pagi ia makan untuk sahur, yang jelas, kini perutnya benar-benar mules.
"Heh? Ya udah sana buruan ke kamar mandi!"
"Iya, Bang. Gue ke kamar mandi dulu, ya."
Setelah berkata demikian, Setan langsung ngacir ke kamar mandi. Kakinya tak sengaja menendang roti buaya milik Lucy yang tergolek di lantai. Membuat gadis itu lagi-lagi harus menahan tawa dan mules secara bersamaan.
Beruntung toilet sedang lengang sekarang. Jika tidak, mungkin Setan sudah boker di sela-sela menunggu antrean. Ya Tuhan, apakah ini karma karena sudah menertawakan Lucy dan Taeyang yang tidak jadi makan?
Setan juga merasa beruntung karena dirinya sudah tidak memakai APD. Tidak bisa dibayangkan jika dirinya masih memakai pakaian medis itu. Sudah dapat dipastikan, Setan akan keracunan kentutnya sendiri akibat aromanya yang tidak bisa keluar dari pakaian. Nasehat Bang Sat ada benarnya juga ternyata.
Tidak perlu waktu lama, kini Setan sudah keluar dari bilik toilet. Wajahnya terlihat segar setelah air mengalir membasuh wajahnya.
Namun, wajah segar Setan seketika berubah mengernyit setelah melihat keadaan abang dan kedua temannya. Rasa bersalah langsung menyerang saat melihat wajah merah Lucy yang sudah sesenggukan.
"Eh, Lucy. Kok nangis?" tanya Setan sambil menghampiri gadis itu.
"Tanggung jawab kamu, Tan. Gara-gara kamu itu."
"Loh, kok aku? Abang juga ikut ketawa, loh!"
"Abang kan ketularan kamu."
"Ketularan. Emang aku vir ...."
"You are mean, Tantia," balas Lucy memotong perdebatan kakak beradik itu. Tangisnya semakin menjadi-jadi.
Setan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "I'm sorry, Lucy. Nanti gue beliin jajanan pasar yang lain, deh, pas kita transit," bujuknya, "lagian bukannya lo bawa banyak makanan? Roti buaya bukan apa-apanya, kali."
"No! Itu roti buaya terakhir, Tantia. Dan yang terakhir itu yang paling enak kata my boyfriend."
Google kampret!
Setan merutuk setelah mendengar kalimat yang terakhir Lucy lontarkan. Tidak menyangka kejadiannya akan menjadi rumit seperti ini hanya karena opini dari mesin pencari itu.
"Astaga! Itu nggak bener, Lucy. Semua makanan tetep sama aja rasanya. Mau yang pertama atau yang terakhir juga sama aja."
"Nee. Setuju sama Setan. Rotinya sama-sama enak." Taeyang ikut menimpali di sela-sela mengedit video vlognya. "Ini juga kelihatannya enak, Lucy." Cowok itu menyodorkan ponselnya yang menampilkan artikel berjudul, 'Sepuluh Takjil Ramadan yang Wajib Kamu Cicip Saat Berada di Jawa Tengah'.
"Oh, bener! Setuju sama artikelnya! Makanan itu enak banget!" Bang Sat berkata dengan menggebu-gebu.
"Bang Sat! Inget puasa!"
"Ih, apaan. Cuma ngasih pendapat thok, lho, Tan."
Setan tidak menggubris ucapan Bang Sat. Suatu ide yang barusan melintas di otaknya berhasil membuat matanya berbinar.
"Ini enak, Lucy. Serius!" Setan menunjuk gambar nagasari yang ada di ponsel Taeyang. "Ini juga enak!" katanya lagi setelah menggulir layar, "ini apalagi. Enak banget!"
Astaga! Semuanya saja Setan sebut enak. Sepertinya cewek itu setuju dengan artikel itu.
Melihat perubahan raut di wajah Lucy, membuat Setan sedikit bisa menyimpulkan apa yang gadis Amerika itu pikirkan. Sepertinya, Setan harus benar-benar menguras banyak uang jajan kali ini.
"Tantia!" pekik Lucy tiba-tiba.
"Apa?"
"Buy me all those takjil!"
to be continue ....
best regarda, itsmeqia mssana7 DRestiPertiwi xxtnaruwlsy RanEsta13 onederfulonly Ren-san22 wishasaaa yuniizhy_ Kokokruunch
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro