Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16. Rindu Si Anak Rantau.

Takjil yang diborong Bang Sat, satu persatu mulai pindah tangan ke beberapa pemudik yang keluar dari masjid. Beberapa jam yang lalu, keempat anak manusia beda kelamin dan beda kewarganegaraan itu sudah berhasil memasuki pelataran masjid yang tak jauh dari stasiun. Lucy duduk di undakan masjid seraya mengipas wajah, peluh menetes deras dari kulitnya yang khas seperti orang barat.

Kedua netranya memindai gerak-gerik Taeyang, Bang Sat, dan Setan yang sedang membagikan takjil. Tak lupa memamerkan senyum seramah mungkin pada pemudik yang lain.

"Oh my god, kenapa hari ini panas banget," keluh Lucy.

"Akibat dosa lo terlalu banyak, tuh." Setan menyeletuk begitu kantong plastik hitam sudah kosong melompong. Kini gadis itu pindah dan duduk di samping Lucy, diikuti Bang Sat dan Taeyang.

"What do you mean, Tantia?"

"Ya,  apa lagi? Dosa lo banyak. Nggak bisa toleransi sama orang puasa. Bukan cuma lo doang, sih. Tapi kalian bertiga." Setan tak lupa melirik sang abang yang tersenyum nyengir.

Bang Sat pikir adiknya sudah lupa, tetapi tampaknya gadis itu memilih mengungkit kejadian yang telah lewat.

"Wes, Tan. Aku mikir kowe lali, ora kelingan maneh, to."

Setan lantas mencibir, memaju-majukan bibir bagian bawahnya, sedikit sewot. Melihat terik matahari siang menuju sore membuat Setan merasa dahaga. Bahkan terlintas di benakknya untuk membatalkan puasa. Agaknya, setan yang berbisik dalam dirinya tak terlalu pro dalam menggoda manusia. Alhasil, Setan memilih naik ke teras masjid dan rebahan di lantai marmer yang dingin. Tak peduli saat beberapa pasang mata memerhatikannya.

"Satria, your family masih lama, ya, jemputnya?" tanya Lucy.

Tuh, kan! Baru saja disindir soal dosa, gadis itu seolah-olah berlagak tuli. Tangannya merogoh takjil yang sempat ia amankan beberapa menit lalu dan mulai memakannya.

"Aigo! Lucy-ssi. Jangan makan dulu, bisa? Di sini banyak orang puasa," protes Taeyang.

"Hehe, mian! Sawry," ucap Lucy seraya meniru bahasa negara Taeyang. Gadis itu melirik Setan yang menyalang murka padanya.

Daripada diamuk Setan, Lucy memilih menyimpan dulu takjil yang sempat dinikmati. Kini mereka berempat membiarkan hening menyelimuti. Tak ada pembicaraan lagi dan masjid nyaris sepi.

Bang Sat memilih ikut berbaring, mulai memejam untuk sekadar mengingat wajah cantik Serannisa. Ah, seandainya tidak mudik, Bang Sat pasti tengah menikmati pemadangan indah di depan indekos. Selama mudik nanti, dia pasti akan sangat merindukan gadis itu.

"Mudik ke mana, Dik?"

Setan dan Bang Sat terlonjak kaget, lantas bangkit dari tempat masing-masing. Seorang pria dengan surai yang setengah memutih, tiba-tiba duduk di samping Taeyang yang sedang sibuk berselancar di sosial media. Pria itu memandangi keempat muda-mudi di sampingnya secara bergiliran, lalu terbit senyum yang begitu ramah.

"Oh, kami mau ke Pulonharjo, Pak."

Si Pria yang sudah mulai beruban rambutnya hanya manggut-manggut. "Saya ini ceroboh sekali, masa pas mau mudik saya salah beli tiket. Sekarang harus naik kereta lagi."

Mendadak Setan teringat lagi kejadian yang telah lewat, di mana ia harus membeli tiket dan tiket yang dibelinya justru salah. Saat bapak-bapak tadi mengeluarkan tiket, Setan meringis. Ya, meskipun Bang Sat yang bayar, tetapi karena Setan juga mereka harus transit dan berlama-lama di perjalanan. Padahal, Setan sangat ingin bertemu orang tuanya secepat mungkin.

Namun, menit demi menit terlewat begitu saja. Sebentar lagi, mereka akan bertemu dengan keluarga. Juga menyapa kampung halaman yang sudah lama tak diinjak oleh kaki-kaki mereka.

"Kami juga dulu begitu, Pak. Ya, karena kebodohan adik saya." Bang Sat mendelik pada Setan yang hanya bisa mengatupkan bibir seraya menunduk malu-malu meong.

Sementara Lucy dan Taeyang hanya ikut terkekeh. Tak berlangsung lama sampai bapak-bapak tadi berpamitan.

"Ya sudah, saya pamit dulu. Muga-muga mudiknya dadi lancar, Le. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Setan dan Bang Sat kompak menjawab. Tak lupa Setan menambahkan, "Hati-hati, Pak."

Selepas orang tadi pergi, keempat muda-mudi itu kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing. Pun yang ditunggu belum tampak batang hidungnya. Alhasil, karena gabut, Setan memilih menggulir layar ponsel, Lucy mengerang karena lapar, Taeyang tampak menikmati music video BTS yang beberapa jam lalu di-cover-nya, tetapi agaknya, salah gerakan.

Hanya Bang Sat yang kembali meneruskan kegiatan, menghadirkan kembali senyum Nissa.

"Tantia, apa aku boleh makan? I'm so hungry!"

"Astagfirullahaladzim! Gusti Nu Agung!" Setan bangkit dari tempat, nyaris saja melempar ponsel yang ada di genggaman. Beruntung dia masih cukup waras untuk tidak merusak benda berharga itu. "Lo tadi udah makan banyak banget, Cy. Apa nggak kasihan sama perut, hah? Itu perut apa karung, sih? Muat banget nampung banyak makanan, herman!"

Omelan Setan membuat mata Lucy berkaca-kaca, hingga gadis yang baru saja mengomel panik sendiri. Jangan sampe! Jangan sampe dia merajuk lagi!

"Tantia ...." Lucy meraung di tengah-tengah kesenyapan masjid. Ada beberapa pemudik yang melintas, bahkan menggeleng saat melihat Lucy dan Setan yang mulai menenangkan gadis bule itu.

"Hushh! Don't cry, Cy."

"Tantia, if you ngomel-ngomel kayak tadi. Aku jadi remember sama my mother. Kamu kayak my mother, sukanya ngomel-ngomel."

Buset!

Lembut banget hati Lucy yang kadang bisa jadi bar-bar. Cuma karena hal seperti itu. Tangis Lucy kian pecah membuat Setan makin malas untuk mengurusnya. Agaknya, Lucy sedang merindukan kampung halaman dan juga keluarganya.

"Jancuk! Rame tenan kowe, Tan. Ora fokus iki aku lho!"

"Astagfirullah!" Bukan Setan, bukan Lucy, tetapi Taeyang yang justru menyeletuk.

"Daebak! Bisa berucap dirimu, Oppa?" tanya Setan.

Taeyang ikut menyengir seraya menggaruk bagian belakang kepala yang tak gatal. "Sering dengar aja, Tan. Bukannya kalau di masjid nggak boleh ngomong kasar, ya? Geundae wae? Bang Sat baru aja mengumpat."

Berteman dengan Bang Sat membuat Taeyang banyak mempelajari bahasa baru.

"Ya, ih! Bang Sat, lo nggak boleh ngomong kasar di masjid!" protes Tantia. Beberapa orang yang melintas justru menggeleng. Mungkin berpikir kalai Setan sedang mengumpat juga. "Ini lagi!" Setan mencak-mencak saat melihat Lucy masih saja terisak.

"I'm sorry, Tantia. But aku rindu my mother."

"Hayolah, Tan. Katanya puasa, kerjaanmu bikin orang nangis terus." Bang Sat yang sejak tadi diam, justru ikut menimbrung.

"Wes, Cy. Don't cry don't be shy, kamu cantik apa adanya ... sadari ... syukuriii ....dirimu indah, pancarkan sinarmu, ohooooo. You'are beautiful ...."

"Wes, wes! Sumbang!"

Baru saja Setan hendak membuat gerakan seperti koreografi lagu Cherrybelle yang berjudul Beautiful, tetapi kepalang ditahan Bang Sat. Tak sia-sia, Lucy kembali tertawa dan menyeka air matanya. Hanya demi Lucy! Hanya karena Lucy, Setan bahkan berani bertingkah malu-maluin. Justru merasa malu, Setan memilih duduk di samping Lucy, tentu saja karena beberapa orang melihat sinis ke arahnya.

Taeyang justru bertepuk tangan bangga. "Wah, daebak jinjja! Kenapa kamu nggak ikut aku aja ke Korea nanti, Tantia? Kamu bisa trainee jadi idol kpop."

"Oemji! Apa aku keliatan pantas, Oppa? Apa aku berbakat?" balas Setan.

"Jangan ngadi-ngadi, Yang. Muka-muka kayak kowe iki nora cocok jadi idol, Tan. Cocoknya jadi pengemis aja wes." Bang Sat menimpali, tetapi agaknya Tantia malas beradu bacot dengan abangnya yang satu itu, sehingga memilih membisu. Namun, jelas matanya memancarkan kilat kekesalan.

"Taeyang Oppa! This is you!" Pekik Lucy tak lama kemudian. Gadis bule itu menjulurkan layar ponsel ke hadapan Setan.

"Oppa! Ini benaran lo, video lo yang lagi nge-dance lagu Korea tadi, apa sih namanya? Em ... ES ... ES ... B-BB ... ES."

"BTS!" potong Taeyang.

Pemuda Korea itu lantas merampas ponsel Lucy dan betapa kagetnya ia saat melihat postingan di salah satu akun Instagram yang memperlihatkan video berdurasi singkat. Video Taeyang yang sedang joget di kereta.

"Viral, Oppa! Lo akan jadi orang tetkenal, abis ini pasti diundang ke acara Rumpiah atau Browsis yang ada di Trans tipi." Setan heboh sendiri, tetapi tentu Taeyang tak kalah heboh.

"Kamu pikir secepat itu, Tan? Modal joget begini doang aku juga bisa."

Setan lagi-lagi mendelik heran, kenapa abangnya sewot terus dari tadi. Atau ... sedang ada tamu bulanan? Ah, tidak mungkin. Memangnya Bang Sat lelaki jadi-jadian.

Setan, Lucy, dan Taeyang mulai tenggelam dalam komentar netizen pada postingan itu. Hanya Bang Sat yang tampak tak minat. Detik berikutnya, terdengar getar ponsel di saku celana, memperlihatkan nama sang ibu di layar ponsel. Buru-buru Bang Sat mengangkatnya.

"Assalamualaikum, Le. Kowe nang ndi? Iki, ibu karo bapak udah sampai di stasiun."

"Waalaikumsalam. Kami lagi di masjid, Bu. Nggak jauh dari stasiun."

"Oalah. Iki ibu di depan masjid. Sek, ibu ke sana."

Setelahnya sambungan terputus begitu saja. Bang Sat melirik adik dan kedua temannya yang masih heboh karena video Taeyang. Mereka bahkan tak tahu malu, mengikuti gerakan joget ala Taeyang di video itu.

"Kalian mau tetap joget di sini atau mau ikut aku? Bapak dan ibu udah sampai."

"Serius? Mana?" Setan menimpali setelah menghentikan aktivitas berjoget.

Bang Sat menggeleng. "Malu dikit sama Gusti Allah, Tan. Joget-joget di masjid."

"Ih, mana ibu? Bohong lo, ya?"

"Kakakkmu nggak bohong, Tantia."

Sontak saja suara lembut itu membuat Setan, Bang Sat, Lucy, dan Taeyang menoleh kompak pada sosok wanita yang sudah berdiri di belakang mereka. Senyumnya ramah, tak kalah ramah dari anak-anaknya. Kerutan di wajah menandakan ia tak muda lagi.

"Ibu!" teriak Setan seraya menghambur ke pelukan sang ibu. "Ibu, aku kangen banget!"

"Sama, kami juga kangen sama kalian."

"Ibu!" Bang Sat melepas tas yang ada di genggaman dan berlari menghambur juga ke pelukan wanita itu.

Hm telat, harusnya kan barengan, batin Setan. Ya, tapi mau bagaimana lagi. Lebih baik kangen-kangen dulu dengan cara memeluk ibu. Sudah lama pula mereka tak merasakan pelukan seorang ibu. Ah, jika diingat-ingat lagi sudah berapa lama tidak pulang ke rumah, rasanya  nyesek saja.

"Wes, nanti kangen-kangenan di rumah aja."

Baik Setan, Bang Sat, Taeyang, dan Lucy tak sabar untuk memulai pengalaman mudik mereka.


to be continue ....
best regards, itsmeqia mssana7 DRestiPertiwi xxtnaruwlsy RanEsta13 onederfulonly Ren-san22 wishasaaa yuniizhy_ Kokokruunch

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro