Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

30. I do!

***

Semalam adalah pengalaman yang tidak bisa dilupakan Tany. Begitu turun dari kereta, Tany segera disambut beberapa teman komunitas yang pernah ditemuinya satu dua kali dalam trip liburan bersama.

Kekusutan Tany tentang hubungannya bersama Banyu mendadak menguap. Tany sibuk menyapa dan bertukar kabar dengan teman-teman yang kebetulan bertemu dengannya dalam trip kali ini. Ada beberapa orang yang menanyakan keberadaan Kyra pada Tany karena menyangka mereka berangkat bersama.

Perjalanan menuju penginapan di Bondowoso tidak terasa karena Tany memang sengaja berbincang dengan salah satu teman yang kebetulan berasal dari Bandung. Obrolan kesana kemari yang disengaja untuk menutup celah agar hati dan pikirannya tidak kembali mengingat Banyu.

Tujuh jam berlalu dan kini Tany sudah menikmati ranjang sederhana di sebuah losmen di kaki gunung Ijen. Lokasinya memang tidak terlalu jauh dari titik pendakian awal. Setelah mengambil jatah makan malam dalam bentuk kotak nasi, Tany sengaja segera menuju kamarnya dengan alasan lelah.

Memandang kamar yang ditempati dengan empat ranjang didalamnya membuat Tany merasa lega. Salah satu kawan dari Bandung yang sama-sama perempuan mendadak menjadi teman ngobrol Tany. Tidak tidak banyak bertegur sapa dengan dua kawan perempuan lain yang berasal dari Malang. Keduanya masih cukup belia dan lebih banyak berbaur dengan kelompok mereka yang berasal dari kota yang sama.

Selesai menghabiskan kotak makan malam, Tany membersihkan wajah dan berganti dengan pakaian yang lebih nyaman. Ia sengaja mengenakan long john atau sejenis pakaian dalam hangat berbahan dasar katun yang didesain untuk menahan dingin. Tany sengaja bersiap agar ketika dibangunkan pada tengah malam, ia bisa langsung bersiap.

Tepat tengah malam, Tany dibangunkan oleh panitia untuk bersiap. Rombongan mereka akan segera menuju Pos Pendakian pertama yang dikenal dengan Pos Paltuding Kawah Ijen. Dalam kendaraan yang akan membawanya ke pos pertama Tany merasakan mules yang teramat sangat. Bukan ingin buang air tapi Tany mendadak gugup. Ini pertama kalinya ia mencoba hal baru sendirian.

Tany mengingat ini merupakan momen pendakian pertama untuknya tanpa kehadiran Banyu karena mereka sering mendaki bersama. Banyu yang biasanya memilih medan untuk mereka lalui yang biasanya tidak terlalu berat dilalui Tany. Kawah Ijen adalah area pendakian pertama yang diinjak Tany tanpa Banyu.

Kegelapan malam menyelimuti Tany seolah menggambarkan hatinya saat ini. Kita tidak akan pernah mengetahui masa depan dan medan yang akan dilalui. Sekuat apapun Tany merencanakan keinginannya, jika Tuhan berkehendak lain maka manusia bisa apa.

Hal ini sama dengan hubungannya dengan Banyu. Setahun lalu Tany mengingat momen dimana dirinya begitu bersikeras agar Banyu memilihnya. Memilih mereka. Tapi pada faktanya, lelaki itu mematung dan membiarkan Tany pergi. Tanpa memberi penjelasan atau mengiba pada Tany untuk kembali padanya. Saat itu.

Kini Banyu hadir menimbulkan rasa gamang yang sama seperti satu tahun lalu dan berbulan-bulan kemudian hingga hari ini. Haruskah Tany menyimpulkan bahwa lelaki itu memang benar-benar menawarkan masa depan untuk mereka? Atau ternyata ia hanya bersikap terlalu percaya diri?

Perjalanan Tany menuju puncak Kawah Ijen dinikmatinya dalam hening dengan menenteng senter yang sengaja dibawanya. Kawan perempuan yang berjalan hampir bersisian dengan Tany juga hampir tidak mengeluarkan suara karena sibuk berkonsentrasi. Medan agak menanjak dan curam bukan situasi yang sempurna untuk berbincang tanpa arah jelas.

Hampir jam tiga pagi dan Tany berhasil berada di puncak kawah. Aroma belerang menyengat menyapa indra penciuman Tany meski ia sudah mengenakan masker kain. Kawah pun dipenuhi banyak pendaki karena musim libur panjang.

Sejauh mata memandang Tany tidak mendengar atau menemukan suara anak kecil. Destinasi wisata yang didaki tengah malam ini mungkin memang tidak diperuntukkan untuk anak-anak. Hal yang cukup berbeda jika sedang mengunjungi Kawah Tangkuban Perahu yang ada di utara Kota Bandung dan Kawah Putih di bagian selatan.

Fenomena blue fire Kawah Ijen menjadi andalan untuk dinikmati saat berkunjung ke sana. Tany memutuskan tidak turun ke kawah karena medan yang sedikit curam. Tany belajar untuk mengukur kemampuannya sendiri. Menikmati keindahan fenomena blue fire dari puncak kawah juga sudah merupakan pencapaian terbaik yang bisa disyukuri Tany saat ini.

Sembari menunggu kawan yang sedang turun ke kawah, Tany menikmati matahari terbit. Hal sederhana yang mungkin seringkali terlupa olehnya. Tany jarang menyisakan waktu berpikir tentang pencapaian dan kegagalan yang dilewatinya, termasuk kelanjutan hubungannya dengan Banyu.

Tany menyunggingkan senyum. 'Bisa-bisanya isi kepalanya masih memikirkan dipenuhi oleh Banyu, Banyu dan Banyu. Apa sebaiknya Tany memberi waktu pada lelaki itu untuk menjelaskan apa maksud Banyu bersikeras kembali bersamanya?'

***

Setengah hari kemudian dihabiskan Tany dengan menikmati Taman Nasional Baluran. Sesuai dengan apa yang dibayangkan melalui foto-foto dan ulasan dalam blog beberapa traveller yang diikutinya. Baluran memang tidak salah jika dijuluki sebagai 'Little Africa in Java' karena padang savana yang menjadi daya tariknya.

Tany sempat mengabadikan beberapa satwa yang dilindungi dalam taman nasional tersebut. Sederet flora terlihat biasa saja sebetulnya tapi menyatu dengan ekosistem membuat Tany mensyukuri perjalanan yang telah dilaluinya meski berliku.

Tepat setelah menyelesaikan makan siang, hujan mengguyur Baluran dengan lebat. Hal yang mungkin jarang terjadi. Tidak ada hal buruk yang Tany bayangkan meski hujan masih berlangsung tiga jam ke depan, ia hanya mendengarkan percakapan rencana api unggun untuk acara camping mereka.

Tidak disangka ternyata hujan yang semakin lebat membuat panitia membatalkan rencana camping di pinggir Pantai Bama demi keselamatan. Tany yang hampir terbiasa dengan berita buruk selama perjalanannya kali ini hanya bisa mengelus dada. Panitia trip memberi dua opsi, mengembalikan uang dan peserta bisa langsung kembali ke Sidoarjo dengan mobil sewaan atau menghabiskan sisa malam di Baluran di penginapan sederhana yang masih tersisa atau di rumah penduduk yang disewakan dalam kondisi darurat.

Tany memutuskan untuk menghabiskan sisa malam di Baluran daripada kembali ke stasiun Sidoarjo dengan jadwal kereta yang belum jelas. Beberapa teman ada memilih uang kembali dan meninggalkan Baluran.

Hampir menuju petang dan Tany yang sedang duduk di salah satu bangku halaman rumah milik salah satu penduduk melihat Banyu berjalan menghampirinya dalam rintik hujan yang mulai mereda. Salah satu kejutan lain yang menyapa Tany dalam satu hari yang sama.

"Kamu kok disini?" Tany berdiri menghampiri Banyu dengan parka dalam kondisi basah kuyup.

"Aku nggak bisa tanpa kamu, Tany. Ikut pulang sama aku, Yuk!" Banyu mengelap tangan yang basah sebelum menggenggam pergelangan Tany. Lelaki itu menatapnya dan tidak membuang waktu untuk berbasa-basi.

***

Setelah beradu argumen sedikit dengan Banyu yang mendadak hadir di depan rumah penduduk untuk menjemput dirinya, Tany mengalah dan mengikuti lelaki itu. Sejahat-jahatnya Banyu, mantan kekasihnya tidak mungkin berbuat norak seperti yang pernah Rengga lakukan terhadap Tany.

"Kita mau kemana sih?" Tany berkata tidak sabar saat mobil sewaan yang disiapkan Banyu membawa mereka ke suatu tempat. Bawaan Tany diangkut semua oleh Banyu dan memastikan bahwa penginapan yang disiapkan mantan kekasihnya lebih nyaman daripada merepotkan pemilik rumah warga lokal.

Tany yang sudah lelah dan kurang tidur selama tiga hari terakhir tentu saja merasa tergoda dengan tawaran yang diajukan Banyu. Urusan tentang hubungan mereka bisa dibahas besok pagi setelah dirinya menikmati fasilitas yang dijanjikan Banyu setelah lelah mendaki.

Banyu meraih penutup mata berwarna hitam. "Keberatan nggak kalau kamu pakai ini sebentar sebelum turun? Aku sudah menyiapkan kejutan."

Tany memperhatikan jalanan gelap sekitar yang sedang mereka lalui. Pepohonan tinggi menjulang di tengah gerimis yang tiada henti. Tany memicingkan mata pada Banyu tapi tetap menurut dengan perintah mantan kekasihnya.

Selesai mengenakan penutup mata yang gelap itu dibantu Banyu. "Kamu nggak akan buang aku di tengah hutan 'kan, Banyu?"

Banyu terkekeh. "Kamu jangan bercanda ya. Aku mengejar-ngejar kamu ke Kawah Ijen terus ngikutin kamu ke Baluran cuma buat dibuang di tengah hutan? Gila apa aku?"

"Hah? Apa? Kamu ngikutin aku ke Kawah terus ke taman nasional? Gila ya kamu!" Tany memekik dan hampir membuka penutup matanya.

"Jangan dibuka, Tany" Banyu menahan tangan Tany. "Aku nggak akan berbuat jahat atau membuang kamu di hutan. Aku cuma mau minta waktu sebentar dan kalau kamu nggak suka dengan kejutan yang aku buat. Itu terserah kamu, Tany. Semua keputusan ada di tangan kamu."

Tany terdiam karena ia sendiri sedang malas berdebat dengan Banyu. Urusan mantan kekasihnya ternyata lebih freak dari dirinya yang hanya stalking media sosial milik Banyu, bisa dibahas nanti setelah Tany membuktikan kejutan apa yang disiapkan Banyu.

Tany bertaruh dalam hati, kejutan yang disiapkan Banyu mungkin hanya sebatas makan malam sebagai permintaan maaf. Lelaki itu akan menggunakan jurus maut untuk membuat Tany kembali padanya tanpa kejelasan akan dibawa kemana hubungan mereka. Tany sudah membulatkan tekad apapun yang terjadi ia tidak akan terpengaruh oleh Banyu lagi.

***

Banyu menggandeng Tany melewati jalan setapak. Sepatu keds Tany yang kotor menapak dengan jelas tangga yang mungkin terbuat dari batu alam. Semerbak aromatherapy khas alam menyambut kehadiran mereka, Tany menebak restoran yang sedang dituju oleh keduanya berada pada sebuah lokasi dengan alam terbuka.

Tany hampir terjungkal ke depan karena rumput yang kini diinjaknya masih menyisakan licin akibat hujan seharian. Untung saja Banyu memegang tangan Tany erat dan bahkan sempat mendekapnya. Hati Tany sempat kembali berdegup.

Seketika langkah mereka terhenti dan Tany sudah tidak bisa merasakan genggaman Banyu di sisinya. Kini Tany merasa ia berasa sendirian.

"Banyu," panggil Tany sedikit kesal. "Awas ya, kalau kamu ninggalin atau ngerjain aku!"

"Tany Kemala, kamu boleh membuka ikatan matanya sekarang," ucap Banyu. Tany tidak merasakan laki-laki itu berkata di depannya. Dengan sigap Tany menarik kain yang telah menutup matanya selama lima belas menit terakhir.

Sesaat kemudian ...

Tany memandang keramaian yang ada di hadapannya. Merasa aneh karena menjadi pusat perhatian, ia lalu memandang Banyu yang sedang berlutut seraya mengangkat cincin sejajar dengan kepala lelaki itu.

"Tany Kemala, di depan keluarga kita, maukah kau menerima lamaran ini?" Banyu berkata dengan pasti. Sepasang manik mereka saling memandang.

Tany merasakan gelitik lucu di dalam perut yang mengalir menuju dada. Mendadak salah tingkah saat Banyu kini meminta jawabannya saat itu juga. Pertanyaan yang selalu wara-wiri di dalam kepala Tany selama masih berhubungan dengan Banyu.

Bagaimana Banyu akan melamarnya menjadi pertanyaan besar bagi Tany. Tany sudah menyiapkan jawaban dalam imajinasinya. Namun, entah mengapa jawaban yang sudah disiapkannya di ujung bibir mendadak kelu bagai es batu seberat lima puluh kilogram. Dingin, menusuk dan berat diucapkan.

Tany mengalihkan pandangannya dari Banyu. Ia memandang kehadiran Mama Banyu dan kedua adik kembar lelaki itu. Semakin takjub karena Tany bisa mendapati kehadiran ayahnya di sini bersama adik bungsunya. Bahkan, Banyu berhasil mendatangkan kakak Tany yang super sibuk dan keluarga kecilnya ke pelosok Bondowoso.

"Banyu, kita masih di sekitar Baluran 'kan? Kenapa ada semua orang disini?" Tany bertanya untuk meyakinkan diri bahwa mereka tidak terbang pulang ke Jakarta atau Bandung menggunakan mobil ajaib.

"Aku sengaja buat kejutan untuk kamu. Jadi, kamu terima lamaran aku? Apa kau bersedia jadi istri aku dalam susah dan senang, dalam kondisi apapun untuk saling mendukung? Menerima semua kekurangan dan kelebihan aku untuk membina rumah tangga bersama?"

Tany merasa ditodong oleh pertanyaan Banyu. Bukankah ini yang dia inginkan selama ini? Banyu berlutut dan melamar Tany di depan kedua keluarga mereka? Tany bahkan mengucek sepasang matanya agak keras, ia khawatir belerang membuatnya agak berhalusinasi sedikit.

Beberapa menit berlalu dan Tany merasa dadanya bergemuruh. Tatapan Banyu. Tatapan keluarganya. Tatapan keluarga Banyu. Bahkan beberapa pasang mata pelayan sedang tertuju pada Tany lekat-lekat.

Tany meraih kotak beludru yang disodorkan Banyu dan meraihnya, "Banyu, aku ..."

Banyu memandang Tany penuh harap. Ini adalah saat penentuan bagi Tany sendiri, apa ia akan menerima Banyu dan melanjutkan hubungan keduanya ke tahap pernikahan?

Tany mengulas senyum penuh arti. Tiga hari terakhir mengajarkan Tany untuk berani mengambil risiko. Jika lamaran Banyu adalah keputusan yang harus segera dibuatnya saat ini, Tany harus siap dengan konsekuensi apapun di masa depan.

Tany menarik nafas lagi dan mengangguk penuh haru. "Banyu, aku mau. Yes, I do!"***

Add this book to your library! Love and Vote!

[Halo teman-teman, gimana dengan 30 Bab yang sudah disajikan diatas? Sebelumnya saya ucapkan terima kasih untuk teman-teman yang sudah mengikuti perjalanan Banyu dan Tany. Naskah ini masih harus diperbaiki lagi dan dilengkapi agar lebih nyaman dibaca. Terima kasih sudah menemani perjalanan singkat Banyu dan Tany! Tunggu kabar mereka selanjutnya! Ciao!]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro