Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

08. Persaingan Terbuka

***

Keempatnya kembali menerjang kemacetan jalan tol dalam musim liburan panjang. Banyu masih menahan jengkel di dalam dada. Ia bukan Naya yang bisa memainkan ponsel dan media sosial sepanjang perjalanan. Membaca buku di dalam kotak bergerak juga tidak nyaman untuk matanya, gumam Banyu.

Tidak ada pilihan selain menatap lurus ke depan dan menikmati interaksi mantan kekasih bersama saingan dadakan Banyu, Rengga. Banyu bertanya-tanya selama setahun perpisahannya dengan Tany, berapa banyak pria yang sudah mendekati mantan kekasihnya?

Banyu tahu dari Naya bahwa Tany masih berstatus single dan belum menerima pinangan pria manapun yang ingin dekat dengannya. Tapi hati Banyu tidak bisa bohong juga kalau saat ini ia penasaran setengah mati.

"Jadi, lo berdua itu sudah sering banget jalan berdua ya?" Banyu iseng melempar pertanyaan yang ditujukan untuk Rengga dan Tany di kursi depan.

Rengga menatap Banyu dari balik kaca depan. Pria itu memproses pertanyaan yang baru ditanyakan Banyu padanya.

"Ini adalah trip kedua ya, Tan?" Rengga meminta persetujuan Tany. "Sebelumnya kita ketemu di trip Karimunjawa."

Tany terlihat tidak peduli dengan jawaban yang disampaikan Rengga pada Banyu. Tapi Banyu tahu dari gerak gerik mantan kekasihnya terlihat tidak nyaman.

Meski mobil dalam keadaan gelap, mata Banyu masih kuat untuk menangkap bayangan dompet yang sedang digenggam Tany. Tany memainkan dompet yang dibelikan Banyu untuknya saat mereka berpacaran dulu.

Sebuah pertanda lain bahwa Tany belum melupakan Banyu. Perempuan itu masih menggunakan pemberian lain dari Banyu. Kalau Tany memang sudah menghapus memori tentangnya mengapa tidak ganti dompet sekalian? Banyu mengulas senyum seraya memalingkan wajahnya ke jendela agar tidak terlalu terlihat senang dan menang.

"Dompetnya bagus. Hadiah dari seseorang yang spesial ya?" Banyu kembali iseng melempar pertanyaan pada Tany.

Tany terkejut menyadari bahwa Banyu masih memperhatikan dirinya dari kursi penumpang. Kepalang tanggung, Tany mengacungkan dompet panjang berukuran lima belas senti berwarna merah kulit jeruk ke udara.

"Ini," ujar Tany tenang tanpa mengalihkan pandangannya ke belakang. "Orangnya sudah dimakan buaya. Aku kepikiran mau buang sih ke tempat sampah cuma belum sempat beli yang baru saja."

"Kenang-kenangan dari orang terkasih jangan sampai menyentuh tong sampah dong. Ntar kualat loh," gurau Banyu belum selesai menggoda mantan kekasihnya.

Tany mendengkus kesal. Membuka dashboard yang ada di hadapannya lalu melempar seonggok barang tidak bersalah itu dengan hati panas. Dalam hati, Tany menyesal tidak mengganti dompet pemberian Banyu dari kapan tahun. Kalau ke geruduk gini kan, malunya bukan main.

"Nanti aku belikan yang baru, Tany." Rengga berkata tenang sambil menatap mantan kekasih Banyu itu.

"Nggak perlu, Rengga. Aku bisa sendiri," ujar Tany makin jengkel karena semua obrolan dengan Rengga selalu berujung pada uang. Perkara dompet saja masih harus dibahas, Tany mendelik marah pada Banyu.

"Aku kan hanya menawarkan, Tany." Rengga menangkap kekesalan dalam intonasi Tany. Mencoba memperbaiki situasi, Rengga lalu membujuknya. "Supaya kamu nggak marah lagi, gimana kalau kamu yang pilih sendiri dompetnya."

Tany menoleh pada Rengga, "Rengga, nggak semua hal itu harus berhubungan dengan uang. Kamu tuh selalu bahas uang-uang-uang. Aku bukan anak kecil yang minta dibelikan dompet detik ini juga. Jadi, kamu nggak perlu repot buat cari-cari toko yang masih buka cuma buat beliin dompet."

Tany melempar pandangannya ke balik jendela. Kesal dengan Banyu dan dirinya sendiri yang tidak bisa menahan emosi. Salah satu kelebihan Banyu adalah mampu memanipulasi keadaan, entah bagaimana lelaki itu bisa memoles rasa bersalah seseorang hanya melalui ucapannya.

Hal yang sedang dirasakan Tany saat ini. Perempuan itu mendadak merasa bersalah karena membuat situasi di mobil menjadi tidak enak karena jengkel. Membentak Rengga untuk tindakan yang tidak dilakukan pria itu dan menyalahkan diri sendiri karena merespon pertanyaan Banyu berlebihan.

"Sorry, Rengga. Tadi gue kelewatan." Tany bersuara dan menoleh pada Rengga. "Please, jangan bahas-bahas soal uang lagi sama gue. Kita semua capek, apalagi lo yang giliran menyetir dari berangkat."

"Nggak apa-apa, Tan."

"Semoga macetnya cepat selesai dan kita semua bisa istirahat," ujar Tany. "Berapa lama lagi sampai keluar di Semarang?"

"Dua-tiga jam lagi, Tan." Rengga menjawab pertanyaan Tany.

Keempatnya kembali terdiam dalam menempuh sisa perjalanan sebelum sampai ke Semarang. Banyu tidak merasa bersalah telah membuat situasi semakin canggung. Lagipula tanpa ia harus membuat Tany jengkel, suasana hati kekasihnya juga tidak sebaik yang dibayangkan.

***

Mobil Rengga akhirnya sampai di parkiran apartemen yang sudah disewa Naya untuk tempat mereka bermalam di Semarang. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul satu dini hari. Setelah mampir membeli drive thru di restoran cepat saji yang buka dua puluh empat jam, keempatnya turun menuju unit yang disewa.

Naya berjalan bersama Tany yang menenteng daypack ukuran medium miliknya. Ransel Naya yang tidak ada apa-apanya itu bergerak mengikuti lenggokan tubuh yang punya. Banyu menyeret carrier dan memanggul di atas bahu. Demi kesopanan, Banyu menunggu Rengga yang sedang menutup bagasi mobilnya.

Banyu hening dengan sengaja karena tidak tertarik melakukan obrolan basa-basi dengan Rengga, pria yang kini dianggap saingan potensial. 'Siapapun pria yang sedang mendekati mantan kekasihnya maka ia adalah musuh yang harus segera dilenyapkan kehadirannya dari sisi Tany,' Banyu bersabda dalam hati.

"Apa yang gue nggak tahu soal hubungan lo dan Tany?" Rengga berkata dengan cepat setelah berdiri bersisian dengan Banyu.

Banyu memandang Rengga dengan tatapan aneh setelah mendengar pertanyaan yang tidak jelas rimbanya itu.

"Lo bukan cuma kenalan Naya kan, Banyu?" Rengga bertanya kembali tidak sabar, "Gue paling nggak suka ada orang bohong di belakang punggung gue dan tetap memanfaatkan gue seenak udelnya."

Kini dua lelaki itu berhadapan. Rengga bahkan menggunakan telunjuk untuk menunjuk dada Banyu.

"Gue, mantannya Tany." Banyu menjawab pendek seraya menahan kesal dengan perkataan Rengga.

Rengga menggenggam erat botol minuman alkohol yang sengaja dibawanya dari bagasi. Banyu mengambil kuda-kuda jika dalam hitungan detik ternyata Rengga akan melempar botol Vodka itu tepat di dahinya.

"Fuck," umpat Rengga tepat di wajah Banyu. "Jadi selama setengah hari tadi, lo berdua pura-pura nggak kenal satu sama lain?"

"Tany yang nggak mau kenal sama gue," ujar Banyu jujur. Pura-pura tidak akan ada artinya di hadapan laki-laki yang memiliki tujuan sama, mendapatkan hati Tany dalam perjalanan singkat ini.

"Besok lo nggak perlu naik mobil gue," jawab Rengga tidak kalah tegas. "Bawa lo sama aja bikin usaha gue terhambat. Lo dan gue sama-sama tahu kan kalau kita sedang bersaing?"

Banyu mengiyakan pertanyaan Rengga. Sekali lagi, tidak akan ada gunanya mengiba-iba agar tetap diikutsertakan dalam perjalanan yang sama. Jika Banyu ada di posisi Rengga pun, ia akan melakukan hal sama seperti yang dilakukan pria itu terhadapnya.

Banyu kembali berjalan menuju unit apartemen yang sudah disewa Naya. Ia masih punya sisa setengah malam menikmati kehadiran Tany di sekitarnya. Besok pagi Banyu harus mencari cara lain untuk mencapai Baluran.

Tatapan Banyu menoleh pada Rengga yang kini dua langkah di hadapannya. Ia tidak perlu merasa insecure dengan kehadiran pria pongah itu. Tany sendiri tidak menunjukkan ketertarikan terhadap keberadaan Rengga.

Banyu tahu bagaimana Tany akan tersipu atau mendadak tertarik terhadap sesuatu. 'Cara Tany merespon Rengga jauh dari kata tertarik,' gumam Banyu untuk menenangkan hatinya yang sedang bergemuruh sendiri.***

Add this book to your library! Love and Vote!

[Nah kan kalau laki sama laki, fair-fairan ajalah ya! Nggak usah pakai emosi mau adu jotos segala. Eh tapi, ntar ada kejadian yang bikin Banyu melempar bogemnya pada Rengga. Ada yang penasaran? Ikuti terus ya ceritanya!]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro