18. Resto Ketjeh Polanharjo.
"Eh, sing mburi bungkuk. Ada polisi." Perkataan ayah Setan dan Bang Sat--Ibrahim Listanto--atau yang sering disapa Iblis itu seketika membuat semua penghuni mobil kelabakan.
Refleks, Bang Sat mendorong Setan masuk ke kolong. Membuat gadis itu sontak mencubit paha abangnya. Kampret memang. Bisa-bisanya pria itu tetap ngorbanin dirinya padahal ada orang tua mereka di sana.
Di belakang, Lucy dan Taeyang yang sedang enak-enaknya makan takjil sisa yang tadi dibagi-bagiin malah membuat keduanya sama-sama panik dan sama-sama menyembunyikan tubuh ke kolong kursi. Biarlah kesempitan. Mau berdiri salah satu juga tidak sempat lantaran laju mobil yang sudah semakin memelan.
"Selamat sore, Pak," sapa salah seorang polisi pada Iblis, "boleh saya melihat kelengkapan suratnya, Pak?" lanjutnya.
"Oh, nggih. Sebentar." Iblis mengambil dompet dari saku celananya, kemudian menyerahkan SIM, KTP, dan STNK yang ia bawa.
Polisi itu terlihat mengamati kartu-kartu Iblis diikuti kepalanya yang mengangguk-angguk. Selanjutnya, kartu-kartu itu kembali diserahkan kepada Iblis.
"Bapak, Ibuknya disuruh duduk di belakang ya, Pak," katanya saat melihat Dedemit di samping Iblis. "Kalau tidak mau jauh dari Ibuk, Masnya bisa geser ke yang paling belakang biar Ibuk bisa duduk di sana," lanjutnya sambil melirik Bang Sat di bangku kedua.
"Oh, nggih, Pak. Nanti tak suruh duduk di belakang," kata Iblis sambil terkekeh. Agaknya, semburat merah timbul di pipinya. "Ya sudah, tak duluan nggih, Pak."
"Nggih, Pak. Monggo."
Akhirnya, setelah percakapan singkat, tetapi berhasil membuat Setan, Lucy, dan Taeyang menahan pegal itu, mobil pun menjauh dari kawasan polisi. Membuat ketiganya langsung keluar dari persembunyian dengan kelegaan tiada tara.
"Bang Saaat!"
"Hus, Tantia!" tegur Iblis, "anak perempuan, kok, teriak-teriak. Nggak baik, ah."
"Bang Sat itu, Pak. Masa aku yang disuruh ke kolong meja, tadi." Setan mengerucutkan bibir. Ekspresinya benar-benar berbanding terbalik dengan ekspresi Bang Sat yang saat ini sedang menahan tawa.
"Udah-udah." Dedemit ikut melerai. "Tantia jangan marah-marah terus, Nduk. Nanti puasa kamu batal, lho."
Bibir Setan semakin mengerucut mendengar kalimat itu. Matanya melirik tajam manusia kampret yang menjelma menjadi abangnya dengan penuh permusuhan.
"Tantia, Satria, sudah jam lima. Kalian tidak mau buka?"
Celetukan berasal dari Taeyang itu refleks membuat si pemilik nama dan kedua orang tuanya melihat jam di ponsel masing-masing. Benar saja. Jam di ponsel mereka sudah menujukkan pukul 17.06 bahkan.
"Oh, iya. Sekalian kita buka di Ketjeh Resto aja, Pak." Dedemit mengusulkan. Namun, ekspresi yang Iblis perlihatkan agaknya kurang setuju dengan usul itu. "Pisan-pisan, Pak. Katanya resto itu terkenal. Makanannya juga enak. Mosok ndewe sing wong Polanharjo orak pernah makan di sana."
"Yes, Uncle! My Boyfriend say, restoran itu sangat terkenal di Polanharjo." Bukan Lucy namanya kalo mendengar kata 'terkenal' dan 'hits' tidak langsung mencari tahu kebenarannya.
"Oke, jajal buka ning kono, ya," ucap Iblis, pasrah.
Terkenal berarti mahal. Astaghfirullah dompetku ..., batin Iblis. Meratapi dompetnya yang akan semakin menipis setelah ini.
*****
"Astaghfirullah, Tan. Abang teles kabeh iki woy!"
"Hahaha! Porah. Biarin biar tau rasa!" Setan tertawa iblis sambil terus menyiram abangnya dengan air yang mengelilingi kakinya.
Konsep di Ketjeh Resto memang berbeda dengan konsep resto lain. Kalau di resto lain tempat makannya ada di dalam ruangan atau di pondok-pondok, di Ketjeh Resto tempat makannya ada di tengah-tengah kolam dangkal. Jadi, pengunjung bisa menikmati makanan dengan kaki yang berendam.
Pemandangan yang disuguhkan juga tidak kalah keren. Hijau dari rimbunnya pepohonan berhasil membuat jiwa-jiwa lelah seketika hilang dengan sendirinya.
Tidak hanya itu. Iblis yang sempat mengira dompetnya akan terkuras habis, kini malah tersenyum semringah sembari menggoda istrinya. Harga makanan yang ditawarkan ternyata tidak semahal yang ada di pikirannya.
"Tantia, foto, yuk!" ajak Lucy sambil menggeret tangan Setan. Mengajaknya ke tempat yang menurut gadis bule itu aesthetic untuk dijadikan tempat foto.
"Sini cakep, Cy!" kata Setan setelah sampai di pinggir kolam. Namun, mata yang berbinar itu seketika melebar setelah melihat kerumunan kecil berjalan di depan kakinya.
Bulu kuduk Setan seketika berdiri. Langkah gadis itu juga seketika memundur.
"What happen, Tantia?" tanya Lucy. Kebingungan melihat tingkah Setan yang berubah.
"Cy, pindah, ah. Gue merinding di sini." Setan mengusap kedua lengannya. Berhasil membuat Lucy semakin kebingungan.
"Kamu liat hantu di sini? Ada teman kamu di sini?"
"Kampret!"
Lucy tertawa mendengar umpatan Setan. "Just kidding, Tantia," katanya lagi, masih dengan sisa-sisa tawa. "Memangnya ada apa, sih?"
Setan memegang kepala Lucy lalu menolehkannya ke arah kerumunan semut yang berada tak jauh di depannya. Dia benar-benar merinding melihat banyaknya semut merah yang entah tengah mengurubungi apa di sana. Bisa-bisanya ada makhluk kecil itu di sini. Apa semut-semut itu baru saja datang sehingga terlewat untuk dibersihkan?
"Oh my God! This is so creepy! Ayo pindah, Tan."
Ternyata hal yang sama juga terjadi kepada Lucy. Buktinya, kini cewek itu yang malah lebih dulu kabur dari tempat ini. Kerumunan semut ternyata lebih menakutkan daripada sekumpulan Mrs. K yang sedang paduan suara, atau sekumpulan poci yang tengah berlomba menjadi atlet lompat tinggi.
Kini keduanya--Lucy dan Setan--akhirnya sampai di depan Taeyang dan Bang Sat yang tengah ngobrol sambil ketawa-tawa. Setan sedikit ngeri melihat keduanya. Pasalnya selain sambil ketawa, posisi duduk keduanya juga seperti ... astaghfirullah Setiani Tantia. Jangan sampai abangmu begitu!
"Huwah! I'm tired!" keluh Lucy setelah bokongnya mendarat sempurna di samping Taeyang.
"Emang abis ngapain kamu, Cy? Kok kayak abis dikejar setan aja." Bang Sat bertanya heran.
"Abis ngeliat yang lebih serem dari setan," celetuk Setan.
"Lah, kan, kamu Setan-nya."
Celetukan Taeyang itu berhasil membuat otak Setan sedikit ngeblank. "Lah, iya juga, ya," ujarnya setelah sadar jika panggilannya juga Setan.
"No!" Lucy melambai-lambaikan tangannya. "Bukan Tantia. The ghost is an ant. Banyak banget."
Bang Sat dan Taeyang seketika tertawa. Entah apa yang lucu. Setan dan Lucy tidak paham dengan tawa mereka.
"Kalian takut sama semut?" tanya Bang Sat dengan sisa tawanya.
"Eh, semutnya banyak banget, ya, Bang Sat! Lo kalo liat juga pasti ketakutan!"
"Halah! Kamu ...."
Allahuakbar Allahuakbar!
"Bukaaa!"
Hilang sudah perdebatan mereka. Berganti menjadi perlombaan lari untuk cepat-cepat sampai di bangku yang terdapat Iblis dan juga Dedemit yang sudah siap dengan hidangan lezat di depan mereka.
to be continue ....
best regards, itsmeqia mssana7 DRestiPertiwi xxtnaruwlsy RanEsta13 onederfulonly wishasaaa yuniizhy_ Kokokruunch
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro