Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14. Satu Tahun Lalu

***

Banyu masih ingin menggoda Tany setelah mengetahui bahwa mantan kekasihnya ternyata memiliki akun khusus yang digunakan untuk stalking media sosial milik seseorang.

Banyu pura-pura menutup mata dan telinga seolah tidak tahu aktivitas yang dilakukan Tany terhadap akun miliknya selama mereka putus. Belajar dari pengalaman hubungannya bersama Tany, Banyu berusaha menahan diri agar tidak menggoda mantan kekasihnya berlebihan.

"Jadi, kita langsung berangkat ke terminal Bus saja nih?" Banyu sudah mengalihkan pembicaraan karena tidak ingin membuat Tany semakin kesal.

Naya mengangguk, "Pilihan paling logis. Go show aja di terminal, masa nggak ada kursi kosong sih. Gue lebih milih kita naik Bus aja dibanding nungguin jadwal kereta api seperti kemarin."

"Kalau ke stasiun juga kita nggak bisa langsung menuju Sidoarjo. Dari Semarang kita beli tiket dulu ke Surabaya lalu sambung naik kereta api lokal menuju Sidoarjo," jelas Banyu pada dua perempuan di hadapannya.

"Menurut lo gimana, Tan?" Naya bertanya serius pada sahabatnya.

"Terserah kalian ya. Gue nggak bisa narik duit di ATM. Paling gue pinjem duit lo dulu sih, Nay. Ntar gue transfer aja ya," pinta Tany sembari menggoyang ponsel yang menjadi miliknya yang menjadi sumber kehidupannya saat ini.

Kehilangan dompet masa sekarang mungkin tidak akan lebih sulit dibanding beberapa periode lalu saat mobile banking atau aplikasi uang virtual belum ramai seperti sekarang. Tany memang ketinggalan dompet yang berisi kartu ATM miliknya tapi ia masih mengakses uang dalam tabungan.

"Gampanglah," jawab Naya.

Setelah Naya mengucap terima kasih pada meja resepsionis karena telah membantu mereka, ketiganya lalu memesan ojek online untuk menuju terminal Bus di kota Semarang.

Isi kepala Banyu dipenuhi ide dan rencana tentang bagaimana ia dapat menyambung kembali hubungannya dengan Tany yang sempat terputus selama satu tahun terakhir.

Semarang selama musim liburan juga menjadi destinasi liburan lokal favorit keluarga Indonesia. Hal itu membuat mobil yang mereka tumpangi kini harus ikut bermacet-macet ria di ruas jalur utama.

Banyu duduk di kursi penumpang samping driver mobil mereka yang ternyata ibu-ibu paruh baya yang super cerewet dan kini sedang berbincang dengan Naya.

Untuk ukuran seseorang yang mengaku introvert, Naya berisik sekali menurut Banyu. Lelaki itu bahkan meragukan diagnosa yang dilakukan Naya terhadap kepribadiannya sendiri.

***

Banyu memperhatikan sisa waktu yang harus mereka tempuh untuk sampai ke terminal masih dua puluh menit lagi. Perjalanan yang cukup panjang untuk sampai pada empat kilometer jarak tempuh.

Naya sempat bertanya pada ibu driver online yang sedang menyetir apa mereka bisa berjalan kaki menuju terminal. Ibu menjelaskan bahwa lokasi terminal sebetulnya cukup jauh dan agak memutar. Meski mereka bertiga turun di tengah jalan saat, sang ibu tetap harus melewati ruas jalan yang sama untuk melewati kemacetan libur panjang ini.

Banyu mengheningkan cipta sama seperti mantan kekasihnya yang juga sedang memperhatikan pemandangan dari balik jendela kursi penumpang tepat di belakangnya.

Ingatan Banyu terlempar satu tahun lalu saat Tany menuntut jawaban atas pertanyaan keseriusan hubungan mereka. Banyu bukan bersikap tidak serius tapi ia sendiri tidak bisa bersikap egois jika tetap menahan Tany terus di sisinya.

"Kamu tuh maunya apa sih, Banyu?" Tany menahan emosi karena ia tahu kekasihnya tidak memberi jawaban pasti untuk permintaannya.

"Kamu yang maunya apa?" Banyu merespon pertanyaan kekasihnya dengan pertanyaan lain.

Tany mendengkus kesal. "Aku kan tanya kamu serius nggak sama aku?" Tany mengulang pertanyaan yang sama mungkin hampir dua ratus kali.

"Serius dong. Kalau nggak serius ngapain pacaran lama-lama," jawab Banyu enteng sembari memainkan gelas berisi es lemon tea yang dipesannya tadi.

"Ya, aku kan cuma tanya terus kapan kamu mau ketemu ayah aku," kata Tany masih menahan suaranya agar tidak meninggi.

"Tiap ke Bandung juga aku kan ketemu ayah kamu, Tany." Banyu masih membela diri meski ia tahu arah pertanyaan kekasihnya kemana.

"Maksud aku kapan kamu dan keluarga kamu datang melamar aku? Aku kan nggak minta rencana pernikahan ratusan juta rupiah atau tema wedding tujuh hari tujuh malam," ujar Tany lalu melanjutkan, "Aku cuma mau kepastian, Banyu."

"Kita pasti menikah, Tany." Banyu tidak berani memandang sepasang manik milik kekasihnya.

"Tapi apa yang membuat kamu ragu?" Tany mulai terdengar tidak sabar, "Aku juga kan tidak minta dinikahi dua bulan atau enam bulan lagi, Banyu."

"Mama aku sakit, Tany." Banyu menggunakan alasan kesehatan ibunya untuk menunda pernikahan mereka.

"Mama kamu itu sakit juga sudah dari empat tahun lalu, Banyu. Nggak relevan lagi alasannya. Asal kamu tahu ya, dua tahun terakhir ini aku yang rajin menemani Mama bolak balik ke rumah sakit untuk cuci darah loh," ungkit Tany terhadap jasanya selama ini mengurus Mama Banyu.

"Kamu kok jadi hitung-hitungan sih?" Banyu terdengar kesal dengan perkataan Tany, "Kalau aku nggak mendadak kena mutasi juga, Mama aku yang antar ke rumah sakit."

"Aku bukan mau hitung-hitungan balas jasa, Banyu." Tany mendadak sadar bahwa kekasihnya kini tersinggung atas perkataannya.

"Terus, maksud kamu apa? Kamu mau bilang aku durhaka sebagai anak sulung? Menyerahkan tugas pada orang lain dan dia malah enak-enakan kerja di luar kota, gitu?" banyu mencecar Tany.

"Aku nggak ada tuh bilang bahwa kamu anak durhaka, Banyu."

"Tapi maksud kamu gitu 'kan, Tany?" Banyu kesal dan menggebrak meja reservasi yang dipesannya untuk peringatan anniversary mereka yang ketujuh.

***

Lamunan Banyu terpotong saat driver memarkir mobil di parkiran di terminal bus. Banyu tidak banyak bicara saat matanya tidak sengaja berpandangan dengan Tany yang berbarengan membuka pintu mobil penumpang. Jari mereka sempat saling tertaut.

Naya dan ibu driver bahkan bersalaman sebelum berpisah. Naya tidak lupa memberi sejumlah tip cash yang bernilai cukup besar untuk ibu yang sudah mengantar mereka.

"Terima kasih ya, Mba. Kalian bertiga hati-hati di jalan. Semoga selamat sampai tujuan dan selamat menikmati liburannya." Ibu driver berdiri di samping pintu mobil dan melambaikan tangan pada Naya.

Banyu ingin mengatakan sesuatu pada Tany tapi terhalang oleh Naya. Baiklah kalau begitu mungkin Banyu bisa merangkai kata dan latihan kembali dengan catatan yang sudah disiapkannya sebelum memutuskan berangkat dalam liburan impian Tany.

Kalau dipikir-pikir sebetulnya tindakan Banyu juga cukup egois. Hal ini disebabkan karena Banyu memanfaatkan kebaikan hati Naya untuk menyelundupkan dirinya dalam agenda liburan bersama sahabatnya. Wajar saja jika kemarin siang saat mereka berpapasan di Gambir, Tany bersikap tidak peduli seolah Banyu adalah angin lalu.

Belum lagi kejadian semalam yang melibatkan ketidakwarasan Rengga untuk menggauli mantan kekasihnya. Banyu tidak habis pikir andai Tany dan Rengga berangkat berdua saja apa yang akan terjadi pada mantan kekasihnya.

Kalau begitu sebenarnya takdir masih merestui hubungan Banyu dan Tany. Buktinya saja kini Rengga yang tereliminasi secara alam karena tindakan bodoh pria itu sendiri. Banyu tidak perlu repot menyingkirkan Rengga dari arena pertarungan mereka untuk mendapatkan Tany.

Setidaknya Banyu kini memiliki skor lebih bagus dari Rengga dan satu langkah lebih dekat menuju tujuannya untuk mendapatkan Tany kembali ke dalam pelukannya. Banyu menghela nafas dan berharap perjalanan mereka tidak mengalami kendala berarti. Dompet Tany ditemukan dan Banyu bisa kembali menjalin hubungan bersama mantan kekasihnya.

***

Add this book to your library! Love and Vote!

[Hayo, siapa yang penasaran bahwa perjalanan Banyu dan Tany akan lancar-lancar saja? Beneran nih bakal lancar? Ikuti terus ceritanya ya! Terima kasih, lovely readers!]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro