Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

AOL | 1

Aroma keju dan nanas yang khas menyeruak ke seluruh ruangan ketika seorang wanita mengeluarkan sebuah loyang berjajar kue dari dalam oven.

Warnanya yang cantik dengan cokelat keemasan bertabur keju, dan tekstur lembut membuat siapa pun yang menciumnya akan tergoda dan ingin segera mencicipinya.

Mereka memberinya nama, Nastar. Kue spesial di kota besar ini untuk pelengkap hari raya.

"Langsung kemas! Kita akan mengirimkan kuenya setengah jam lagi."

Suara lantang itu menginterupsi para pekerja agar segera mengemas dan mempercantik Nastar. Hingga akhirnya Nastar pun siap kirim ke seluruh supermarket dan lebih istimewanya untuk dijadikan kue utama di bazar Ramadhan.

🍪🍪🍪

"Kue keringnya, kue keringnya, kue keringnya, Bunda! Mari dibeli, dibeli, dibeli!"

"Harga diskon 10 persen di akhir bulan Ramadhan ini, Bunda! Ayo, ayo, kuenya, Bunda!"

Bazar Ramadhan yang diadakan di tengah pusat kota ini benar-benar meriah. Banyak orang berdatangan untuk membeli sesuatu dengan potongan harga yang cukup memikat. Salah satunya penjual kue yang berteriak tadi menawarkan dagangannya, berhasil membuat salah satu gadis remaja tertarik.

"Ayah, Ayah! Adek mau ini, Ayah!"

Terlihat gadis itu begitu antusias dengan barisan kue kering yang terpajang. Ia menarik keluarganya untuk mendekat.

Penjual kue tersenyum ramah. "Boleh, Dek. Mau yang mana?"

"Yang itu!" Gadis ini tanpa pikir panjang langsung menunjuk kue yang diinginkan. Kue yang ternyata kesukaan pemuda di sampingnya.

"Abang juga mau ngambil ini, ya, Ayah?"

"Ayah, lihat! Adek ambil ini, ya?"

"Itu kesukaan Abang, kamu cari aja yang lain."

Perseteruan antara adik dan kakak sering kali terjadi seperti ini, alasannya karena memperebutkan barang belanjaan. Sang kakak yang tidak mau mengalah membuat adiknya semakin berisik, hal itu membuat Bayu—ayah mereka pusing.

"Jadi mau yang mana, Bang? Dek?" tanya Bayu.

"Yang ini!"

"Ih, kamu yang lain aja, jangan disamain!"

"Tapi aku maunya ini!"

"Sudah, sudah! Ambil semuanya, lagi pula siapa, sih, yang nggak suka sama Nastar?" tanya Nurand, si ibu dari keluarga itu.

Ternyata, Nastar-lah yang menjadi bahan incaran mereka.

Adik kakak tersebut kesal. Namun, mereka akhirnya setuju dan memborong cukup banyak kue tersebut untuk dibawa ke rumah nenek besok. Setelah selesai membayar, kue disimpan di bagasi mobil yang cukup luas.

Tanpa keluarga itu sadar, kue yang bernama Nastar tersebut mendengar percakapan mereka dari awal. Sedikit demi sedikit ia membuka toples yang sebelumnya telah dibuka terlebih dahulu oleh Bayu.

Nastar akhinya keluar dan bergerak ke arah jendela mobil. Ia menatap jalanan yang berlalu lalang dengan perasaan senang, sangat senang. Bahkan sesekali ia tertawa dan berkhayal bahwa Nastar-lah yang akan menjadi raja dari segala rasa kue di muka bumi.

Mobil keluarga itu telah sampai pada tujuan, yakni rumahnya. Dengan cepat Nastar segera turun dan masuk kembali ke dalam toples.

Adik yang bernama Ayu dengan semangat mengambil toples tersebut kemudian membawanya ke kamar. Disimpannya rapi-rapi toples tersebut seakan barang berharga yang mudah pecah, Ayu sesekali tersenyum melihat barisan Nastar sebelum Nurand memanggil.

"Adek! Turun, Nak. Kamu belum mandi, lho!" teriak Nurand dari bawah. Ayu langsung mencibirkan bibirnya kesal, padahal ia baru saja akan memakan kue lezat itu secara diam-diam.

"Iya, tunggu!" balas Ayu.

Sepeninggalan gadis itu, Nastar kembali bergerak dalam toples, lalu keluar kembali dengan tenaga yang besar.

"Anak itu, tutup toplesnya ditekan kuat banget. Jadi susah, kan, keluarnya!" gerutu Nastar pada Ayu. Menurutnya, gadis itu penyebab ia susah keluar dari dalam wadah kecil tersebut.

Nastar bergerak tak tentu arah, melihat sekeliling kamar bernuansa serba ungu itu membuatnya muak.

"Ungu jelek, cokelat keemasan baru bagus, persis seperti kulitku!" ujarnya percaya diri. Nastar terus bergerak hingga menemukan sebuah cermin besar di depannya. Detik itu pula ia bergaya dengan angkuh.

"Benar-benar terlihat lezat, tak heran manusia-manusia itu suka padaku."

Bergaya layaknya manusia, ia berlenggak-lenggok seraya terus tersenyum. Kemudian kembali berkhayal bahwa dirinya akan segera diangkat menjadi duta kue.

"Manusia mana yang bisa menolak pesonaku, heh?"

Lagi-lagi Nastar membangga-banggakan dirinya sendiri, tanpa sadar suara langkah kaki besar sedang menuju ke arahnya.

Namun, keberuntungan tentu ada dipihak Nastar. Walau sedikit terlambat, ia segera masuk ke dalam toples terburu-buru. Tanpa menutup wadah tersebut.

"Eh, kok toplesnya kebuka? Ayu! Ayu! Kamu mau makan Nastar, ya! Abang bilangin ayah nanti," omel Erza—kakak Ayu. Dia membetulkan posisi Nastar yang sedikit berada di luar toples ke tempat semula.

Manusia ini juga sayang sama aku, jelas. Aku, kan, duta kue, batin Nastar.

Erza pun pergi. Nastar kembali berulah. Ia keluar lagi dengan mudah.

Nastar menghela napas panjang. Ia menatap ke luar jendela, memperhatikan jajaran rumah dan kendaraan di jalanan.

"Rasanya aku ingin membuktikan pada semua kue, bahwa mereka telah memiliki Raja yang begitu menawan. Yaitu aku." Nastar sesekali tertawa dan memperagakan gerakan ketika sedang memerintah.

"Hei kamu, Kue Jelata! Pergi dari negeri ini, kamu tidak pantas menjadi santapan manusia." Seakan ada kue lain, Nastar meninggikan suara arogannya, layaknya raja yang tengah mengusir rakyat.

Nastar kembali tertawa, kali ini lebih keras dari sebelumnya hingga ia tersedak isian nanasnya sendiri.

"Oke-oke, Raja akan beristirahat terlebih dahulu." Nastar bergerak dengan jumawa ke arah toples, kembali bergabung dengan kaumnya.

"Selamat beristirahat para manusia dan Kue Jelata." Nastar memejamkan matanya berniat ingin tidur. Namun, suara tinggi Ayu membuat Nastar mengurungkan niat tersebut.

"Yeay! Besok ke rumah Nenek, ke rumah Nenek! Hore!" sorak Ayu bersemangat, gadis itu menghampiri Nastar dan mengangkat toplesnya tinggi-tinggi.

"Kamu seneng, nggak? Besok kita ke rumah Nenek! Di sana banyaaak banget kue kampung ..."

Perkataan Ayu membuat Nastar berbinar, khayalannya untuk membuktikan bahwa ia yang terbaik akan terwujud. Sedetik kemudian binar di matanya berubah, Ayu melanjutkan perkataan yang membuat Nastar kesal.

" ... yang nggak kalah enak dari kamu, Nastar!"

Nastar menggeleng keras. Tidak, ia tidak boleh membiarkan kue mana pun menggantikan posisinya.

"Ayu! Cepat berkemas, Ibu nggak mau ya kita telat besok pagi!" Teriakan ibu menghentikan kegiatan Ayu dan Nastar.

"Baik, Bu!" balas Ayu. Kemudian Nastar kembali diturunkan, dan bersiap untuk hari esok.

Emosi Nastar yang masih belum stabil membuat kawanannya terganggu, pasalnya ia menggebrak-gebrak toples dengan kesal.

"Aku tetap nomor pertama! Bukan kedua ataupun ketiga! Aku tidak akan pernah tergantikan, selamanya!" kukuh Nastar emosi. Ia kembali menggebrak toples hingga tak sadar terdengar oleh seseorang yang sedari tadi bersembunyi di kolong kasur, untuk menghindari Ayu.

Erza pun perlahan keluar, walaupun sedikit kesulitan, tetapi akhirnya ia berhasil juga. Pemuda itu menengok ke kanan dan ke kiri dengan hati-hati. Tangannya mulai membuka toples Nastar, dan mengambil salah satu kue tersebut.

Ketika hendak memakannya, Erza dikejutkan dengan kehadiran Ayu di belakangnya. Dia lupa bahwa Ayu tidak keluar, melainkan hanya mengemas barang, itu pun di kamarnya sendiri.

Akibat perbuatan cowok tersebut. Ayu menjadi marah dan terus mengomeli kakaknya. Memperebutkan Nastar yang harus sepenuhnya menjadi hak milik salah satu di antara mereka. Namun, hal itu tak berlangsung lama ketika Bayu datang.

"Kalian, berhenti bertengkar dan segera berkemas. Cepat!" perintah kepala keluarga ini memang tidak dapat dibantah, mereka akhirnya menurut dan menyimpan toples itu walau dengan keadaan dongkol.

Mereka pun pergi. Sebetulnya di dalam toples, Nastar merasa pusing, tapi dalam hatinya ia sangat senang karena kejadian tadi. Kue bulat itu tersenyum puas lagi.

Sama seperti sebelumnya, Nastar kembali menjadi jumawa dan menganggap banyak sekali manusia yang suka padanya, bahkan rela berdebat hanya untuk mendapatkannya.

"Ya, aku memang kue terlezat sepanjang masa."

Dari sinilah kisahnya dimulai, si Nastar—kue spesial kesukaan banyak orang—dan ambisinya untuk menjadi si Nomor Satu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro