23.0 Seribu Bulan
Mata Tee terus saja berbinar-binar, ia tak sabar ingin mencicipi teh kotak yang Mas-nya bawakan. Ketika Tee akan memutar tubuhnya untuk masuk ke dalam dan menyimpan sekeresek minuman kesukaannya itu, suara Ian menghentikan langkah Tee.
"Ayo, Lad."
Dengan raut bingung, Tee kembali berbalik ke arah Ian. Sepasang matanya kini beradu dengan sepasang netra milik Lady.
Lady pun tersenyum ke arah Tee, sementara gadis itu tak bereaksi apa-apa. Ian yang berada di tengah kedua gadis itu mencoba untuk mencairkan suasana.
"Lad, kenalkan adikku namanya Tee dan Tee, kenalin ini Lady teman Mas di Bandung. Kemarin Mas pulangnya bareng dia."
"Hai, Tee. Salam kenal."
Lady sudah mengulurkan tangannya terlebih dahulu, tetapi Tee masih tak bereaksi sampai Ian harus menyenggol dan menegur Tee lebih dulu.
"Tee, diajak kenalan itu," celetuk Ian.
Tee memandang Ian sebentar, lalu mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan putih Lady walau sebentar.
"Tee," ucapnya singkat dan segera masuk.
Melihat kelakuan adiknya yang sedikit dingin terhadap Lady itu membuat Ian tak enak dan berakhir dengan meminta maaf pada gadis blasteran itu. Meski, Lady mengatakan tak perlu seperti itu.
Ian pun mengajak Lady untuk masuk ke dalam rumah. Kedua orang tua Ian pun sangat menyambut antusias kedatangan Lady itu, berbeda sekali dengan Tee yang hanya diam dan memandang.
Bahkan, gadis itu yang biasanya heboh jika sudah berbuka, kini hanya diam saja.
😈😈😈
Selesai salat magrib berjamaah, Ian serta Lady masih asyik mengobrol bersama Maman dan Hanin di ruang tamu.
Sedangkan, Tee gadis itu sudah tengah di kamarnya sambil sesekali menyeruput teh kotak. Ketika Tee menatap wajahnya di pantulan cermin, wajahnya terketuk dengan kedua mata yang menyipit.
"Ish! Mas Ian itu bohong banget!" gerutu Tee. Bibirnya yang mungil itu masih komat kamit soal ucapan Ian beberapa waktu lalu, dan sesekali berhenti untuk kembali menyeruput minuman kesukaannya.
"Katanya cantikan Tee, tapi ... Kok Tee liat cantikan Lady?" Bibirnya sudah cemberut. "Eh? Panggilnya apa, ya? Kak Lady? Mbak Lady? Atau Bule Lady?"
Tee terus berpikir sambil menatap cermin. Sampai suara kedua sahabatnya itu terdengar, Tee dengan cepat mengambil jilbabnya dan juga mukenah.
"Assalamualaikum!" ucap Fani yang meniru ucapan salam dari Ehsan salah satu tokoh dari animasi Upin Ipin.
"TEE! MAIN, YUK!" teriak Arin yang langsung mendapat sikutan dari Fani.
"Mana ada main! Kita mau ke masjid, ya!"
"Tapi, sampai masjid paling kita main dulu sebelum salat Isya."
Fani mengangguk setuju, kemudian terkekeh. "Oh iya, bener juga."
Begitu keluar dari kamar, Tee pun berpamitan kepada semua orang. Ian yang melihat Tee sudah rapi itu pun berkata, "Mau ke masjid? Bareng sama Kak Lady, mau?"
Tee beralih menatap Lady yang masih tersenyum manis kepadanya. Semakin masamlah wajah Tee melihat Lady yang semakin cantik kala tersenyum.
Gadis itu pun kembali menatap Ian dengan tajam. Ian yang tak tau, kesalahannya apalagi hanya bisa mengernyit bingung.
"Tee buru-buru, Mas. Ada keperluan di masjid, kan bisa berangkat sama Mas Ian. Sudah, ya. Tee duluan, assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam."
Tee pun segera menghampiri kedua sahabatnya itu, dari balik mukenah yang tersampir di lengan, Tee mengeluarkan teh kotak.
Ketiga remaja itu pun bersama-sama berjalan menuju masjid. Ada banyak sekali obrolan yang terus terlontar dari bibir mereka.
"Eh, eh! Tau enggak, di rumah Tee tadi ada bule, cantik banget!" seru Tee bersemangat.
"Ah? Bule? Kok bisa ada di rumahmu?" tanya Arin yang tertarik dengan cerita Tee. Fani juga tertarik, tetapi tak memberikan komentar.
"Iya! Jadi, bule itu namanya Lady. Temannya Mas Ian di Bandung, katanya bla? Bla, blasteran! Blasteran Indo-Australia."
"Woaahh!" kata Arin dan Fani.
Kedua sahabat Tee itu belum pernah melihat orang bule secara langsung, mereka hanya sering melihatnya di TV. Arin dan Fani pun memiliki gambaran tersendiri mengenai orang yang disebut Lady itu.
Setibanya di masjid, mereka segera mengambil tempat. Ketiga remaja itu pun mengambil air wudhu terlebih dahulu.
Satu persatu para jamaah mulai berdatangan dan memenuhi masjid. Sedangkan, Tee ia masih sibuk menjawab rasa penasaran kedua sahabatnya soal Lady.
Sampai suara azan menghentikan obrolan mereka. Ketika hendak berdiri untuk menunaikan salat Isya berjamaah, Tee yang sudah cantik dengan mukenah berwarna maroon itu, mengedarkan pandangannya ke seluruh masjid.
Tee sudah celangak-celinguk beberapa kali, tetapi tetap tak menemukan keberadaan Lady diantara jamaah perempuan.
"Kok enggak, ya? Apa enggak jadi? Ih, padahal mau dipamerin sama Arin dan Fina," ucap Tee dalam hati.
Sampai takbiratul ilham pertama menyapa rungu Tee. Tee pun bergegas membaca niat salat.
😈😈😈
Selesai dengan salat isya, pengurus masjid terlebih dahulu menyampaikan nama-nama yang akan membawa takjil besok, dilanjutkan penyebutan jumlah nominal uang yang masuk ke masjid tersebut.
Kemudian dilanjutkan dengan ceramah dari Ustaz Ali. Karena kali yang melakukan ceramah adalah ustaz yang cukup muda sekaligus guru ngaji Tee, maka gadis itu diam dan mendengarkan.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Ustaz Ali yang langsung dijawab para jamaah.
"Para jamaah yang dirahmati oleh Allah Subhanuhu wa Ta'ala. Malam seribu bulan, itulah yang dikenal dengan malam Lailatul Qadar. Malam yang begitu istimewa, yang diburu oleh setiap muslim, khususnya bagi mereka yang sangat mencari keuntungan akhirat."
"Malam Lailatul Qadar itu apa, sih? Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan dalam surah Al-Qodar."
Ustaz Ali pun mulai membaca surah tersebut. "Yang artinya, sesungguhnya kami turunkan Al-Qur'an pada malam Al-Qadar. Tahukah kamu apakah malam kemulian itu? Malam kemulian itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam yang penuh dengan kesejahteraan hingga terbit fajar."
Tee begitu larut dalam ceramah yang disampaikan Ustaz Ali malam ini. Cara penyampaian Ustaz Ali pun begitu mudah untuk dipahami, tak heran jika ustaz yang kini menginjak usia kepala tiga itu begitu dinantikan.
"Kapan malam Lailatul Qadar itu? Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh akhir di bulan ramadan. Hadis riwayat Bukhari dan Muslim."
"Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, barang siapa yang melaksanakan salat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. Subhanallah, betapa mulia Allah yang memberikan kita malam penuh istimewa ini."
"Jadi, kita yang masih bisa menjumpai malam ini, sungguh orang-orang yang beruntung."
Ian yang berada tak jauh dari tempat Ustaz Ali pun mengangguk setuju, dia ingin menjadi orang beruntung dan ingin mencari malam Lailatul Qadar.
Begitu juga dengan Tee, dia berjanji pada dirinya sendiri mulai besok dan hingga sisa akhir bulan ramadan akan lebih baik lagi, tak akan bermain-main lagi. Tee ingin mendapat keberkahan Lailatul Qadar.
- Astaroth Team -
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro