AOL | 8
Masih dengan acara reuni SMA Erza, Nastar semakin menghasut makanan lain untuk membenci Semprit, karena dengan begini dirinya akan berhasil menggeser Semprit pergi untuk selamanya. Para makanan yang ada di sana semakin terhasut oleh Nastar, apalagi si Kolak Pisang yang sudah berapi-api mendengar segala kebohongan Nastar.
“Berani sekali Semprit menghina bangsa kita! Memangnya dia itu siapa?” seru Kolak Pisang hingga mangkoknya bergetar saking marahnya.
“Tenang dulu, Kolak," ujar Kue Dadar menenangkan Kolak, "Nastar, apa kamu punya bukti kalau Semprit berkata seperti itu tentang bangsa kami?”
Nastar berpura-pura menangis sedih. “Aku serius saudaraku, Semprit menghina kalian ..., sungguh, aku tak menyangka ia akan mengejek kalian seperti itu,” ucap Nastar dengan nada yang dibuat-buat. Para makanan terdiam, dan mereka memasang sorot benci mendengar hasutan Nastar. Nastar tersenyum miring, sebentar lagi posisiku sebagai raja akan semakin naik! Bye-bye, Semprit Udik!
🍪🍪🍪
Di sisi lain, Erza tengah asik mengobrol dengan sahabat seper-sadboy-annya --- Rudi. Tampak selama mengobrol Erza tak fokus, ia celingukan seperti mencari seseorang, yap! ia mencari sosok mantannya yaitu Mifta.
“Lu ngapain Er celingukan begitu? Abis maling takjil , ya?” tanya Rudi sambil menjitak kepala Erza yang kini sudah fokus ke arahnya.
Erza berdecih. "Diem, lu! Mifta di mana, sih, kok dia gak keliatan?” tanya Erza yang kembali celingukan tidak jelas, tetapi Rudi tak menjawab pertanyaan itu, ia hanya diam menatapnya dengan aneh.
“Kok lu diem aja? Kan gue nanya si Mifta di mana, lu liat, nggak?” tanya Erza lagi.
“Enggak, kan lu tadi nyuruh gue diem, ya gue diem,” jawab Rudi.
Astaghfirullah, syukur lu temen gue, Rud. Kalau bukan, udah gue buang ke pasar, batin Erza. Erza hanya menghela napas dan melanjutkan kegiatan celingukannya.
“Gue kira lu udah move on dari Mifta, makanya jangan sok- sokan mau punya pacar banyak, dulu lo kan mutusin Mifta biar bisa PDKT sama Dhea, mending lo dapetin si Dhea, akhirnya jomlo, 'kan? Kena ghosting pula sama si Dhea,” cibir Rudi.
“Duh, lu kalau gak bisa ngasih tau di mana mantan tercantik gue itu, mending lo diem aja. Gausah ungkit-ungkit masa lalu, kita gak lagi belajar sejarah, Rud! Btw si Haekal mana sih? Trio Sadboy kita jadi kurang personil gini,” tanya Erza.
Rudi tampak terkejut mendengar pertanyaan Erza, apa sahabat sadboy-nya ini tidak tahu berita terbaru? Pasti kebanyakan nonton Masha and the Bear nih anak, batin Rudi. Ia lalu menepuk bahu Erza dengan wajah yang prihatin akan nasib sahabatnya itu.
“Er, lo nggak tau, ya?” Rudi menghela napasnya, sedangkan Erza memasang tampang tak mengerti. “Yang kuat, ya. Sabar, ini cobaan jones. Jadi gini Er, sebenernya ...."
Perkataan Rudi terpotong oleh pekikan Erza. “Eh, itu si Mifta! T- tapi ... kok dia sama Haekal?" potong Erza yang melihat Mifta datang sambil merangkul mesra lengan Haekal — sahabat per-sadboy-annya yang sudah tidak sad lagi sekarang.
Sepertinya Erza paham kenapa Haekal datang terlambat, ternyata ia datang bersama Mifta sebagai pacar barunya. Erza menyalahkan dirinya sendiri yang tidak mencari tahu siapa pacar baru Mifta, ternyata sahabatnya sendiri! Rasanya hati Erza patah menjadi sejuta bagian, atau mungkin sudah seperti serbuk Nastar yang dijatuhkan Ayu kemarin. Aura sadboy-nya semakin kuat sekarang.
“Itu yang mau gue kasih tau ke lo, pacar barunya si Mifta itu, Haekal. Sabar ya, Er. Emang yang good looking bakal kalah sama yang selalu ada. Sekarang personil Trio Sadboy udah berkurang satu, tinggal kita, jadi Duo Sadboy ...,” lirih Rudi sambil menepuk pelan punggung Erza yang telah kehilangan semangat.
“Daripada lo sedih mending kita ngumpul, udah mau buka puasa, ambil bekal lo, sana. Sekalian caper ke cewek siapa tau ada yang nyantol,” saran Rudi yang memainkan kedua alisnya. Tanpa menyahuti saran Rudi, Erza kembali mengambil bekalnya yang masih rapi di dalam kantung plastik, ketika Erza ingin mengeluarkan bekalnya, ia terkejut melihat setoples Nastar di sana.
Lho? Kok ada Nastar? Perasaan aku gak masukin deh tadi, pasti kerjaannya si Ayu, batin Erza. Erza kemudian membawa makanannya ke tempat yang kini sudah dipenuhi teman- temannya dengan bekal masing-masing.
“Lah, lo ngapain bawa Nastar, Er? Belom lebaran, coy!” seru Agni yang duduk persis di depan Erza, diikuti tawa teman yang lain.
“Adek gue yang taro, gue awalnya cuma mau bawa ini aja,” jawab Erza yang membuka sebuah kotak berukuran sedang berisi ayam goreng, para temannya berseru melihat pemandangan potongan ayam goreng hangat yang sudah siap mereka booking untuk diambil saat berbuka nanti.
“Wah ada ayam goreng! Makanan enak sejuta umat. Eh, jangan ada yang ambil pahanya, tuh. Itu punya gue, ingetin! Yang ngambil jones seumur hidup!” seru Amalia, yang akrab dipanggil dengan Jamal.
Para tamu kemudian menyoraki Jamal, tapi tak sedikit dari mereka juga ikut mengincar bagian mereka. Dari dalam toples, Nastar menatap sinis ayam goreng yang senang melihat reaksi manusia memperebutkannya.
“Apanya yang enak? Dia bahkan tidak ada bedanya dengan para Gorengan tadi. Penasihatku, aku sangat tidak suka dengannya, aku yakin ia ingin menyingkirkanku!” sinis Nastar yang diikuti anggukan penasihatnya.
“Aku setuju denganmu, Paduka! Ayam goreng itu berminyak, tidak seperti kita yang manis dan berkilau ini,” sahut Penasihat. Nastar mendengkus, sepertinya ia harus membuat rencana agar para manusia ini melihat betapa enak dirinya ini.
Setelah sibuk berebut ayam goreng, tak terasa azan maghrib sudah berkumandang. Seluruh tamu yang ada di sana membaca doa bersama dan mulai menyantap setiap takjil yang ada. Mayoritasnya mengambil si Gorengan lebih dulu, ada yang meminum es campur, ada pula yang menyantap kolak pisang. Melihat itu Nastar semakin panas, kenapa tidak ada yang mengambilnya?
“Sabar, Yang Mulia, memang manusia makan makanan berat dan berminyak terlebih dahulu sebelum menyantap kita yang manis dan ringan ini, yang terakhir selalu yang terbaik, Tuanku!” hibur Penasihat yang paham dengan kemarahan rajanya itu.
“Awas saja, akan aku buat para manusia memakanku sampai habis, aku tak akan membiarkan para makanan kampungan itu merebut posisiku!” ucap Nastar sambil mengentakkan dirinya di dalam toples.
Namun, hingga akhir acara bukber, tak ada satu pun yang menyentuh Nastar, semakin murkalah ia, apalagi melihat kotak ayam goreng yang sudah habis terambil semua. Erza kemudian pamit pulang sambil membawa kembali nastar dan beberapa takjil yang tidak habis tadi.
“Huh, gapapa deh nastarnya gak ada yang makan, kan bisa aku makan sepuasnya di rumah, untuk meredakan ke-sadboy-anku hari ini, kayaknya dimakan sama teh dan lagu Heartbreak Anniversary, sedap nih,” gumam Erza sambil menepuk pelan toples Nastar.
“Lihat, Tuan! Manusia itu sangat menyayangi kita, ia bahkan ingin menyantap kita untuk dirinya sendiri, keposesifannya sangat indah, Tuanku!” seru Penasihat.
“Kau benar, Penasihatku! Manusia ini menyayangi kita! Akan kubuat para kue udik itu tahu siapa raja mereka! Dan tentu saja, akan aku geser Semprit bersama takjil kampungan yang sudah kuhasut itu,” ucap Nastar diikuti tawa jahatnya.
🍪🍪🍪
Di dalam rumah, para kue sedang menggunjing tingkah laku Nastar yang sombong pada mereka. Mereka semakin benci mendengar cerita kue lain tentang betapa jahatnya Nastar. Putri Salju bahkan sampai menangis menceritakan ucapan jelek Nastar padanya. Serbuk putihnya berhamburan ke mana-mana.
“Kita harus menyingkirkan Nastar dari rumah ini! Kue sombong seperti dia tak pantas di sini!” seru Rengginang, diikuti persetujuan kue lain, sedangkan Semprit berusaha menenangkan mereka, walaupun ia juga tak suka Nastar, tapi tetap saja Nastar bagian dari mereka, ia tak mau ada konflik apa pun.
Obrolan mereka berakhir ketika Erza datang, kemudian menaruh plastik di sebelah mereka, Nastar keluar dari toplesnya dengan senyum sombongnya. “Wahai, Para Rakyat Udikku! Apakah kalian merindukanku?” teriaknya yang hanya direspons dengan tatapan tak suka kue lain.
“Nastar, ke mana saja kamu? Kenapa kamu ikut manusia itu?” tanya Semprit, yang melompat keluar menghampiri Nastar.
“Oh! Jadi ini Semprit yang sudah menghina bangsa kami, ya, Nastar?” seru para takjil yang berdiri di belakang Nastar. Nastar tersenyum penuh kemenangan melihat Semprit terpaku di tempatnya.
Oh tidak, sepertinya bangsa kue akan terkena masalah lagi berkat Nastar.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro