Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3. Bukber Berkah.

"Selain mudik, what else kegiatan menarik during fasting, Tantia?” tanya Lucy penasaran setelah menghabiskan risolesnya.

Ask to your boyfriend, he knows segalanya, toh?” Lucy mengerutkan keningnya tak puas mendengar jawaban Setan, karena malas googling, kemudian Lucy pun bertanya pada Bang Sat.

No, aku mau tanya Satria saja, what else?” Lucy memiringkan kepalanya supaya bisa melihat Bang Sat. Yang diperhatikan masih diam saja sembari mengelus-elus perutnya.

Lapar dia galak, kenyang dia bego. Bang Sat masih tidak sadar meski cewek bule itu memanggil-manggil namanya. Barulah Satria menoleh melihat Lucy setelah Setan menepuk pundak abangnya itu. Bang Sat diam sejenak, dia tampak sedang berpikir keras seolah pertanyaan Lucy adalah pertanyaan sulit.

Setelah menunggu, Bang Sat mulai buka suara. Dia menjelaskan banyak hal menarik lainnya selama bulan Ramadan, salah satunya Tarawih. Belum selesai dia bicara, Setan menoyor kepala abangnya.  “Kasih contoh yang lain, masa Tarawih. Mereka nggak bisa solat.”

Bang Sat melirik murka pada Setan yang seenaknya menoyor kepalanya. Tak terima, dia balik menoyor kepala Setan.

“Toyor-toyor kepala yang lebih tua, ndak sopan.”

“Aduh!” teriak Setan kaget karena Bang Sat ternyata membalasnya. “Makanya kasih contoh yang benar, Bang Sat!” sambung Setan, hingga menarik perhatian lalu-lalang orang di depan mereka. Ekspresinya beragam, ada yang cuma melirik tak suka, ada yang geleng-geleng kepala, dan ada juga yang elus dada mendengar perempuan mengumpat padahal Maghrib baru saja berkumandang.

Di tengah keributan itu, Lucy menyerah bertanya pada dua kakak-beradik yang dari tadi hobi saling teriak dan tidak akur. Ujung-ujungnya, dia tetap bertanya pada mesin pencarian kesukaannya tentang tawareh dan hal menarik lain selama bulan Ramadhan. Tak butuh waktu lama, deretan artikel muncul. Lucy membuka salah satunya. Tak lama pula dia teriak girang setelah membacanya.

Break fasting bareng-bareng.” Wajah Lucy terlihat sumringah kemudian memperlihatkan artikel itu pada Setan, Tayang, dan Bang Sat. Namun, tak satupun dari mereka antusias melihatnya.

“Lucy, Lucy. Sore ini aja kita udah break fasting together. Malah takjil lo jauh lebih banyak dari gue yang puasa.”

No, no. Ini nggak seru ya, masa break fasting cuma duduk aja di sini. Kata artikel, buka puasa bersama biasanya di restoran, kafe, atau rumah.”

“Lucy, Lucy, baru juga puasa sehari udah mikirin buka puasa bersama.” Setan kemudian berdiri dan mengajak Bang Sat mencari Mesjid untuk solat Maghrib. Bang Sat melongo menatap Setan di hadapannya.

“Buruan berdiri. Solat dulu, Bang Sat.” Suara Setan lagi-lagi terdengar keras, kadang Bang Sat bingung adiknya ini turunan Jawa atau turunan toa masjid hingga punya suara nyaring yang bikin kuping orang sakit. Lagi-lagi beberapa orang curi pandang kearah sumber suara.

*****

Keesokan sore, di sebuah restoran yang menyajikan beragam makanan Indonesia, Bang Sat, Setan, Taeyang, dan tentu Lucy duduk terpaku melihat ikan goreng melengkuk di atas daun, kemudian ada gudeg, tahu dan tempe bacem, serta hidangan lainnya. Lucy tersenyum puas dengan apa yang dia lakukan pada ketiga temannya, sementara Bang Sat cuma geleng-geleng kepala tak menyangka Lucy akan memasan banyak makanan buat mereka.

“Hum, kalau nggak habis, aku bungkus yo,” celetuk Setan tak tahu malu. “Lumayan anak kos bisa hemat hari ini,” gumamnya sendiri kemudian.

Suara azan Magrib terdengar, menyudahi perjuangan lebih dari dua belas jam berpuasa. Bang Sat mengucapkan terima kasih pada Lucy, lantas tangannya mengambil gelas berisi es teh manis, tapi belum sempat gelas itu dipegang, Lucy menahan Bang Sat.

“Jangan dulu, Satria.”

“Kenapa?” tanya Satria bingung.

“Kita harus take a picture dulu.” Lucy lalu mengangkat ponselnya. “One, two, three!” seru Lucy.

“Bentar-bentar.” Suara Setan menginterupsi. “Pakai HP-nya Bang Sat aja, bisa bikin gue lebih putih. Pinjem, Bang.”

Bang Sat melirik tajam, tapi tetap meminjamkan ponselnya pada Setan. Mereka lanjut berfoto, Lucy yang kembali memegang ponsel sambil berhitung. Sementara itu, sambil memasang senyum lebar, dalam hati Bang Sat mengutuki Lucy yang sama saja seperti Setan. Mau makan bukannya doa, kok yah malah foto. Dasar anak barat.

Bang Sat hendak mengambil es teh manis, tapi lagi-lagi ditahan dan harus foto ulang karena Setan protes di foto pertama dia terlihat gendut. Kejadian yang sama terulang lagi, karena di foto kedua, Taeyang merasa poninya kurang rapi. Dan kejadian serupa hampir terulang lagi karena kali ini Lucy merasa matanya terlihat seperti orang mabuk. Beruntungnya, sebuah panggilan masuk di ponsel menyudahi drama foto yang tak berujung.

Lucy spontan menerima panggilan video dari seseorang yang tertulis Ibu di ponsel Bang Sat.

“Astagfirullah,” ucap Ibu kaget karena melihat cewek bule berada di paling depan kamera.

Assalamu'alaikum.” Suara Bang Sat dan yang lainnya beradu kompak menyapa sosok wanita dewasa, pada layar telepon genggam.

“Wa'alaikumussalam, kalian lagi di mana?”

“Kita lagi buka puasa, Bu,” jawab Satria santai tanpa bersalah membiarkan Lucy tetap memegang ponsel dengan sebelah tangannya.

Selanjutnya, ibu dan anak itu saling tukar kabar. Satria juga mengatakan kangen rumah, kangen masakan Ibu, kangen bantu-bantu persiapan buka puasa di rumah dan yang terpenting kangen buka puasa bersama keluarga.

“Buka puasanya online lagi seperti tahun lalu, Bang.”

“Nah, Ibu ikut bukber aja sekarang bareng kita. Di sini ada teman-teman Setan juga, Bu.”
Setan kemudian mulai memperkenalkan Taeyang dan Lucy. Lucy tersenyum memperlihatkan giginya sambil meringis merasa tangannya mulai pegal.

“Halo, Mbak Bule, halo Oppa Korea,” sapa Ibu pada Lucy dan Taeyang, seraya mengaduk es cendol dawet. “Ibu kangen, pokoknya kalian harus pulang tahun ini.”

“Lebih baik nahan kangen, Bu. Daripada nerima virus,” celetuk Setan tiba-tiba membuat Bang Sat murka.

“Anak satu ini, Bu. Dia lebih berbakti sama virus ketimbang orang tua. Kutuk dia, Bu’e.”

“Bu, kalau mau kutuk Setan, kutuk aku jadi eonni cantik dan putih kaya cewek-cewek korea yah, Bu.”

Namun, ketika Bang Sat masih asik bercengkerama dengan Ibu, tiba-tiba saja panggilan video lain masuk dari hp sang adik, Setan. 'Mawar', begitu nama yang tertulis di atas layar handphonenya. Gadis itu langsung bersorak antusias, menyadari bahwa telepon masuk tersebut berasal dari teman masa kecilnya di kampung.

Sedang di sisi lain, pemuda bernama lengkap Satria Baja itu, baru sadar bahwa bahwa sedari tadi Lucy memegang ponselnya. Dia pun mengambil ponsel dari tangan Lucy dan melanjutkan panggilan video bersama ibunya.

“Mana Tantia?” tanya Ibu.

“Tuh lagi video call sama Mawar,” jawab Bang Sat singkat.

“Hai,” sapa Mawar dan Setan bergantian dengan suara cempreng yang mengganggu.

“Rame banget, lagi di mana?” tanya Mawar.

“Lagi bukber sama teman. Eh gue kenalin, yah.” Setan lantas mengganti aturan kamera agar bisa diarahkan pada Lucy dan Taeyang.

“Nih, Lucy. Lucy, say hi to my friend,” pinta Setan. Tak lama setelah Lucy melambaikan tangan, Setan mengarahkan ponselnya pada Taeyang.

Annyeonghaseyo!” seru Taeyong diikuti senyum lebar.

“Wah, ada Oppa.” Mawar tampak terkejut.

“Biasa aja kali. Tayang itu temannya Bang Sat,” terang Setan pada Mawar.

Bang Sat menaruh ponselnya di atas meja begitu selesai berbicara dengan Ibunya, lalu bertanya pada Lucy apa sekarang dirinya sudah boleh makan. Lucy mengangguk begitu pula Taeyang. Sementara itu, melihat ketiganya sudah mulai makan, Lucy terpaksa undur diri dari panggilan video Mawar. Sebagai say goodbye, Setan mengarahkan kameranya pada Bang Sat, Lucy, dan Taeyang tanpa merubah mode kameranya.

Taeyang memegang dan menahan tangan Setan ketika ponsel itu berada di depan mukanya. Taeyang bergeming, tapi jelas sorot matanya terpukau pada sosok di dalam telepon. Yang ditatap pun tak kalah kaget diperhatikan Oppa. Karena tak siap dan panik, Mawar pun mematikan teleponnya.

“Ih Tayang, apaan, sih?” Setan menarik tangannya.

Daebak, cantik sekali dia,” ucap Taeyang dengan sorot mata terpesona. “Setan, bidadari dari mana tadi?”

Setan memicingkan kedua matanya, “Lo suka teman gue, Yang?”

Taeyang mengangguk-angguk menjawab pertanyaan Setan. Mendengar pengakuan Taeyang, Setan pun tersenyum.

“Namanya Mawar.”

“Namanya sungguh cantik sekali. Mawar-Mawar-Mawar. Lebih cantik dari Mawar Blackpink.” Taeyang kembali tersemyum dan tersipu.

“Oke, kalau gitu, pokoknya aku harus ikut kalau kalian mudik, yah. Demi ketemu Mawar,” seru Taeyang kali ini sambil menahan dagu dengan kedua tangannya.

“Boleh kan, Sat?”

“Boleh dong, Lucy juga boleh ikut mudik.”

“Bang, dibilang jangan mudik dulu, masih ada korona, Bang Sat!” protes Setan, mulai lelah dengan niat Bang Sat tetap mamaksakan mudik. Lantas lagi-lagi, suara Setan mengundang banyak orang curi-curi pandang memperhatikan meja mereka.

to be continue ....
best regards, itsmeqia mssana7 DRestiPertiwi xxtnaruwlsy RanEsta13 onederfulonly Ren-san22 wishasaaa yuniizhy_ Kokokruunch

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro