Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17.0 Nge-thrift Baju Lebaran

(Bolu Susu)

Setelah bersih-bersih di rumah Lady. Ian, Rigel, Rud dan gadis itu sepakat untuk mencari oleh-oleh diskitaran daerah Lembang. Menurut Rigel, di sana adalah tempat yang paling tepat. Selain lengkap, setelahnya ia juga bisa langsung jalan-jalan dulu.


Di sepanjang perjalanan, Ian hanya bisa tersenyum. Pada akhirnya, semesta membiarkan ia pulang.  Untuk penantian, untuk penebusan atas waktu yang ia gunakan selama ini. Pertemuan kita, sudah tidak akan lama lagi.

Setelah sampai di pusat oleh-oleh Lembang, Ian, Rud, Rigel, dan Lady langsung memburu apa pun yang menurut mereka enak dibawa pulang.

"Mm ... kira-kira beliin apaan, ya, buat orang-orang rumah?" Ian bergumam dengan dirinya sendiri.

"Bingung lu?" tanya Rud.

"Iya."

"Gimana kalau beli bolu susu lembang aja?" saran Rud.

"Boleh, Rud."

"Sisanya bebas terserah lo. Tapi, bolu susu emang enak banget, sih."

Sepertinya, tidak ada pilihan lain. Selain memang Ian yang kurang tahu oleh-oleh dari Bandung, bolu susu terdengar menggiurkan di telinganya. Berbeda dengan Rigel dan Lady yang terlihat seperti kesetanan beli ini dan itu untuk dibawa pulang.

"Oh iya, Yan. Habis ini lo senggang, 'kan?" tanya Rud.

"Iya. Kenapa, emang?"

"Dah punya baju lebaran belom? Lo besok mudik, 'kan?"

"Belom, sih. Kayaknya nggak akan beli juga. Baju gue masih bagus bagus juga di kampung."

"Ah, elah." Rud menepuk pundak Ian pelan. "Lo harus ikut gue abis ini pokoknya, Yan."

"Ke mana?"

"Beli baju!" Setelah itu, Rud pergi meninggalkan Ian dan bergabung bersama Rigel juga Lady.

Laki-laki itu memasukkan banyak makanan ke keranjangnya. Makanan ringan, tahu susu lembang, kerajinan tangan, semua yang menurutnya menarik, laki-laki itu masukkan.  Sebentar Ian menjadi ragu kepadanya yang bilang tidak punya banya uang, tetapi segala dibeli.

"Mungkin gue beliin ini aja kali, ya, buat Tee?" Kemudian Ian meraih miniatur angklung dan sebuah gelang.

👿👿👿

"Gila-gila. Si Rigel batu banget. Dah dibilang kita butuh boy times," ucap Rud sambil terengah di atas motornya.

"Ya mungkin dia juga pengin ikut, Rud."

"Percaya deh sama gue. Kalau belanja sama cewek tuh lamanya minta ampun, Yan. Jangan mau. Capek!"

"Tapi, kesian merek tahu. Pulang ke rumah pasti uring-uringan," ucap Ian sambil sedikit tertawa.

"Laim kali ajalah. Kalau kita lagi santai. Baru kita nge-thrift baju bareng mereka."

"Ya udah. Gue mah serah lo aja."

"Oke."

Ian dan Rud sedang dalam perjalan hunting pakaian di Cimol. Selesai berbelanja oleh-oleh, ternyata semesta masih beranjak di angka tiga. Ia masih punya banyak waktu untuk membeli beberapa barang murah di sana.

"Rud, masih jauh?" tanya Ian.

"Masih, Yan. Tunggu aja."

Ian mengangguk, kemudian lebih memilih untuk melihat-melihat sekitar di atas si Junior yang majunya lama sekali. Tanpa ia ketahui, ternyata Bandung lebih ramai dari perkiraannya. Di beberapa ruas jalanan macet. Banyak mobil-mobil besar berlalu-lalang di seberangnya.

"Rud, daerah sini memang banyak mobil besar, ya?"

"Iya, Yan. Soalnya ini salah satu jalur mudik buat ke arah Sumedang, Garut, Tasik."

"Oh, pantesan."

Lalu, setelah bertemu dengan persimpangan Rud memilih untuk belok kanan dan melaju lurus melewati salah satu rumah sakit di sana dan berhenti sebelum ia bisa mencapai Jalan Soekarno-Hatta.

"Sampai, Yan. Yuk langsung gas."

"Gas."

Setelah memarkir motor dan menyimpan helm-nya, Ian dan Rud segera memasuki kawasan thrifting-an. Tempat cukup besar, dan ian sempat terkejut ketika sepasang matanya melihat begitu banyak diskonan di sana-sini yang sukses membuat pandangannya menghijau.

"Ini seriusan, Rud? Harganya murah-murah begini," tanya Ian ketika melihat baju dengan harga dari sepuluh ribu sampai dua puluh lima ribu.

"Beneran. Makanya gue ngajak lo ke sini. Nggak nyesel, 'kan?"

"Nggak!"

Tanpa berkata apa-apa lagi, setelah saling bertatapan sebentar, Ian dan Rud sempat mengangguk lalu berjalan cepat menjejal kios-kios pakaian yang ada di sana. Sial. Ian tidak tahu jika di Bandung ada surga seperti ini.

Walaupun memang tidak semua barang baru, tetapi, tak apa. Asal barang-barangnya masih bagus. Tak masalah sama sekali. Juga kebanyakan, model-model pakaian yang ada di sini jauh berbeda dengan model pakaian yang ada di toko-toko pada umumnya.

"Yan, lo udah dapet berapa setel buat pulang kampung?" tanya Rud yang tangannya sudah menjinjing dua keresek hitam.

"Baru dua, Rud. Gue masih pengin lihat-lihat."

"Mau lihat apa lagi?"

"Gue pengin beli celana."

"Gas!"

Setelah puas dengan baju, kini Ian dan Rudi beralih berburu celana. Sial. Ian jadi tidak tahan untuk menghabiskan uang yang ia bawa. Untuk dari semua tabungannya, Ian tidak membawa banyak.

Karena saking asyiknya berburu baju lebaran, Ian dan Rud bahkan sampai lupa waktu. Semesta sudah mau sampai diperaduan. Cakrawala sudaj sedikit menguning. Pun, peluh sudah sedikit bercucuran dari tiap-tiap bagian tubuh laki-laki itu.

"Yan, udah kelar belom?"

"Udah, Rud. Capek gue."

"Ya udah. Balik, yuk?"

"Hayu."

"Lo paham kan kenapa gue nggak ngajak Rigel?"

Kemudian, laki-laki itu tersenyum lalu mengangguk. "Paham banget."

Laki-laki itu sama berjalan gontai menuju parkiran motornya. Setelah memasukkan semua barang belanjaannya ke dalam satu tas yang cukup besar, si Junior kembali melaju untuk mencari menu buka takjil dan buka puasa di indekos nanti.


- Astaroth Team -

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro