Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

AOL | 17

"Ayah! Ingat, lho. Kue semprit sama putri salju yang banyak!" seru Ayu pada layar ponselnya yang sedang video call dengan Bayu.

Di seberang sana, Bayu terkikik geli. Lantas, ia mengubah panggilannya menjadi kamera belakang, memperlihatkan tumpukan toples kue yang sedang diangkutnya, baru saja dibeli. Bayu baru turun dari bus. Dia sudah sampai di terminal tujuannya, Kampung Rambutan. "Kurang banyak, Yu? Ayah juga mau beli baju bedug, lho. Ayu mau baju kayak gimana?"

Tak bisa dihindari, sorak bahagia Ayu memekakkan telinga. "Asyik, pesta kue! Cepat pulang, ya, Yah. Ayu mau baju Frozen! Yang ada Elsa-nyaaaa." Ayu melonjak-lonjak bahagia, tak peduli tangkapan video call-nya yang jadi tidak stabil. "Eh, Ayah lagi di terminal? Kok, rame banget. Banyak yang jualan ...."

Bayu mempertontonkan suasana di terminal yang memang dipadati penjual oleh-oleh dan suvenir. "Iya, Yu. Banyak yang mudik, jadi kesempatan emas buat abang-abang pedagang."

"Eh, eh, eh, eh. Ayah bentar!" Ayu mendekatkan wajahnya ke layar ponsel. Di tampilan Bayu, kini Ayu hanya terlihat penampakan dahi dan hidung penyeknya. "Itu apaaaa, yang kotak biru tua, terus ada Elsa-nya itu? Ih, Frozen! Ayah, Ayah. Ayu mau! Ayu mau!"

Mendengar putrinya yang semakin ribut membuat kepala Bayu berdenyut nyeri. Bayu kelimpungan mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru terminal. "Yang mana?"

"Itu! Depannya abang-abang bercambang subur itu! Abang yang lagi hamil!"

Akhirnya, mata Bayu sukses membidik abang berperut buncit yang memang terlihat mencolok di sana. Kalau kata Erza, itu abang-abang yang lagi endorse produk susu untuk ibu hamil. Bayu bergerak mendekat. "Mau yang ini, Yu? Oke, Ayah beli. Diskon, ya, Bang. Mesti banyak sedekah di bulan ini, lho, Bang. Biar proses persalinannya lancar dan tambah berkah."

🍪🍪🍪

Malam beranjak matang. Para rakyat AMER sudah terlelap dalam tidurnya, terkecuali Pasukan Kekaisaran Nastar. Mereka bersiap melancarkan misi, malam ini.

"Dengar. Ketika manusia berkumis lebat itu pulang, akan terjadi ledakan populasi Salju dan Semprit. Itu akan menjadi variabel yang cukup berpengaruh dalam menentukan kekuatan pasukan revolusi." Di dalam istana, Penasihat memberi pengarahan singkat, briefing bersama pasukan. "Sebelum itu terjadi, kita harus menjalankan misi pembantaian ini."

Di tengah kesunyian, pasukan nastar menyebar sesuai formasi. Target pertama, Salju. Tutupnya dibuka dari luar. Komandan Nastar melemparkan tali rafia bekas dipakai waktu persiapan kepergian Bayu yang dicampakkan begitu saja di kolong meja. Pasukan menerimanya. Bahu-membahu, mereka mengikatkan simpul di kotak toples. Kawanan nastar sudah bersiap di setiap sudut kotak toples Salju sementara Nastar dan penasihatnya hanya memantau situasi dari kejauhan. Komandan Nastar menginstruksikan pasukan untuk menarik ujung talinya, serempak.

Dengan aba-aba tanpa suara dari Komandan, mereka menggiring toples hingga sampai di dekat wastafel. Kompak, pasukan membagi dua barisan, sesuai ujung tali masing-masing. Toples pun tergantung tepat di atas tempat cuci piring. "Potong talinya!"

Dalam hitungan detik, toples tanpa tutup itu meluncur dan terjatuh di atas panci bekas wadah biji salak yang menampung banyak air. Di dalamnya, Salju berusaha menyelamatkan diri dengan memanjati dinding toples. Akan tetapi, massa tubuhnya malah membalikkan stoples jadi tengkurap. Salju pun hanya bisa membiarkan tubuhnya tenggelam di genangan. Tak ada harapan. Hidupnya hanya sampai di sini.

🍪🍪🍪

Suasana sehabis sahur kali itu ramai sekali. Ayu yang biasanya tidur lagi pun, kini amat semangat berjingkrak-jingkrak di ruang tamu. "Baju lebaran Elsa! Eh, kotak parselnya juga Elsa! Hmmm, kasih buat rumah baru nastar, ah. Asyik, couple-an. Sama-sama Frozen!"

"Apa itu baju lebaran? Kue jenis baru?" bisik Nastar pada Penasihat.

"Itu adalah pakaian baru yang biasa manusia beli untuk merayakan idul fitri, Raja."

"Jadi, istana baru itu baju lebaran kita?"

"Kurasa, bisa dikatakan seperti itu, Paduka."

Nastar tak lagi merespons begitu mendapati tangan Ayu sudah membuka tutup stoples.

Sehabis memindahkan nastar ke wadah baru, Ayu heboh mengurusi buah tangan ayahnya. Di dapur, penduduk AMER sedang geger begitu mendapati kematian Salju yang mengenaskan. "Ada yang salah di sini!"

Di atas singgasana barunya, Nastar berdeham keras. "Wahai, rakyatku sekalian! Hari ini, kita mesti berduka atas kepergian salah satu bagian dari kita. Putri Salju ... kematian yang mengerikan. Dengan ini, aku, pemimpin mutlak kekaisaran ini, mendeklarasikan diri akan melindungi rakyat sepanjang hayat! Takkan kubiarkan sesekue mengalami hal yang sama seperti Salju."

Penduduk kue saling pandang. Bersandar di kuali, Rengginang dan Roti Buaya mendengkus, sangsi.

Nastar berkacak pinggang. "Kalian hanya perlu membayar upeti setiap hari. Kastangel! Kau akan menyerahkan taburan keju di atasmu itu pada sekawanan prajuritku, barisan semut di sana. Mereka yang akan mengangkut setiap upeti rakyat menuju istanaku."

Seluruh kue di sana berseru kaget. Bagaimanapun, semut adalah musuh terbesar bagi mereka. Kehadiran semut hanya akan menghabisi mereka hingga punah.

🍪🍪🍪

Semprit memutar otak sambil menggosok-gosok choco chips-nya. Situasi negeri AMER ini sangatlah janggal. Semprit bisa merasakan aroma kehancuran dan ... ketamakan. Suatu bahaya tengah mengancam kedamaian bangsa ini. Ah, ya. Semprit perlu memulainya dari kejadian yang menimpa Salju, sebelumnya. Terakhir kali Semprit lihat, rumah Salju berada di posisi yang jauh dari wastafel. Tidak mungkin mereka mengigau sampai tak sadar sudah bermigrasi, 'kan? Selain itu, untaian tali di wastafel juga cukup mencurigakan. Ada yang sengaja memindahkan stoples Salju ke sana.

Semprit harus menanyakan pendapat Kastangel selaku sahabat dekat Salju, selama ini. Diketuknya kediaman Kastangel. Akan tetapi, sesepuh di sana mengatakan bahwa Kastangel sudah pergi menemui prajurit semut untuk menyerahkan upeti.

Napas Semprit memburu. Langsung saja ia berlari kencang, menuju tempat mana pun yang memungkinkan. Kastangel dalam bahaya, itu pasti.

Di proses pencarian, Semprit berpapasan dengan Rengginang yang asyik menggaruk-garuki remahannya sendiri sembari bersenandung ria. "Hei, Semprit. Mau ke mana kau sampai lari terbirit-birit? Lagi cepirit?"

"Kastangel mendatangi semut!"

Dibantu Rengginang, sampailah Semprit di sudut dekat talenan. Tepat ketika Kastangel diserbu semut. Sebagian organ tubuh Kastangel sudah hancur dimakan.

Begitu juga dengan sekawanan semut lainnya. Mereka brutal menyerang kue AMER. Sebagian dimakan, sebagian lagi dijatuhkan dari ketinggian. Semprit sampai merasa sedang berhadapan dengan titan. Layaknya personil Survey Corps yang keren, Semprit dan Rengginang menghalau para semut. Kue-kue terselamatkan.

Di mana Nastar dengan janji manisnya itu? Rasanya, Nastar tak ditemukan di mana pun sejak deklarasi soal upeti itu. Rengginang mendengkus. Ia mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru negeri, memastikan penduduk masih lengkap. Barulah tampak Nastar menghampiri Rengginang.

Nastar nyengir lebar. "Maaf, rakyatku. Aku baru selesai memantau lingkungan penduduk AMER. Kau merindukanku?"

Keki setengah mati, Rengginang menyerobot, "Memantau? Bukannya kau hanya memantau antek-antekmu untuk menghabisi rakyat AMER?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro