Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17. Empat Tahun Lalu

***

Keberangkatan bus yang ditumpangi ketiganya dimulai pada pukul sebelas siang. Perjalanan Banyu mendapat tiga tiket Patas Bus Joyo Utomo sebetulnya masuk dalam kisah keberuntungan. Bus cepat dari Semarang menuju Surabaya yang mengambil jalur Pantai Utara tersebut biasanya hanya terdiri dari satu kali keberangkatan setiap hari yaitu pada pukul enam pagi.

Mungkin karena pertimbangan tanggal merah dan libur cukup panjang lalu pihak bus menyediakan armada tambahan untuk mengangkut penumpang yang hendak menuju kota Surabaya melalui jalur Utara.

Banyu sendiri sebetulnya bukan anak jalanan yang menikmati roadtrip yang sedang dilakukannya saat ini. Andai boleh memilih, Banyu sebetulnya lebih menikmati menghabiskan hari libur panjangnya di rumah dan membereskan pekerjaan rumah seperti membersihkan isi kulkas secara berkala, memperbaiki pipa atau mengganti lampu bohlam yang mati.

Banyu memandang Tany yang kini sedang memejamkan sepasang maniknya. Salah satu kekurangan posisi duduk tepat di belakang sopir adalah silau dari kaca depan yang besarnya minta ampun. Meski ada sekat pemisah antara pengemudi dan penumpang. Sekat tersebut terbuat dari rangka besi yang dilapisi plastik ABS dan tempered glass di bagian atas agar penumpang masih bisa menikmati pemandangan dari kaca depan.

Seperti kecelakaan kecil yang tadi baru bus mereka alami. Andai tidak ada penyekat tersebut sudah tentu tubuh Tany yang mungil akan tersungkur ke depan. Banyu bisa membayangkan pelipis Tany akan ikut memar jika tangannya tidak sigap mencengkeram lengan mantan kekasihnya itu.

***

Empat tahun lalu ...

"Kamu jadi cuti minggu depan 'kan, Ayang? Kita jadi ikut trip ke Banten ya? Aku 'kan penasaran dengan Pantai Sawarna." Tany berkata sembari memasukkan hasil belanja bahan-bahan pokok dari pasar basah sekalian olahraga pagi di hari Minggu.

Banyu mendekati Tany dan mengeluarkan kembali sejumlah sayuran yang belum dibersihkan, "Semua sayuran ini harus dibersihkan dulu, Tany Sayang. Supaya orang rumah nggak ribet pas mau masak."

"Kamu tuh rajin banget ya, Ayang?" Tany memuji pujaan hatinya. "Aku makin cinta deh. Sini peluk dulu." Tany tidak sungkan memeluk pinggang Banyu di rumah lelaki itu karena hubungan asmara mereka pun sudah diketahui dua keluarga tanpa kendala berarti.

"Sayang, mama 'kan baru pulang dari rumah sakit setelah kambuh kemarin. Pokoknya mama dan orang rumah wajib konsumsi sayuran dan makanan bergizi. Kalau bukan aku, siapa lagi? Pensiun dini Papa juga belum di-approve 'kan sama kantor karena belum ada penggantinya," ujar Banyu tenang seraya mencuci sayuran dan memotongnya sesuai ukuran wadah bening yang sudah disiapkan.

"Kamu mau bantuin aku potongin bawang daung atau cuci tomat, nih." Banyu menawarkan pekerjaan dapur pada Tany.

Tany menggeleng santai, "Kamu aja soalnya kalau potongan tidak presisi nanti kamu protes terus sama aku. Aku mau makan es buah yang tadi dibeli. Haus tauk! Pelit banget sih sampai aku nggak boleh makan disana," protes Tany pada Banyu.

Banyu hanya menepuk pelan kepala kekasihnya, "Makan di rumah kan lebih enak, Sayang. Selesai makan, mandi terus nanti aku antar kamu ke kosan. Kita bisa pelukan deh sampai puas sebelum aku berangkat kerja lagi nanti subuh."

Tany mencibir, "Kalau kamu ke kosan yang ada kamu beresin isi kulkas aku, merapikan lemari baju aku agar lipatannya simetris, terus kalau belum capek kamu juga yang laundry cucian kotor aku."

"Ya habis, kamu jorok sih. Masa nunggu seminggu dulu baru laundry cucian? Itu semua virus sudah akrab loh sama ember di sudut kamar. Hhhh," ujar Banyu bergidik.

Tany menyeruput sisa sirup di es buah dan menyisakan setengah buahnya tanpa air, "Aku 'kan sibuk cari tambahan supaya bisa beli bikini lucu buat nanti liburan." Tany mengerucutkan bibir dan sok-sokan menggemaskan untuk menggoda kekasihnya.

Banyu melotot, "Kamu mau pakai bikini di Sawarna? Nggak boleh." Banyu menggeleng keras.

"Terus bikininya mau aku apain? Liburan ke Bali belum cukup dananya tauk," protes Tany lagi yang baru merasakan gaji pertama dalam enam bulan terakhir.

"Kamu simpen aja buat aku. Terus nanti pakainya kalau kita sudah nikah. Kamu bebas lalu lalang di rumah pakai bikini, Sayang." Banyu berdiri di belakang Tany sembari membisik fantasinya.

Dahi Tany berkerut, "Terus liburannya, kapan? Aku 'kan mau liburan. Kamu mah sibuk nabung terus buat cicilan rumah, Ayang."

"Ya aku kan mau punya rumah sendiri sebelum nikah sama kamu, Sayang." Banyu memerangkap kekasihnya di meja makan. Sadar diri bahwa kini mereka hanya berduaan di rumah sedangkan semua orang sedang menghadiri resepsi pernikahan kerabat, Banyu mulai berani menggerayangi Tany untuk menggodanya.

"Ah, kamu mah tipu-tipu terus," ujar Tany mengangkat bahu dan menghindari pijatan bahu andalan pujaan hati.

"Soal apa yang tipu?" Banyu mengambil kursi di samping Tany dan memeluk pinggang kekasihnya. "Rumahnya atau liburannya?"

"Soal lamarannya," jawab Tany pendek. "Tiap ketemu Bapak mana pernah kamu bahas-bahas soal nikah, Hayo? Pembahasannya hanya, 'Gimana bisnis lancar, Pak? Atau harga kopi sekarang bagus nggak, Pak?' Gitu-gitu aja, 'kan? Hayo ngaku?"

"Ya, aku kan harus matang dulu, Sayang." Banyu mencubit cuping hidung Tany, "Kamu ngebet banget ya mau nikah sama aku, Heh?"

Tany mengangguk.

"Loh, kenapa?"

"Aku 'kan pingin dimasakin juga, terus rumahnya rapi, terus kalau bobo ada yang nemenin." Tany menjawab polos.

"Nggak usah nikah juga kalau bobo ada yang nemenin, kosan ada yang beresin, kalau aku masih sempat nanti aku masakin disimpan di rantang."

Tany mengerucutkan bibir mendengar jurus Banyu, "Dahlah, nih habiskan buah-buahannya. Aku mau cuci tangan dulu terus siap-siap pulang ke kosan."

***

Tiga tahun lalu ...

"Papa sudah pergi, Tan." Banyu memeluk erat Tany. Sepasang backpack berukuran besar dan medium milik keduanya teronggok di sudut Unit Gawat Darurat sebuah rumah sakit. Mereka segera membatalkan keberangkatan liburan ke Danau Toba padahal sedang menunggu boarding di bandara Soekarno Hatta.

Tany hanya bisa membalas pelukan Banyu. Berita serangan jantung yang menyerang ayah kekasihnya menyisakan rasa simpati Tany, meski keduanya jarang ngobrol panjang lebar. Namun, Tany tahu ayah Banyu adalah pekerja keras yang mengabdikan diri pada negara.

"Kamu pasti kuat, Ayang. Mama sama adek-adek butuh kamu untuk tegar," hibur Tany pada kekasihnya.

***

Saat ini ...

"Silakan bagi bapak-ibu yang ingin istirahat makan siang, sholat, dan ke kamar kecil. Bus akan berangkat dalam 40 menit lagi. Mohon periksa barang bawaan dan jangan meninggalkan barang berharga di dalam kendaraan. Barang yang hilang bukan tanggung jawab kami, matur nuwun." Supir bus berkata dari pengeras suara dari balik kemudi.

Banyu tersadar dari lamunannya yang cukup panjang dan tidak sengaja kembali menatap tatapan yang dilempar Tany. Banyu dapat merasakan kehangatan yang sama dari sepasang manik itu. Meski mantan kekasihnya bersikap seolah tidak peduli tapi Banyu yakin masih ada kesempatan baginya untuk mengetuk hati Tany kembali.

Untuk semua hal yang pernah mereka lalui bersama, keceriaan yang Tany selalu bagi padanya dan keresahan perempuan itu terhadap masa depan mereka yang masih stagnan atau tidak kemana-mana.

Banyu melempar senyum pada Tany dari kursinya. Mantan kekasihnya juga ternyata melakukan hal yang sama. Keduanya bahkan tidak sadar keramaian penumpang yang melalui bangku mereka untuk keluar dari bus.

"Ini berdua mau lihat-lihatan kek film India aja nih? Tinggal nunggu jogetnya aja dah," gurau Naya yang sudah berdiri di sisi Tany tapi tidak bisa melewati sahabatnya karena terhalang. "Gue mau ke kamar mandi, Tan. Kebelet ihh."***

Add this book to your library! Love and Vote!

[Ada yang pernah mengalami momen freeze sembari lihat-lihatan sama ayang beb kek film India? Beneran emang ada ya? Jujur, aku sering kaya gitu kalau lagi pandang-pandangan sama Jinyoung. Aku pandang dia, Jinyoung balas menatapku tapi ... versi 2D ... Dahlah, mulai halu. Sharing momen kalian juga, yuks!]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro